8 Fakta Gempa di Nias
Getaran gempa bumi yang bersumber di lepas pantai sebelah barat Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara, sempat membuat panik warga Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya mendeteksi kekuataan gempa tersebut dengan parameter magnitudo (M) 7,2 sebelum akhirnya mengoreksi menjadi M 6,7.
Berikut delapan fakta gempa bumi di sebelah barat Kabupaten Nias Barat pada Jumat 14 Mei 2021 pukul 13.33 WIB, yang diungkapkan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
1. Hingga pukul 16.18 WIB sore ini, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 13 kali.
2. Episenter terletak di laut pada koordinat 0,2 LU dan 96,69 BT pada jarak 125 km arah baratdaya Lahomi, Nias Barat, pada kedalaman 10 km.
3. Guncangan gempa ini dirasakan di Gunung Sitoli Nias III-IV MMI, Banda Aceh III MMI, Aek Godang, Aceh Tengah II MMI dan belum ada laporan dampak kerusakan.
4. Gempa ini tidak berpotensi tsunami berdasarkan hasil pemodelan, dengan magnitudo 6,7 belum cukup kuat untuk menimbulkan deformasi dasar laut hingga mengganggu kolom air laut.
5. Gempa yang terjadi bukan gempa megathrust tetapi jenis gempa dangkal di zona outer-rise yaitu zona sumber gempa di luar zona subduksi (megathrust).
6. Episenter gempa barat daya Nias ini di peta tampak berada di luar zona subduksi. Inilah yang menjadi ciri sumber gempa outer rise. Gaya tektonik yang bekerja di zona ini bukan kompresional atau menekan, tapi gaya ektensional atau tarikan karena merupakan zona bending (regangan).
7. Gempa ini hasil analisis BMKG memiliki mekanisme sesar turun (normal fault) yang menguatkan bahwa gempa ini bersumber di zona deformasi akibat terbangunnya gaya tarikan atau regangan.
8. Gempa yang bersumber di zona outer rise tidak boleh diabaikan karena di Indonesia sudah 2 kali terjadi tsunami akibat gempa yang bersumber di zona outer rise, yaitu Tsunami destruktif di Sumbawa 1977 dan Tsunami Jawa 1921.
Sumber gempa outer rise ini pernah memicu Tsunami Lunyuk, Sumbawa, pada 19 Agustus 1977. Saat itu gempa dahsyat magnitudo 8,3 yang oleh para ahli gempa populer disebut sebagai “The Great Sumba” telah memicu terbentuknya patahan dasar laut dengan mekanisme turun.
Patahan dasar laut dengan mekanisme turun itu memicu terjadinya tsunami setinggi sekitar 8 meter dan menewaskan lebih dari 300 orang.
Advertisement