Semalam, 82 Orang Terjaring Razia PSBB di Surabaya
Tim gabungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kota Surabaya, TNI, Polda Jawa Timur dan Polrestabes Surabaya, menggelar razia penerapan Pembatas Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa titik di Kota Surabaya, Sabtu 2 Mei 2020 malam hari. Hasilnya, 82 orang digaruk oleh tim gabungan tersebut.
Mereka langsung dibawa ke Polrestabes Surabaya untuk dilakukan pendataan, pemeriksaan, dan rapid test lebih lanjut. Tujuannya, bisa diketahui apakah mereka ada yang positif Covid-19 atau tidak.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang datang langsung di Polrestabes Surabaya mengatakan, razia ini adalah bagian dari proses tahapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di Kota Surabaya.
Setelah sebelumnya tiga hari pertama penerapan PSBB hanya berlaku imbauan dan teguran, maka kali ini mulai 1 Mei sampai dengan 11 Mei adalah tahap teguran dan tindakan. Apalagi untuk Kota Surabaya, meski angka kasus positif Covid-19 tinggi, namun masih banyak warga yang tidak patuh.
"Saya mengikuti perjalanan patroli gabungan ini dan masih ditemukan di beberapa titik kerumunan massa ini. Hari ini juga dilakukan hal yang sama di Kabupaten Sidoarjo dan Gresik. Ini jadi hal penting karena Kota Surabaya ini yang terkonfirmasi positif tinggi sekali," kata Khofifah saat ikut melihat proses pemeriksaan warga yang terjaring razia di Polrestabes Surabaya.
Ia membandingkan Surabaya dengan Ibukota Jawa Barat yakni Bandung. Sama-sama ibukota provinsi, namun Kota Surabaya lebih tinggi kasus positifnya. Dengan perbandingan Kota Surabaya 495 dan Bandung hanya 189. Dengan catatan, mereka juga sudah menerapkan PSBB terlebih dahulu.
Maka dari itu Khofifah mengatakan, ia tak mau PSBB di Kota Surabaya harus diperpanjang. Ia ingin aktivitas warga di lini sosial ekonomi bisa kembali normal.
Karena itulah Khofifah ingin, seluruh masyarakat Jawa Timur khususnya Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik, harus menjaga dan membangun kedisiplinan dan kepatuhan masing-masing di antara kita. Sehingga penyebaran Covid-19 bisa diputus.
Khofifah juga kembali menegaskan tak ingin memperpanjang PSBB jika yang sekarang berjalan efektif. Dia mengakui PSBB di daerah lain ada yang butuh perpanjangan karena membuat masyarakat patuh dan disiplin itu ternyata butuh waktu.
"Makanya, jangan anggap enteng dan jangan anggap remeh Covid-19 ini. Penyebaran virus ini masif sekali. Utamanya untuk seluruh warga yang ada di area PSBB, mohon tolong dipahami. Bahwa 47,7% kasus positif di Jatim itu dari Kota Surabaya. Ayo patuh," katanya.