7 Hal Penting Memahami Gus Dur, Pluralisme dan Humanisme
Dalam acara Seminar bertema "Gus Dur : Pluralisme dan Humanisme", oleh PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Dunia wilayah Timur Tengah dan Afrika, via Webinar, KH Husein Muhammad antara lain menyampaikan :
1. Tidak seorang pun di dunia ini yang dapat menolak sebuah kenyataan bahwa alam semesta adalah plural, beragam, berwarna-warni dan berbeda-beda. Keberagaman adalah hukum alam semesta atau Sunnatullah. Dengan kata lain keberagaman merupakan kehendak Allah dalam alam semesta.
2. Oleh karena itu, tak menghargai perbedaan atau memaksakan pandangan /keyakinanmu terhadap orang lain sama saja dengan tak menghargai sistem suci yang telah ditetapkan oleh Tuhan".
3. Humanisme atau kemanusiaan dalam Islam tidak lain adalah cara melihat manusia/orang sebagai manusia/orang, apapun identitas dirinya, yang harus dihormati dan dihargai, sebagaimana Tuhan sendiri menghormati dan menghargainya. Soal apa keyakinan dalam hati atau pikirannya hanya Allah yang akan memutuskannya. Inilah makna firman Tuhan "Wa Maa Arsalnaka Illa Rahmatan li al 'Alamin" (Kami tidak mengutusmu kecuali untuk menjadi Rahmat/ Kasih bagi semesta). Sungguh, tidak ada pernyataan kemanusiaan yang demikian indah seperti ini. Ini merupakan puncak pandangan Islam tentang pluralisme.
4. Atas hal ini al Syekh al Akbar, maha guru spiritualitas, Muhyiddin Ibn Arabi mengatakan :
لا تحتقر احدا او شيئا لان الله لا يحتقره حين خلقه
"Janganlah kau merendahkan siapapun dan apapun. Karena Allah tidak merendahkannya ketika menciptakannya".
5. Gus Dur adalah manusia bijakbestari besar. Seluruh hidupnya dipertaruhkan dan diabdikan untuk mencintai semua manusia dan menemani mereka yang hatinya luka.
6. “Sepanjang sejarah bangsa ini tak ada orang yang kematiannya diantarkan dengan kehormatan dan do’a oleh beragam identitas orang dan dalam jumlah yang begitu masif, kolosal, kecuali beliau: Gus Dur”.
7. Seorang bijakbestari menjadikan cinta sebagai kode moral tertinggi. Cintalah yang melahirkan keindahan, harapan, kesabaran, ketabahan, toleran dan semua moral baik. Penghormatan, toleransi, memberikan kebaikan, semua lahir dari cinta.
Membangun Peradaban Besar
“Pada masa-masa Islam awal, banyak pergaulan sosial yang lancar di antara kaum muslimin, Kristen dan Yahudi. Sementara menganut agama masing-masing, mereka membentuk masyarakat yang satu di mana relasi persahabatan pribadi, kerjasama bisnis hubungan guru-murid dalam ilmu pengetahuan dan bentuk-bentuk aktivitas bersama lainnya berjalan normal dan sangat umum di mana-mana. Kerjasama budaya ini dibuktikan dalam banyak cara". (Nurcholis Madjid, "Islam Agama Peradaban", hal. 60).
Demikian catatan KH Husein Muhammad. (08.01.23/HM)
Advertisement