727 Tahun Surabaya, Machfud Arifin: Pembangungan Tidak Merata
Bakal Calon Walikota Surabaya, Machfud Arifin melakukan pertemuan khusus dengan Forum Komunikasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) se-Surabaya di Hotel Mercure, Surabaya, Minggu 23 Agustus 2020. Dalam pertemuan tersebut, Machfud Arifin mendengar segala keluh kesah masyarakat.
Dalam pertemuan yang bersifat santai tersebut, beberapa pengurus LPMK menyampaikan keluhannya karena banyak program atau janji yang tidak ditepati oleh Pemerintah Kota Surabaya di bawah pimpinan Tri Rismaharini dalam dua periode. Hal ini berdampak pada macetnya pengentasan permasalahan yang menyangkut kesejahteraan warga.
“Contoh yang tidak terealisasi saat sekarang ini mengatasi masalah banjir, gorong-gorong kita usulkan beberapa tahun lalu tidak pernah terealisasi kalau di tempat saya di Kedung Tarukan,” kata Penasehat LPMK Surabaya, Gunawan Bandoro.
Karena itu, ia menganggap LPMK ini seperti ada dan tiada karena hanya dibutuhkan untuk mengatasi apabila ada permasalahan yang berkembang di masyarakat.
“Selama ini tidak pernah dianggap oleh Pemkot Surabaya, undangan pun hanya cukup tingkat RT/RW. Padahal, LPMK didirikan sebagai tokoh masyarakat mitra daripada lurah tapi kenyataannya tidak sama sekali. Hanya kalau ada permasalahan tingkat bawah LPMK dijadikan garda terdepan pemerintah,” kata Gunawan.
Sementara itu, Machfud Arifin mengakui, sudah banyak keberhasilan yang dilakukan oleh Tri Rismaharini dalam membangun Kota Surabaya yang sudah diakui sampai tingkat internasional. Hanya saja, hal itu masih belum cukup bagi warga saat ini karena pembangunan tidak merata.
“Selama ini yang dibangun hanya protokol saja dan terlihat indah. Tapi di wilayah lainnya ini tidak tersentuh sama sekali, kemarin di Keputih ada taman besar tapi warga tidak mendapat saluran air. Padahal, usia Surabaya ini 727 tahun, Indonesia merdeka 75 tahun, tapi masih ada warga yang tidak mendapat air,” katanya.
Memperindah protokol utama, kata dia, adalah bagaimana Risma selama ini seperti hanya fokus dalam membangun taman-taman kota saja. Padahal, di beberapa tempat di pusat kota masih ada pemukiman kumuh yang jalannya sempit, tidak ada kamar mandi, dan lainnya.
Selain itu, di tengah kota dari berbagai pengamatannya langsung ketika berkunjung ke beberapa tempat, masih banyak sampah yang menumpuk di sungai. Ini berdampak pada munculnya banjir di beberapa tempat, kemudian muncul bau yang tidak nyaman.
“Paling banyak kebutuhan masyarakat Surabaya di usia 727 tahun, merdeka 75 tahun, namanya jamban (kamar mandi) aja masih banyak tidak layak, orang harus ngantri. Itu ke depan prioritas kita benahi semua,” ujar mantan Kapolda Jatim itu.
Ia mengaku, Surabaya harusnya malu dengan daerah lain yang bisa lebih baik. Ia mencontohkan Jembatan Ampera di Palembang yang dimanfaatkan oleh pemda setempat yang tak hanya memperindah kota tapi juga meningkatkan ekonomi warga. Padahal, Surabaya ini dikenal sebagai kota terbesar kedua setelah DKI Jakarta dan memiliki anggaran yang lebih besar dari Palembang.
Selain pertemuan, dalam kesempatan itu Forkom LPMK se-Surabaya juga melakukan deklarasi dukungan terhadap Machfud Arifin.