8 Pasar Tradisional di Indonesia Jadi Lokasi Wisata
Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan buah, sayur-sayuran telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik dan lain-lain.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia. Uniknya, ada 8 pasar tradisional yang juga menjadi lokasi wisata.
1. Pasar Apung Banjarmasin
Kota Banjarmasin memiliki banyak sungai. Salah satu sungai paling terkenal yaitu Sungai Kuin. Setiap pagi, sungai ini terdapat banyak aktivitas yang menarik yaitu jual beli kebutuhan sehari-hari seperti sayur-sayuran, daging, buah, makanan dan lainnya.
Pasar ini juga banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun luar dan menjadikan pasar ini sebagai salah satu pasar terunik yang ada di Indonesia. Tak hanya itu saja, di Pasar Terapung ini para pedagang menjual dagangannya dengan menggunakan sebuah perahu kayu yang disebut juga sebagai Jukung.
2. Pasar Beriman Tomohon, Manado
Pasar yang berada di Sulawesi Utara ini menjual aneka macam daging ekstrim. Para pedagang Pasar Beriman Tomohon, Manado ini menjual daging seperti babi, kera, anjung, ular dan bahkan kelelawar. Jadi tak heran jika yang datang berkunjung ke Pasar Tomohon hanya orang-orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi makanan daging hewan yang tak lazim itu.
3. Pasar Mama-mama Papua
Pasar tradisional Mama-mama Papua masuk dalam ikon Kota Jayapura. Pasar yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2017 silam ini, terletak di Jalan Percetakan, Kota Jayapura.
Pasar Mama-mama memiliki luas lahan 2.400 meter persegi. Dapat menampung kurang lebih 300 pedagang. Pasar ini memiliki lima lantai dan didukung berbagai macam fasilitas bagi pedagang maupun pembeli.
Lantai 1 diperuntukkan bagi pedagang basah, seperti jualan sayur, buah, ikan, daging, dan sejenisnya. Lantai 2 diisi oleh pedagang kerajinan tangan khas Papua, misalnya noken atau tas rajut khas Papua dan cinderamata lainnya. Di lantai 3 tersedia pedagang makanan atau kuliner serta ruangan untuk Rumah Anak Harapan untuk anak-anak pedagang. Aula ada di lantai 4 dan lantai 5 sebagai ruang perkantoran yang dikelola pengawas Pasar Mama-mama Papua.
4. Pasar Beringharjo Yogyakarta
Pasar Berigharjo merupakan pasar tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya di jantung Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Pabringan No 1 di ujung selatan Jalan Malioboro dan berdekatan dengan Benteng Vredeburg serta Taman Budaya. Berada di pusat kota, tak heran jika pasar ini menjadi salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Salah satunya adalah untuk wisata kuliner dan berbelanja batik.
Dikutip dari buku Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa yang ditulis Murdijati disebutkan wilayah Pasar Beringharjo dulu adalah hutan beringin. Wilayah tersebut kemudian menjadi tempat transaksi ekonomi setelah Kesultanan Ngayogyakarta berdiri pada tahun 1758. Ratusan tahun kemudian pihak keraton membangun sebuah pasar di wilayah tersebut.
Lalu pada 24 Maret 1925, keraton menugaskan Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton India Belanda) untuk membangun 11 kios untuk los-los di pasar tersebut. Pada akhir Agustus 1925, sudah ada 11 kios yang diselesaikan di wilayah tersebut.
5. Pasar Peunayong Aceh
Ada Pasar Peunayong di Kota Banda Aceh. Pasar ini terletak di pinggir sungai di Aceh sehingga banyak nelayan yang menjual hasil tangkapannya ke pasar Peunayong. Namun, para pedagang telah direlokasi ke pasar baru yang terletak di Gampong Lamdingin Jalan Syiah Kuala sejak 26 Mei 2021. Sementara bangunan pasar lama di Peunayong yang sudah tidak layak lagi akan dijadikan kawasan akan dijadikan pusat kuliner sebagai penunjang destinasi wisata yang akan menjadi pusat perekonomian baru.
6. Pasar Gedhe Solo
Pasar Gedhe Harjonagoro merupakan pasar tradisional berlokasi di pusat Kota Solo tepatnya dekat dengan kampung China yang dikenal dengan daerah Balong dan Wihara Avalokitesvara. Nama Gedhe diberikan karena pasar ini memiliki atap yang besar. Dibangun oleh seorang arsitek terkenal dari Belanda bernama Thomas Karsten. Gaya arsitektur pasar tradisional merupakan campuran gaya Belanda dan tradisional Jawa. Pasar Gedhe terdiri dari dua bangunan berlantai dua yang dipisahkan oleh jalan Sudirman. Meskipun mengalami beberapa kali renovasi, arsitektur asli pasar Gedhe tetap dipertahankan. Pasar Gedhe ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya di Surakarta setelah Pasar Klewer.
7. Pasar Klewer Solo
Dahulu kala, pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, kawasan Pasar Klewer merupakan tempat pemberhentian kereta api yang digunakan sebagai tempat berjualan para pedagang pribumi. Konon, pasar ini sempat mendapat sebutan Pasar Slompretan. Kata slompret berasal dari bunyi terompet yang menjadi penanda kereta api berangkat di zaman Jepang silam.
Pasar Slompretan ini merupakan tempat para pedagang kecil yang menawarkan barang dagangan berupa kain batik. Mereka meletakkan kain-kain itu dipundaknya sehingga tampak menjuntai tidak beraturan atau berkleweran jika dilihat dari kejauhan.
Dari barang dagangan kain batik yang berkleweran itu, pasar ini terkenal dengan nama Pasar Klewer. Pedagang di Pasar Klewer pada awalnya adalah para pedagang yang berjualan di daerah Banjarsari dan Supit Urang. Pasar Klewer mulai berkembang pada tahun 1942-1945 dan semakin berkembang hingga tahun 1968. Pemerintah kemudian membangun bangunan pasar bertingkat permanen pada 9 Juni 1970 untuk menampung para pedagang yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Pasar tekstil terbesar di Jawa Tengah tersebut telah bersolek pasca kebakaran yang meluluhlantakkan bangunan lama, akhir 2014.
8. Pasar Seni Sukawati, Bali
Pasar tradisional di Indonesia ini merupakan salah satu pasar yang banyak dikunjungi oleh wisatawan untuk membeli barang-barang sesuai dengan keinginannya. Selain itu, pasar ini juga terletak di Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Kelebihan pasar tradisional:
- Terjadinya transaksi tawar menawar antara pedagang dan Pembeli
- Terjadinya transaksi secara langsung dengan pedagang
- Makanan dan minuman yang dijual biasanya tidak mengandung bahan pengawet.
Kekurangan pasar tradisional
- Biasanya tempatnya kotor dan becek
- Pengemasan barangnya kurang baik
- Beberapa makanan dan barang-barangnya berkuaitas kurang baik
- Barang-barang yang tersedia kurang lengkap