7 Fakta Sinetron Zahra Indosiar, Dihujat Kampanyekan Pedofil
Sinetron Zahra yang baru seminggu tayang di Indosiar membuat publik heboh. Zahra dianggap sebagai sinetron yang tidak mendidik, bahkan merusak moral. Melansir berbagai sumber berikut tujuh fakta Sinetron Zahra.
Zahra Gantikan Sinetron Bismillah Cinta
Zahra tayang perdana pada Senin, 24 Mei 2021 setiap pukul 18.00 WIB. Zahra menggantikan sinetron Bismillah Cinta yang diperankan Ali Syakib dan Margin Wierheem.
Zahra sendiri adalah sinetron dari seri Sinetron Suara Hati Istri. Zahra digarap di bawah arahan Joe Sandjaya dan Sam Sarumpaet. Selain Zahra, kedua sutradara ini sering menggarap seri Suara Hati Istri lainnya.
Kisahkan Remaja dari Keluarga Sederhana
Zahra berkisah tentang seorang remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Zahra berasal dari keluarga miskin yang sederhana. Ayahnya merupakan seorang buruh tani pemetik daun teh. Zahra adalah anak pertama di keluarganya.
Di sekolah, Zahra jatuh hati dengan teman sebayanya bernama Alsyad. Namun, lantaran utang yang dimiliki ayahnya Zahra terpaksa menikah dengan bos ayahnya, Tirta. Tirta sendiri telah memiliki dua orang istri, Ratu dan Putri. Zahra awalnya menolak, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain.
Pemeran Zahra Berusia 14 Tahun
Zahra diperankan oleh artis pendatang baru berdarah blasteran Indonesia-Prancis. Adalah Lea Chiarachel Forneaux. Lea saat ini masih berusia 14 tahun. Tepat pada 5 Oktober 2021 nanti, Lea usianya genap 15 tahun.
Lea memulai debutnya sebagai pemeran utama sinetron kejar tayang Zahra karena dia tertarik dengan karakter Zahra. Bagi Lea, Zahra adalah sosok yang tangguh. Dia harus merelakan impiannya yang semula menjadi seorang dokter. Mimpi Zahra harus pupus demi mempertahankan ekonomi keluarganya.
Dikritik Kampanyekan Pedofil dan Poligami
Sinetron Zahra banjir komen negatif netizen di media sosial. Baik di kanal Youtube Indonesiar pun di Twitter. Topik Zahra menjadi topik populer dengan adanya lebih dari 20 ribu cuitan. Zahra dianggap sebagai sinetron yang mengampanyekan praktik poligami dan pedofil serta pernikahan anak-anak.
Dalam kehidupan nyata, pemeran Tirta adalah aktor Panji Saputra yang berusia 39 tahun. Sedangkan pemeran Zahra, Lea Chiarachel masih berusia 14 tahun. Netizen menyayangkan pemilihan pemain yang berusia anak-anak itu. Terlebih, ada adegan ranjang yang menurut warganet tidak etis.
“Indonesia tidak mendukung pedofil. Indosiar, bangs** Dia usia 15 tahun, dan judulnya ini menjijikkan. Contoh: Pertama kalinya Zahra bercinta dengan Tirta. Selain itu, Zahra hamil. Tirta semakin sayang Zahra,” tulis akun @dian_megik.
“Zahra hamil sungguh menyeramkan. Sialan, perset** dengan semua ini,” sahut akun @odette13.
“Film tentang pedofil dan poligami, sangat tidak mendidik,” celetuk pengguna bernama arif_riyan.
Potret Dinamika Poligami
Berbeda dengan pendapat netizen, para pemain utama memiliki pandangan lain. Bagi Panji (pemeran Tirta) sinetron Zahra ingin menunjukkan dinamika kehidupan berpoligami yang tidak mudah dijalani. Harus ada keadilan antar istri serta kesediaan istri untuk saling rukun dan mendukung satu sama lain.
Senada dengan Panji, Zora Vidyanata (pemeran Ratu, istri pertama Tirta) dan Metta Permadi (pemeran Putri, istri kedua Tirta) mengaku hal serupa. Sinetron Zahra ingin menunjukkan betapa pelik dan susahnya menjalani biduk rumah tangga berpoligami.
Remake Sinetron Inayah
Sebelumnya pada tahun 2009 Indosiar telah membuat film yang kisahnya mirip dengan Zahra, berjudul Inayah. Inayah saat itu diperankan oleh aktris Shandy Aulia. Kisah utamanya tentang poligami seorang suami dengan tiga istri.
Namun, saat inayah mendapat cekalan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPAI) lantaran dianggap melecehkan Islam. Inayah lantas diganti judulnya dengan ‘Hareem’.
Dorong KPI dan KPAI Usut Zahra
Sebagian besar warganet mendorong Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk menindaklanjuti sinetron Zahra. Menurut netizen, banyak adegan di Zahra yang tidak lolos sensor. Salah satunya seperti adegan ranjang yang dilakukan Zahra dan Tirta.
“Spongebob aja banyak adegan yang tak lolos sensor, yang menormalisasikan pedofilia dan lebih berpotensi mempengaruhi pola pikir masyarakat kayak gini malah lolos sensor. KPI sebenernya cara kerjanya gimana sih? Serius nanya, karena makin hari bukannya makin bener malah makin aneh2 aja tontonan di tv,” tulis akun Adhisty di kolom komentar Youtube.
“@KPI Pusat, please sinetron Zahra dan Catatan Hati Istri di take down aja,” cuit akun @Rlee.
“Halo @KPAI masih bermanfaat kah Lembaga Anda? Sinteron kayak Zahra dibiarin,” sahut akun @masbambsu.
“Yang kaya gini mah harus viral dan dilirik kpai anj**. Kalau kita netizen ngoceh doang kaga bakal ditanggepin,” celetuk pengguna lainnya. (trb/mer/lip)