751 WNI Anggota Jamaah Tabligh Dituding Biang Masalah di India
Anggota Jamaah Tabligh (JT) dari Indonesia menjadi persoalan yang belum selesai di India. Data Kementerian Luar Negeri RI menyebut setidaknya terdapat 751 WNI anggota JT yang tersebar di sejumlah negara bagian di India.
Sekitar tujuh ratus lebih WNI tersebut sebelumnya berada di India pada awal Maret 2020, untuk mengikuti agenda rutin tahunan. Namun, belum sempat kembali ke tanah air anggota JT asal Indonesia dan sejumlah negara asing lainnya, terjebak dalam lockdown yang diterapkan oleh pemerintah India pada 24 Maret lalu sebagai upaya menekan angka kasus COVID-19.
Keberadaan ribuan anggota JT termasuk dari Indonesia itu, dituding oleh pemerintah setempat sebagai penyumbang meningkatnya angka kasus COVID-19. Sekretaris Kementerian Kesehatan India, Lav Agarwal, menyebut even JT itu menyebabkan peningkatan kasus menjadi berlipat ganda yaitu pada 4.1.
“Jika kita membandingkan kemunculan Jamaah Tabligh dan kejadian itu tidak terjadi, maka kita telah melihat bahwa dalam berapa hari kasusnya berlipat ganda, adalah sekitar 4,1,” ungkap Lav Agarwal dilansir dari India Today pada awal April 2020.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, WNI anggota JT sendiri saat ini disebutkan berjumlah 237 orang masih berada di India. Pemulangan terbaru terhadap WNI anggota JT yakni pada 16 September dengan jumlah 122 orang.
"Alhamdulillah mereka telah tiba dengan selamat di Jakarta pada dini hari tadi. Dengan kepulangan mereka artinya 515 orang WNI JT, atau 2/3 dari total WNI JT di India, telah berhasil kita fasilitasi kepulangannya ke Indonesia,” sebut Retno dalam keterangan resmi, Jumat 18 September 2020.
Retno menjelaskan ratusan WNI yang masih berada di India itu, tersebut tersebar di sejumlah negara bagian.
“Andhra Pradesh, Tamil Nadu, Uttar Pradesh, Telangana, New Delhi, Maharashtra, Kamataka, Bihar, dan Jharkhand,” paparnya.
Menurut Retno permasalahan mengenai WNI anggota JT menjadi fokus Menteri Luar Negeri RI-India, pada pertemuan ASEAN Sabtu lalu.
"Dalam Pertemuan para Menlu ASEAN-India yang diadakan hari Sabtu yang lalu saya juga mengangkat isu JT ini dan meminta Menlu India terus memberikan bantuan agar mereka dapat segera kembali ke negara masing-masing.
"Karena ini konteksnya ASEAN dan JT tidak hanya berasal dari Indonesia namun juga beberapa negara ASEAN sehingga saya menyampaikan agar dapat dibantu para JT ini kembali ke negara masing-masing. Hal ini telah ditanggapi dengan baik oleh Menlu India,” terang Retno lagi.
Nasib kurang beruntungsberuntung terjadi kepada para WNI anggota JT di India itu, seperti positif COVID-19, berurusan dengan hukum maupun masuk ke dalam daftar hitam dengan tidak diperpanjang visa.
Pada awal April Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, mengatakan, terdapat 27 anggota Jamaah Tabligh asal Indonesia yang terjebak lockdown di India dinyatakan positif COVID-19.
Pada 29 April Menlu Retno Marsudi mengumumkan sebanya 75 WNI anggota JT positif COVID-19.Di sisi lain kasus hukum juga bergulir terhadap sejumlah WNI anggota JT di India.
Setidaknya, terhitung 14 – 16 Juli 2020, sebanyak 436 anggota Jamaah Tabligh Indonesia mengikuti proses persidangan di Pengadilan New Delhi. Terdapat diantara mereka yang mengajukan “Plea Bargain” dikenakan sanksi pembayaran denda sebesar 10.000 Rupee atau sekitar Rp 2.000.000,-.
Dakwaan yang dikenakan antara lain dengan pelanggaran visa, pelanggaran Ketentuan kekarantinaan dan pelanggaran terkait penanganan bencana. Sedangkan 53 anggota Jemaah Tabligh Indonesia yang mendapat status "Bail" (tebusan), telah dikeluarkan dari penjara di Kota Chennai pada 16 Juli 2020.
Sebelumnya, akibat pandemi COVID-19 sidang terhadap 436 anggota Jamaah Tabligh asal Indonesia dilakukan pada 14 - 16 Juli secara virtual dari empat lokasi penampungan Jemaah Tabligh Indonesia di Kota New Delhi. Tudingan sebagai penyumbang tingginya kasus COVID-19, sempat ditolak langsung oleh Pemimpin Jamaah Tabligh, Ameer Maulana Saad.
“Para anggota Jamaah Tabligh sebagai penyebab COVID-19 dalam pertemuan tahunan itu adalah tidak benar. Kami juga menyayangkan ketakutan masyarakat India terhadap kelompok JT dan adanya pelarangan untuk beribadah di masjid-masjid,” ujar Maulana saat wawancara dengan India Today, 1 April 2020.
Advertisement