8 Tahun Transgender, Laurel Hubbard Tampil di Olimpiade Tokyo
Atlet Selandia Baru Laurel Hubbard mencatat sejarah sebagai transgender pertama yang berkompetisi di ajang Olimpiade. Laurel Hubbard menjadi transgender saat usianya 35 tahun. Sebelumnya, ia telah bertanding di kompetisi pria sebelum memutuskan menjadi transgender pada 2012.
Atlet berusia 43 tahun itu lolos regulasi IOC 2015, yang mengharuskan semua atlet perempuan memiliki tingkat testosteron di bawah 10 nanomole per liter setidaknya dalam kurun waktu 12 bulan sebelum bertanding.
Dalam kompetisi perdana dengan menyandang status transgender, Laurel Hubbard memang gagal meraih medali di pertandingan angkat besi kategori 87 kilogram Olimpiade Tokyo 2020. Ia bahkan tak mampu menyelesaikan satu angkatan pun pada Senin, 2 Agustus 2021.
Medali emas berhasil diraih lifter China Li Wenwen yang mengumpulkan total angkatan seberat 320kg yang terdiri dari 140kg angkatan snatch dan 180kg di angkatan clean and jerk.
Sementara perak diraih lifter Britania Raya Emily Jade Campbell disusul Sarah Robles dari Amerika Serikat sebagai peraih perunggu.
Laurel Hubbard gagal bersaing, bahkan posisinya masih kalah dari atlet Indonesia Nurul Akmal yang mampu finis di lima besar. Namun, Laurel Hubbard tetap menebar senyum karena mengukir sejarah besar dalam hidupnya. Namnya tercatat dalam buku sejarah sebagai pelopor atlet transgender di Olimpiade.
Meski gagal bersaing dalam perebutan medali, Laurel Hubbard tetap melempar senyum dan memberi isyarat cinta dengan kedua tangannya kepada penonton sebelum meninggalkan arena kompetisi.
Laurel Hubbard sebenarnya bukan satu-satunya transgender yang terlibat di Olimpiade Tokyo, namun ia paling disorot karena masuk daftar penantang medali di angkat besi meski sempat absen selama bertahun-tahun.
"Saya ingin berterima kasih secara khusus kepada IOC (International Olympic Commitee), yang menurut saya benar-benar menegaskan komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip Olimpiade bahwa olahraga adalah milik semua orang," ungkap Laurel Hubbard dikutip dari SkySport.
Kehidupan dan Karir Laurel Hubbard
Laurel Hubbard merupakan anak dari keluarga pebisnis. Ayahnya adalah Richard Hubbard, pendiri Hubbard Food yang menjual sereal di Auckland, Selandia Baru. Laurel Hubbard sendiri mulai berkompetisi atlet angkat besi junior sejak 1998 saat berusia 20 tahun. Kala itu, Hubbard memulai karer dengangkat beban 300 kg dalam kategroi angkat besi +105 kg.
Berdasarkan wawancaranya bersama Radio New Zealand pada 2017, Laurel Hubbard mengatakan memilih cabang olahraga angkat besi karena ia ingin merasa seperti laki-laki.
Karirnya sebagai atlet terbilang sukses. Namun, Hubbard sempat mengambil jeda dari dunia angkat besi di tahun 2000-an. Kabarnya, hal tersebut ia lakukan karena mengalami banyak tekanan sosial.
Pada 2012, Laurel Hubbard memutuskan untuk menjadi transgender saat berusia 35 tahun. Ia merasa yakin dengan pilihannya itu setelah IOC menyesuaikan peraturan mereka mengenai transgender pada 2003. Dalam aturan baru tersebut, transgender dapat ikut berkompetisi.
Setelah ada penyesuaian pada 2015, aturan resmi dari olimpiade menyebutkan perempuan transgender dapat ikut bertanding jika status hormon testostero mereka sudah sesuai.
Kini, Laurel Hubbard menjadi atlet yang menempati posisi ketujuh dalam daftar International Weightlifting Federation (IWF). Ia masuk dalam kategori angkat besi +87 kg.
Selain itu, Laurel Hubbard merupakan atlet angkat besi tertua dalam kategorinya. Selama bertanding, ia telah meraih banyak kemenangan dari berbagai kompetisi sejak kembali bertandig pada 2017.
Laurel Hubbard juga berhasil meraih medali emas di pertandingan IWF Wold Championship pada 2019 dan Oceania Senior Championship pada 2019. Ia juga berhasil mendapat empat perak dan dua medali perunggu di kompetisi lain.