732 Juta Dolar AS, Nilai Transaksi Israel Beli Senjata dari AS
Amerika Serikat (AS) memang sekutu abadi Israel. Di tengah kecamuk agresi Israel ke Palestina dan mendapt perlawanan dari militan Hamas, Israel memastikan tetap membeli senjata ke AS. Meskipun begitu, ada sejumlah penolakan yang tak digubris oleh AS.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan, pihaknya akan tetap memproses penjualan senjata ke Israel. Dikonfirmasi, kebijakan penjualan dengan transaksi senilai 732 juta dolar AS (Rp10,5 Triliun) tersebut, meski mendapat penolakan dari sejumlah politisi.
Pernyataan Blinken dilansir ABC News This Week, terlontar setelah Tel Aviv dan faksi penguasa Gaza, Hamas, sepakat untuk melakukan gencatan senjata.
Blinken mengemukakan alasan mengapa AS tetap meneruskan menjual senjata ke Israel. Menurutnya, Presiden Joe Biden sudah berkomitmen memberi bantuan kepada Tel Aviv guna melindungi diri.
"Terutama saat mereka menghadapi serangan diskriminasi ke warga sipil. Setiap negara pasti akan membalas jika diserang seperti itu," kata Blinken, dikutip dari New York Post, Selasa 25 Mei 2021.
Blinken mengatakan, penjualan senjata presisi sudah didiskusikan dengan Kongres AS untuk memastikan transparansi. Menurutnya, pihaknya memberi kredit ke Biden atas "diplomasi efektif" yang membantu adanya kesepakatan gencatan senjata.
Konflik yang dimulai pada 10 Mei itu berakhir 11 hari kemudian, dengan lebih dari 200 orang tewas, mayoritas terjadi di Gaza.
Blinken mengklaim, upaya diplomasi untuk mengakhiri serangan Israel di era sebelumnya berlangsung dalam waktu lama.
"Tetap saja, hari yang sudah terlewati merupakan kehilangan besar dalam kemanusiaan. Kami bertekad mengakhirinya," tegasnya.
Protes dari Senator Sanders
Sebelumnya, Senator Bernie Sanders mengusulkan resolusi untuk memblokir suplai persenjataan ke Tel Aviv.
Menurutnya, Washington tak bisa begitu saja menjual senjata ke Israel.
"Apalagi ketika pesawat pengebom buatan AS menghancurkan Gaza, membunuh anak-anak dan perempuan," tegas Sanders.
Sanders mengatakan, mereka harus memastikan apakah senjata yang dijual akan membantu perdamaian atau justru memperpanjang konflik.
Gencatan Senjata Israel-Hamas
Tokoh senior Hamas mengklaim kemenangan pada Jumat 21 Mei 2021, setelah adanya gencatan senjata Israel Hamas.
"Ini adalah euforia kemenangan," kata senior kedua dari biro politik Hamas di Jalur Gaza, Khalil Al Hayya, dalam pidatonya di hadapan ribuan orang yang merayakan, dikutip dari AFP.
Khalil Al Hayya berjanji akan membangun kembali rumah-rumah yang hancur akibat serangan udara Israel. Gencatan senjata yang ditengahi Mesir ini juga menyasar pada kelompok bersenjata terkuat kedua di Gaza, yaitu Islamic Jihad.
Gencatan senjata Israel Hamas disepakati pada Kamis 20 Mei 2021 dan berlaku sejak Jumat dini hari. Hal tersebut muncul setelah desakan dunia untuk menghentikan pertumpahan darah yang berlangsung sejak awal Mei tersebut.
232 Tewas Warga Palestina, Termasuk 65 Anak-Anak
Tercatat, serangan Israel di Gaza sejak 10 Mei menewaskan 232 warga Palestina termasuk 65 anak-anak dan milisi. Kemudian, 1.900 orang lainnya mengalami luka-luka menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Gaza juga rusak parah, puing-puing berserakan dengan sekitar 120.000 orang mengungsi.
Berdasarkan klaim tentara Israel, Hamas dan kelompok bersenjata lainnya di Gaza menembakkan lebih dari 4.300 roket selama konflik Palestina dan Israel.
Serangan Roket Iron Dome
Namun mayoritas roket itu dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome. Serangan roket-roket itu menewaskan 12 orang di Israel, termasuk dua anak dan seorang tentara, satu warga India, dan dua warga Thailand.
Konflik Israel Palestina memanas sejak Hamas menembakkan roket ke arah Yerusalem, tak lama dari bentrokan antara polisi dengan demonstran di kompleks Masjid Al-Aqsha.
Israel kemudian melakukan serangan udara yang disebut menargetkan ratusan sasaran militer di Gaza, dan menewaskan puluhan komandan milisi.