8 Keutamaan Baca Al-Quran Dijamin Kebenarannya, Menurut Mufasir
Allah berfirman dalam Al-Quran:
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Artinya:
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS A-Baqarah: 2)
Interpretasi Para Mufasir
Guna memahami hal itu, berikut penjelasan Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, dilansir laman gontornews.com. Imam Al-Baidhawi dalam Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, “Dzālikal kitāb” atau “itu kitab” merupakan kata untuk menunjuk sesuatu yang jauh. Ia dapat ditafsirkan sebagai Surat Al-Baqarah, Al-Qur’an itu sendiri, kitab, atau kitab suci terdahulu.
Sedangkan makna asal “kitāb” adalah “kumpulan, himpunan, gabungan.” Sementara Al-Qurthubi mengatakan bahwa kitab itu gabungan dari huruf-huruf.
Adapun pengertian “tiada terdapat keraguan” menurut Imam Al-Baidhawi adalah bahwa kitab itu demikian jelas dan gamblangnya sehingga orang yang memiliki akal sehat tidak meragukannya sebagai wahyu yang mengandung mukjizat setelah menganalisisnya. Tiada seorang pun meragukan kemukjizatan Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman:
تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Turunnya Al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam”. (QS As-Sajdah: 2)
Imam At-Thabari mengungkapkan bahwa “hudan” adalah petunjuk dari kesesatan. Sementara sebagian sahabat nabi mengartikan hudan lil muttaqīn sebagai cahaya bagi orang yang bertakwa.
Al-Hasan Al-Bashari berpendapat terkait “lil muttaqīn” dengan, penjauhan orang bertakwa dari larangan yang diharamkan dan pelaksanaan kewajiban yang diberikan kepada mereka.
Menurut Ibnu Abbas, orang yang bertakwa adalah orang yang mewaspadai siksa Allah untuk tidak menjauhi petunjuk yang mereka pahami; dan mengharapkan rahmat-Nya dengan mengimani semua yang dikabarkan agama kepada mereka.
An-Nashir dalam Kitab Al-Intishaf mengatakan, “hudan” dalam Al-Qur’an memiliki dua pengertian.
Pertama, petunjuk dan penjelasan atas jalan kebenaran bagi orang yang tersesat baik diterima atau ditolak.
Kedua, Petunjuk dalam arti hidayah. Yaitu Allah menciptakan penerimaan atas petunjuk di hati hamba-Nya, orang yang bertakwa.
Mendapatkan petunjuk merupakan suatu anugerah yang sangat besar dari Allah. Karenanya hanya orang-orang yang bertaqwa saja yang akan mendapatkan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang bertakwa juga dimaknai sebagai orang yang beriman, artinya hanya orang-orang beriman saja yang akan mendapatkan petunjuk dari Al-Quran ini.
Ibnu Mas’ud dan sejumlah sahabat lainnya mengartikan “lil muttaqīn” sebagai mukminin atau orang yang beriman. Imam Al-Kalbi ketika ditanya perihal “al-muttaqīn” menjawab, “mereka yang menjauhi dosa besar.”
Sementara Qatadah mengatakan “al-muttaqīn” tidak lain adalah orang yang disifatkan dan digambarkan oleh Allah pada ayat berikutnya, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki.
Ad-Dhahak dalam Tafsir Imam At-Thabari meriwayatkan Ibnu Abbas yang mengartikan orang bertakwa sebagai “orang beriman yang menjaga diri dari penyekutuan terhadap-Ku; dan mereka yang berbuat taat kepada-Ku.”
Tingkatan takwa menurut Surat Al-Baqarah Ayat 2. Pertama, orang yang menjaga diri dari azab yang kekal dengan melepaskan diri dari kemusyrikan. Kedua, orang yang menjauhkan diri dari segala hal yang bisa memalingkan hatinya dari Allah serta menekan hasrat dan nafsunya demi ibadah kepada Allah SWT. Ketiga, orang yang menjauhkan diri dari tindakan pengabaian yang dianggap dosa menurut syariat, termasuk dosa kecil menurut kaum tertentu.
Pelajaran yang bisa diambil dari ayat di atas, yaitu: Penguatan keimanan kepada Allah Ta’ala, kitab-Nya, dan rasul-Nya serta motivasi untuk senantiasa meminta petunjuk dari Al-Qur’an; serta penjelasan mengenai keutamaan takwa dan orang-orang yang bertakwa.
Nilai-nilai Pendidikan
Surat Al-Baqarah Ayat 2 mengandung sejumlah nilai-nilai pendidikan bagi manusia. Pertama, mendidik hamba-Nya agar menjadi orang yang bertakwa dan beriman kepada-Nya. Kedua, mengajarkan hamba-Nya untuk senantiasa mengikuti Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga, mendidik kita agar meningkatkan diri untuk senantiasa membaca, memahami, mengamalkan, dan mengajarkan Al-Qur’an.
Keempat, mendidik kita agar melatih diri untuk terus memperbaiki perilaku dan menjauhi segala yang menyesatkan.
Karena itu hendaklah kita membaca Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya.” (HR Muslim)
Membaca dalam perspektif teologi Islam tidak sebatas membaca teks. Makna iqra bukan sekedar membaca, melainkan mencakup kegiatan observasi, pengamatan, penelitian dan pengembangan.
Allah SWT berfirman:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ – ١
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ – ٢
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ – ٣
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ – ٤
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ – ٥
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia.
Yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Rasa dan Bau yang Enak
Mereka yang membaca Al-Qur’an diibaratkan seperti buah yang memiliki rasa dan bau yang enak, Rasulullah SAW bersabda:
مثَلُ المُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيْحُهَا طَيِّبٌ وطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لَا رِيحٌ لَهَا وطعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ الرِّيْحَانَةِ : رِيْحُهَا طَيِّبٌ وطَعْمُهَا مُرٌّ ، ومَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيْحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
“Perumpamaan orang mukmin yang suka membaca Al-Qur’an ialah seperti buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanya pun enak dan perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Qur’an ialah separti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang munafik yang suka membaca Al-Qur’an ialah separti minyak harum, baunya enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca Al-Qur’an ialah separti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit.” (HR Bukhari dan Muslim)
Lalu mengapa banyak orang yang jarang membaca Al-Qur’an? Ada sejumlah alasan mengapa orang jarang membaca Al-Qur’an. Pertama, kesibukan manusia pada urusan dunia.
Allah SWT berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
Artinya:
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS Ali Imran: 14)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kedua, tidak beriman kepada Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
الٓمٓر ۚ تِلْكَ ءَايَٰتُ ٱلْكِتَٰبِ ۗ وَٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ٱلْحَقُّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al-Qur’an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya). (QS Ar-Ra’d: 1)
Ketiga, tidak mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an.
8 Keutamaan Membaca Al-Quran
Lalu, apa keutamaan membaca Al-Qur’an?
Pertama, Tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.
Allah SWT berfirman:
فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى
“Lalu baran siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS Thaha: 123)
Kedua, para malaikat akan selalu bersamanya.
Rasulullah SAW bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Seorang yang lancar membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa taat kepada Allah. Adapun yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala.” (HR Muslim)
Ketiga, Penyembuh penyakit yang ada dalam dada.
Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya:
Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (QS Yunus: 57)
Keempat, Memberi petunjuk dan kabar gembira.
Allah SWT berfirman:
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (QS Al-Isra’: 9)
Kelima, Penawar dan rahmat.
Allah SWT berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian. (QS Al-Isra’: 82)
Keenam, mengetahui kisah-kisah dari para Nabi dan Rasul Allah SWT.
Allah berfirman:
نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.” (QS Al-Qashash: 3)
Ketujuh, Mendapatkan pahala kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda:
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الٓمٓ satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
Kedelapan, mendapat pahala shalat sepanjang malam.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ
“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala salat sepanjang malam.” (HR Ahmad)
Advertisement