7 Mitos Gunung Semeru
Gunung Semeru memuntahkan awan panas dan material vulkanik lainnya saat meletus, pada Sabtu 4 Desember 2021. Meletusnya Gunung Semeru ini kemudian menjadi trending topik di Twitter.
Gunung Semeru terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Gunung Semeru selalu menjadi objek pendakian favorit setiap tahunnya. Pasalnya, gunung berketinggian 3.676 mdpl ini dinobatkan sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa dan masuk dalam jajaran Seven Summits.
Gunung Semeru yang juga dikenal sebagai Mahameru adalah gunung berapi yang lekat dengan mitos rakyat Jawa. Terdapat beberapa mitos yang terkait Gunung Semeru, di antaranya sebagai berikut dilansir dari berbagai sumber:
1. Pasak Bumi Pulau Jawa
Salah satu mitos menyebutkan, Gunung Semeru dipercaya sebagai bagian puncak dari Gunung Meru di India yang dibawa oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu ke Tanah Jawa untuk dijadikan pasak bumi. Kisah yang termuat dalam kitab Tantu Panggelaran itu mengatakan bahwa sebelum Gunung Semeru ditancapkan, Pulau Jawa masih terombang-ambing di lautan lantaran belum ada penekannya. Tantu Panggelaran adalah salah satu karya satra Jawa yang terkenal dalam khazanah sastra Jawa, ditulis pada 1557
2. Tempat Bersemayam Para Dewa
Puncak Gunung Semeru dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para Dewa Hindu dan menjadi penghubung antara Bumi dan Kahyangan. Masyarakat Hindu melakukan upacara sesaji kepada dewa-dewa di Gunung Semeru setiap 8-12 tahun, saat mereka menerima suara gaib dari dewa-dewa di Mahameru.
3. Pulau Jawa Terbelah
Mitos lain menghubungkan letusan Gunung Semeru dengan pertanda bencana, atau peristiwa besar yang membawa penderitaan bagi rakyat. Karena itulah tidak heran ada yang menghubungkan letusan Gunung Semeru ini dengan ramalan Jayabaya, yang menubuatkan bahwa Pulau Jawa akan terbelah.
Ramalan itu juga dikaitkan dengan aktivitas vulkanik di Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Brebes, Banyumas, Purbalingga, Pemalang, dan Tegal. Bahkan, mitos itu pun sampai saat ini masih diyakini warga sekitar lereng Gunung Slamet.
Terlebih lagi, gunung dengan ketinggian 3.428 meter itu berada nyaris di tengah-tengah antara pantai utara dan selatan Jawa. Cerita ini sudah lama berkembang di warga Banyumas dan sekitarnya yang dikaitkan dengan ramalan Jayabaya. Mereka meyakini mitos yang menyebutkan Pulau Jawa akan terbelah jika Gunung Slamet meletus.
4. Misteri Kawasan Kelik
Bagi yang pernah mendaki Semeru, mungkin sudah tahu tentang misteri di Kawasan Kelik. Kawasan ini merupakan lokasi yang terdapat banyak sekali nisan untuk orang-orang yang meninggal ketika mendaki Gunung Semeru. Salah satunya milik aktivis Soe Hok Gie. Konon ketika para pendaki melewati kawasan kelik, para pendaki ada yang mengalami kesurupan roh manusia dan roh binatang.
5. Penunggu Ranu Kumbolo
Misteri Gunung Semeru lainnya adalah kisah penghuni Ranu Kumbolo, danau yang berada di ketinggian 2.389 mdpl. Di mana masyarakat sekitar percaya keberadaan dewi berpakaian kebaya kuning di Ranu Kumbolo.
Para pengunjung dilarang mandi, mencuci, bahkan mendirikan tenda dengan jarak 10 meter dari bibir danau. Para pengunjung juga dilarang memancing atau menangkap ikan apa pun di danau tersebut. Konon katanya, dewi itu suka menjelma menjadi ikan emas besar yang bertugas menjaga wilayah tersebut.
6. Tanjakan Cinta
Tanjakan cinta merupakan jalan setapak di Gunung Semeru yang memiliki tingkat kemiringan sekitar 45 derajat. Tanjakan ini akan membawa para pendaki ke Oro-oro Ombo. Konon, saat melewati tanjakan cinta, para pendaki diimbau untuk tidak menoleh ke belakang.
Siapa pun yang mampu melewati tanjakan cinta tanpa istirahat dan tidak menoleh sama sekali ke belakang hingga atas bukit, maka kisah percintaannya akan abadi. Namun, jika menengok ke belakang, hal yang sebaliknya yang akan terjadi.
7. Wejangan Juru Kunci Mbak Dipo
Mbah Dipo disebut-sebut sebagai juru kunci Gunung Semeru. Meskipun sang kuncen ini telah meninggal dunia pada 2005 silam, namun nasihat terakhirnya masih melekat dan dipegang hingga saat ini.
Mbah Dipo pernah menuturkan bahwa jika Gunung Semeru meletus maka penduduk sekitar disarankan untuk lari menuju arah sungai, bukan ke arah Gunung Sawur. Alasan pasti mengapa Mbah Dipo memberikan wejangan tersebut tidak diketahui secara detail.