85% Wilayah Indonesia Memasuki Kemarau, Jatim Potensi Kekeringan
Sebanyak 85, 1 persen wilayah Indonesia kini mengalami musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut sejumlah daerah bahkan tak mengalami hujan hingga 149 hari.
Kemarau di Jawa hingga NTT
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko mengatakan, hasil monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) hingga akhir Agustus 2021, beberapa wilayah di NTB dan NTT mengalami HTH dengan kategori sangat panjang (31-60 hari) dan ekstrem panjang (lebih dari 60 hari).
Daerah dengan HTH sangat panjang berada di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sedangkan daerah yang mengalami HTH ekstrem panjang antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTB. NTT tercatat sangat ekstrem dengan 149 hari tanpa hujan, tepatnya berada di Oepoei, NTT.
Jatim Potensi Kekeringan
Berdasarkan data tersebut, Urip Haryoko menyebut sejumlah wilayah berpotensi mengalami kekeringan meteorologis. Ini terjadi terutama di sejumlah provinsi, seperti di Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT dengan status Siaga dan Awas.
Dampak kekeringan meteorologis menurutnya, antara lain berkurangnya persediaan air untuk rumah tangga dan pertanian, serta meningkatnya potensi kebakaran semak, hutan, lahan, dan perumahan.
Hujan juga Turun
Meski sejumlah daerah berpotensi kekeringan akibat hujan yang tak turun, sejumlah wilayah disebutnya sudah mengalami awal musim hujan. Ini terjadi di sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua bagian timur.
Daerah barat dan utara Indonesia bahkan berpotensi mengalami potensi curah hujan tinggi dan cuaca esktrem.
"Berdasarkan prakiraan peluang curah hujan dasarian (10 harian), terdapat indikasi potensi curah hujan tinggi hingga dua dasarian ke depan dengan status Waspada, Siaga hingga Awas," katanya dikutip dari cnnindonesia.com, Minggu 5 September 2021.
Sedangkan, cuaca ekstrem yang berpotensi muncul di antaranya seperti hujan es, hujan lebat dengan periode singkat, dan puting beliung. Cuaca ekstrem bisa terjadi akibat masa peralihan dari kemarau ke musim hujan.
Bagi wilayah dengan musim hujan, BMKG menyarankan agar masyarakat mulai menambah luas tanam, melakukan panen air hujan, serta mengisi waduk dan danau untuk bekal musim kemarau yang akan datang. (Cni)
Advertisement