7 Pakar Hadist Internasional Bahas Stabilitas Negara di Jember
Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi'i Jember menggelar konferensi internasional kedua, di hotel Dafam Fortuna Jember, Jumat, 12 Mei 2023 malam. Dalam konferensi kali ini, menghadirkan 7 pakar hadis dari berbagai negara Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Para pemateri dalam konferensi tersebut di antaranya, Prof. Dr. Muhammad Bakhit Al Hujaili (Wakil Dekan Pascasarjana 1442-1443 H, Fakultas Hadits, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi), Prof. Dr. Mahmud Abdullah Abdul Halim (Guru Besar Hadits, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Mesir), Prof. Dr. Abdus Sami’ Muhammad Anis (Guru Besar Hadits dan Ilmu Hadits, Fakultas Syariah, Universitas Sharjah, Uni Emirat Arab).
Kemudian pakar yang berasal dari Negara di Asia Tenggara di antaranya, Prof. Dr. Muhamad Rozaimi bin Romle (Rektor Kolej Iniversiti Islam Perlis/KUIPs, Malaysia), Dr. Abdus Sobur Abu Bakr Mumtaz. (Dosen Universitas Salafiyah, Varanasi, India), Dr. Sufyan Siddik Fuad Baswedan, M.A. (Dosen Prodi Ilmu Hadits STDI Imam Syafi'i, Jember, Indonesia), dan Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. (Pembantu Ketua III dan Dosen Prodi Ilmu Hadits STDI Imam Syafi'i, Jember, Indonesia).
Selain itu juga hadir Laksamana Madya TNI (Purn.) Dr. Ir. Harjo Susmoro, Dosen Prodi Strategi Pertahanan Laut Universitas Pertahanan. Sekjen Wantannas 2020-2023 itu memaparkan soal stabilitas keamanan negara.
Dalam konferensi tersebut terdapat 47 makalah yang terpilih tentang stabilitas negara. Makalah yang terpilih tersebut nantinya akan diimplementasikan dalam kehidupan bernegara.
Ketua STDI Imam Syafi'i Jember Muhammad Arifin Badri mengatakan, konferensi ilmu hadis merupakan agenda rutin STDI Imam Syafi'i Jember. Hanya saja, karena sebelumnya terkendala pandemi, baru kali ini menghadirkan peserta dengan jumlah yang cukup banyak, yakni 350 peserta. Tak hanya berasal dari Indonesia saja, para peserta juga berasal dari beberapa negara tetangga.
Jika sebelumnya konferensi ilmu hadis internasional membahas mengenai definisi liar tentang radikalisme, kali ini membahas tentang stabilitas negara. Menjaga stabilitas negara bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tugas semua elemen masyarakat, termasuk lembaga pendidikan.
“Konferensi internasional kedua ini berusaha menyadarkan kembali, tentang pentingnya stabilitas negara, sebagaimana terkandung dalam hadis. Diharapkan melalui konferensi ini melahirkan generasi yang mampu memahami hadis Rasulullah dengan benar,” kata Arifin.
Strategi menjaga stabilitas negara sudah terdapat dalam hadis Rasulullah. Sehingga dengan kembali kepada hadis, otomatis stabilitas negara akan terjaga.
Arifin mengajak masyarakat merenungi kisah saat Rasulullah meminta sahabat pergi ke negeri orang kafir, Habasyah yang kini dikenal sebagai negara Ethiopia. Pertimbangan Rasulullah bukan karena perdagangan dan agama Islam di negara tersebut berkembang, namun karena ada jaminan stabilitas keamanan dan hukum.
“Di negara tersebut terdapat seorang raja yang tidak mengizinkan satu orang pun ditindas. Sehingga meskipun kehadiran umat muslim sebagai minoritas, akan tetap aman dan nyaman berada di negara tersebut,” pungkas Arifin.
Sementara itu, Laksamana Madya TNI (Purn.) Dr. Ir. Harjo Susmoro menyampaikan, menjaga stabilitas keamanan bangsa Indonesia saat ini perlu perjuangan. Terlebih memasuki tahun politik banyak berita-berita bohong yang bertebaran.
Parahnya lagi, informasi bohong tersebut pada akhirnya seolah-olah dianggap sebagai sesuatu yang benar.
“Kita harus menjaga integritas bangsa. Diperlukan kekuatan dan keimanan. Jika dibiarkan, maka Indonesia akan jauh dari nilai-nilai Pancasila,” kata Harjo Susmoro.
Harjo Susmoro menegaskan Pancasila yang mengandung nilai-nilai ketuhanan sudah final. Menerapkan Pancasila dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, secara otomatis akan terhindar dari konflik.
Harjo kemudian merinci bentuk stabilitas keamanan suatu negara berdasarkan perspektif islam. Yakni keamanan diri dengan adanya larangan pembunuhan.
Kemudian ketenangan pikiran dengan adanya larangan mabuk. Keamanan akidah dengan adanya larangan berbuat syirik.
Selanjutnya negara juga harus menjamin keamanan harta, sehingga ada larangan mencuri. Sementara keamanan nasab dapat berupa larangan berbuat zina.
“Ada juga keamanan komunitas, berupa perintah mentaati penguasa. Terakhir keamanan akhirat berupa hadiah surga,” pungkas Harjo.
Sementara itu, Kabid Kemasyarakatan Bakorwil V Jember Agus Samiaji mengapresiasi atas terselenggaranya konferensi internasional berkaitan dengan ilmu hadis. Agus mewakili Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap konferensi tersebut dapat menjaga atau meningkatkan indeks kerukunan beragama, khususnya di Jawa Timur.
Indeks kerukunan beragama di Jawa Timur pada tahun 2021 lalu mencapai 77 persen. Capaian tersebut lebih tinggi dibanding capaian nasional.
“Indeks kerukunan beragama ini menjadi modal merawat kesatuan dan persatuan bangsa. Pemerintah Jawa Timur terus menjaga hingga saat ini, sebab jika Jawa Timur bergejolak akan mempengaruhi stabilitas nasional,” pungkas Agus.