8 Hikmah dan Keutamaan Bulan Sya'ban, Kitab Durratun Nashihin
Bulan Sya'ban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT di antara bulan-bulan lainnya, sehingga melaksanakan amal ibdah di dalamnya pun akan memperoleh hikmah dan keutamaan yang besar. Adapun hikmah dan keutamaan Bulan Sya'ban di antaranya adalah :
Dalam Kitab Durratun Nashihin, Majlis ke-56, Bab Fadhilah Bulan Sya’ban Yang Diagungkan, dari karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiry Al-Khoubawy, disebutkan 8 hikmah dan keutamaan bulan Sya'ban.
Delapan Keistimewaan dan Keutamaan Bulan Sya'ban.
Adapun keistimewaan dan keutamaan Bulan Sya'ban yang mulia, maka sebagain telah dirangkum dalam poin-poin di bawah ini :
1. Bulan Sya'ban Adalah Bulan Yang Memiliki Kebaikan Bercabang-Cabang
Sya'ban menurut bahasa berasal dari lafadz "tasya'aba" (تَشَعَّبَ) yang berarti bercabang-cabang atau bergolong-golong. Adapun bulan ini disebut dengan istilah sya'ban karena di dalamnya terdapat kebaikan yang bercabang-cabang. Sebagaimana penjelasan dalam salah satu hadits Nabi SAW:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَتَدْرُوْنَ لِمَ سُمِيَ شَعْبَانَ ؟ قَالُوْا : اَللّٰهُ وَرَسُوْلُهُ اَعْلَمُ، قَالَ : لِاَنَّهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ
"Nabi SAW bertanya, "Apakah kalian mengerti mengapa dinamakan Sya'ban ?. Para sahabat menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Nabi SAW berkata, "Karena sesungguhnya menjadi bercabang-cabang di dalamnya banyak kebaikan"".
2. Bulan Sya'ban Adalah Bulan Rasulullah SAW
Bulan Sya'ban adalah Bulan yang dikhususkan Allah SWT untuk Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat hadits yang dijelaskan dalam Kitab Durratun Nashihin Bab Fadhilah Bulan Rajab yang Agung, dijelaskan sebagaimana berikut ini :
اِنَّ رَجَبَ شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَانَ شَهْرِيْ وَرَمَضَانَ شَهْرُ اُمَّتِيْ
“Sesungguhnya Rajab adalah Bulan Allah, Sya’ban adalah Bulanku (Rosulullah SAW), dan Ramadhan adalah bulan umatku”
Para ulama' menyimpulkan bahwa salah satu alasan mendasar mengapa Bulan Sya'ban adalah bulan Rasulullah SAW, dikarenakan Bulan Sya'ban adalah bulan di mana umat Rasulullah SAW diperinrahkan membaca sholawat nabi untuk pertama kalinya.
3. Keutamaan Bulan Sya'ban Dibanding Bulan Lainnya, seperti Keutamaan Nabi SAW Dibanding Para Nabi Lainnya
Bulan Sya'ban jikan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya (selain Bulan Rajab dan Bulan Ramadhan), maka seperti keutamaan Nabi SAW dibandingkan keutamaan nabi dan rasul lainnya. Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadits Beliau:
فَضْلُ شَعْبَانَ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِيْ عَلَى سَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ، وَفَضْلُ رَمَضَانَ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ اللّٰهِ تَعَالٰى عَلَى عِبَادِهِ
"Keutamaan Bulan Sya'ban melebihi bulan-bulan lainnya, seperti keutamaanku melebihi para nabi lainnya. Sedangkan keutamaan Bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya, seperti keutamaan Allah Ta'ala melebihi semua hamba-hamba-Nya".
4. Rasulullah SAW Memperbanyak Berpuasa di Bulan Sya'ban
Rasulullah SAW pun melakukan puasa di Bulan Sya'ban secara keseluruhan, mulai awal hingga akhir Bulan Sya'ban, kemudian disambung berpuasa di Bulan Ramadhan. Pada saat itu, Beliau bersabda :
يَرْفَعُ اللّٰهُ اَعْمَالَ الْعِبَادِ كُلَّهَا فِيْ هٰذَا الشَّهْرِ
"Allah mengangkat semua amal-amal perbuatan hamba-hamba di dalam bula ini (Bulan Sya'ban)".
Puasa di sini adalah puasa khusus untuk menghormati Bulan Sya'ban. Mayoritas ulama' sendiri menganggap memperbanyak puasa di Bulan Sya'ban adalah kesunnahan. Ini didasarkan pada salah satu hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Salamah, bahwa Siti Aisyah ra menceritakan kepadanya:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
"Nabi SAW tidaklah berpuasa dalam suatu bulan lebih banyak daripada di Bulan Sya'ban, karena sesungguhnya Beliau berpuasa di Bulan Sya'ban secara keseluruhan".
Para ulama' memberikan kesimpulan mengenai hadits tersebut bahwa Rasulullah SAW banyak berpuasa di Bulan Sya'ban, seolah Beliau berpuasa secara keseluruhan, tentu saja ini harus dimulai sejak permulaan Bulan Sya'ban.
Dalam hadits lain dijelaskan:
مَنْ صَامَ ثَلَاثَةَ اَيَّامٍ مِنْ اَوَّلِ شَعْبَانَ وَثَلَاثَةً مِنْ اَوْسَطِهِ وَثَلَاثَةً مِنْ اٰخِرِهِ، كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ ثَوَابَ سَبْعِيْنَ نَبِيًّا، وَكَانَ كَمَنْ عَبَدَ اللّٰهَ تَعَالٰى سَبْعِيْنَ عَامًا، وَاِنْ مَاتَ فِيْ تِلْكَ السَّنَةِ مَاتَ شَهِيْدًا
"Barang siapa berpuasa 3 hari di awal Bulan Sya'ban, berpuasa 3 hari di pertengahan Bulan Sya'ban, dan berpuasa 3 hari di akhir Bulan Sya'ban, maka Allah mencatat baginya pahala 70 nabi, dia seperti orang yang telah beribadah kepada Allah Ta'ala selama 70 tahun, dan jika dia meninggal dunia di tahun itu maka dia mati dalam keadaan syahid".
Namun perlu diperhatikan, bahwa mayoritas ulama' memberikan hukum makruh bahkan ada yang mengatakan haram jika hanya mengkhususkan berpuasa setelah Nisfu Sya'ban. Ini didasarkan pada salah satu hadits Nabi SAW, di antaranya adalah:
إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُوْمُوْا
"Jika sudah datang separuh Bulan Sya'ban, maka janganlah berpuasa".
Meskpun demikian, namun para ulama' masih membolehkan puasa-puasa sunah yang dianjurkan setelah Nisfu Sya'ban, misalnya berpuasa Hari Senin, berpuasa Hari Kamis, dan lain sebagainya.
5. Diampuni Dosanya Bagi Mukmin yang Mau Melaksanakan Salat Sunnah
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW menceritakan, "Sesungguhnya Allah SWT menciptakan lautan dari cahaya di bawah Arsy, kemudian Allah SWT menciptakan seorang malaikat yang memiliki 2 sayap, salah satunya berada di timur dan salah satu kedua sayapnya berada di barat dan sayap yang lain berada di barat. Kepalanya berada di bawah Arsy dan kedua kakinya berada di bumi yang ketujuh.
Ketika ada seorang hamba melaksanakan sholat sunnah di Bulan Sya'ban, maka Allah SWT memerintahkan malaikat itu untuk menyelam di dalam Ma'ul Hayat (air kehidupan). Malaikat itu pun menyelam kemudian keluar dari Ma'ul Hayat (air kehidupan) sambil menggepak-gepakkan kedua sayapnya, terteteslah dari setiap bulunya tetes-tetes air.
Lalu Allah SWT, menciptakan seorang malaikat dari setiap tetes-tetes air itu, yang mana mereka mendoakan ampun kepada Allah untuk hamba itu sampai hari kiamat".
6. Bulan Sya'ban Memiliki Malam yang Istimewa: Malam Nisfu Sya'ban
Salah satu malam yang dimuliakan Allah SWT selain malam Lailatul Qadar adalah Malam Nisfu Sya'ban. Malam Nisfu Sya'ban adalah malam tepat dipertengahan Bulan Sya'ban, yang mana di dalamnya terdapat fadhilah-fadhilan dan keutamaan-keutamaan besar.
Apalagi, sudah menjadi adat dan budaya kaum muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, biasanya diadakan pembacaan Surat Yasin sebanyak 3 kali di malam ini.
Adapun mengenai hikmah dan keutamaan Malam Nifsu Sya'ban, maka sudah diulas pada posting yang berikut ini : Hikmah dan Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban.
7. Makna Sya'ban Dilihat dari Filosofi Hurufnya
Seperti kita tahu bahwa Sya'ban terdiri dari lima huruf, yaitu syin (ش), ain (ع), ba' (ب), alif (أ), dan nun (ن).
Syin berarti as-syarafah (kemuliaan) dan as-syafa'ah (pertolongan), ain berarti al-izzah (kemuliaan), ba' berarti al-birru (kebaikan), alig berarti al-ulfah (persatuan), dan nun berarti an-nur (cahaya).
Untuk poin ini bisa dilihat lebih jelas, pada posting berikut ini : Makna dan Filosofi Bulan Sya'ban Dari Segi Huruf.
8. Terbebas Dari Berbacai Macam Bala' dan Penyakit
Dalam salah satu hadits Nabi SAW, dijelaskan :
مَنْ عَظَّمَ شَعْبَانَ وَاتَّقَى اللّٰهَ تَعَالٰى وَعَمِلَ بِطَاعَتِهِ وَاَمْسَكَ نَفْسَهُ عَنِ الْمَعْصِيَةِ، غَفَرَ اللّٰهُ تَعَالٰى ذُنُوْبَهُ وَاٰمَنَهُ مِنْ كُلِّ مَا يَكُوْنُ فِيْ تِلْكَ السَّنَةِ مِنَ الْبَلَايَا وَالْاَمْرَاضِ كُلِّهَا
"Barang siapa mengagungkan (meghormati) Bulan Sya'ban, bertaqwa kepada Allah Ta'ala, melakukan ketaatan, dan menahan dirinya dari kemaksiatan, maka Allah Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya dan memberinya keamanan dari setiap apapun yang ada di dalam tahun itu, baik berupa bala' (cobaan) maupun penyakit-penyakit, semuanya".
Demikian terungkap dari isi kandungan Kitab Durrotun Nashihin, Majlis ke-56, Bab Fadhilah Bulan Sya’ban Yang Diagungkan, dari karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiry Al-Khoubawy.