9 Fakta Penting atas Aksi Pembakaran Al-Quran Politisi Swedia
Dunia memanas. Aksi brutal terjadi. Pembakaran Al-Quran dilakukan di depan kedutaan Turki di Swedia, Jumat (20 Januari 2023). Pelakunya, politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan membakar Kita Suci Umat Islam itu di Stockholm pada 21 Januari 2023.
Paludan berpendapat, tindakan pembakaran Al-Qur’an merupakan bentuk dukungan terhadap kebebasan berekspresi yang menurutnya telah hilang.
Selain rencana untuk membakar Al-Qur’an, Paludan juga menggambarkan sosok Presiden Turki, Racip Tayyip Erdogan, sebagai sosok diktator Muslim.
“Saya tidak masalah Swedia bergabung dengan NATO. Tetapi, Anda tidak bisa menuntut kami menghapus kebebasan berekspresi sebagai bagian dari pengajuan tersebut,” kata Paludan sebagaimana dilansir Al-Mayadeen.
Terkait hal itu, pada Minggu, Edwin Wagensveld, seorang politikus sayap kanan Belanda, dan pemimpin kelompok Islamofobia, Pegida, merobek halaman-halaman Al-Qur’an di Den Haag, ibu kota administratif Belanda.
Video Wagensveld di Twitter menunjukkan bahwa dia membakar halaman-halaman Kitab Suci yang robek di dalam panci.
9 Fakta Penting atas Pembakaran Kitab Suci Itu
Berikut catatan Ngopibareng.id atas respon dan reaksi dari aksi politisi Swedia tersebut.
1. Erdogan Sikapi Swedia Gabung NATO
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Swedia sebaiknya tidak mengharapkan restu dari Turki untuk bergabung dengan NATO apabila mereka tidak menunjukkan rasa hormat kepada umat Islam.
Presiden Turki Recep T Erdogan mengecam Swedia yang membiarkan politisi Rasmus Paludan membakar Al-Quran.
"Mereka yang membiarkan penistaan seperti itu di depan kedutaan kami seharusnya tidak mengharapkan kebaikan dari kami atas permohonan mereka untuk menjadi anggotaNATO," kata Erdogan setelah pertemuan kabinet di ibu kota Ankara, Senin (23 Januari 2023.
Pernyataan tegas Erdogan itu muncul setelah Rasmus Paludan, seorang politikus sayap kanan Denmark, pada Sabtu membakar Alquran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia, pada Sabtu (21 Januari 2023) dengan izin dari pemerintah dan perlindungan polisi setempat.
"Jika Anda tidak menghormati kepercayaan agama Republik Turki atau umat Islam, Anda tidak akan menerima dukungan apa pun untuk (keanggotaan) NATO dari kami," ujar Erdogan.
Dia menegaskan tidak ada seorang pun yang berhak dan bebas menghina keyakinan umat Islam atau agama dan kepercayaan lain.
Erdogan juga memperingatkan lagi Swedia terkait PKK (Partai Pekerja Kurdistan) yang dinyatakan oleh Turki sebagai kelompok teror.
Dia mengingatkan bahwa apabila Swedia berharap dukungan Turki untuk bergabung dengan NATO maka Swedia tak seharusnya melindungi kelompok tersebut.
"Kami telah mengatakan sejak awal, Anda melindungi kelompok teroris yang berkeliaran di jalan-jalan dan di mana-mana, dan kemudian Anda berharap kami mendukung Anda bergabung dengan NATO. Tidak ada hal semacam itu. Jangan berharap dukungan dari kami."
"Jika mereka sangat mencintai anggota organisasi teroris dan musuh-musuh Islam, kami menyarankan agar (Swedia) menyerahkan pertahanan negara itu kepada mereka," kata Erdogan, menambahkan.
PKK masuk dalam daftar hitam dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Kelompok itu disebut bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40 ribu orang, termasuk wanita, anak-anak dan bayi.
Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada Mei tahun lalu, sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.
Namun Turki, anggota NATO selama lebih dari 70 tahun,menyatakan keberatan dan menuduh kedua negara itu menolerir dan mendukung kelompok teror, termasuk PKK.
Namun pada Juni 2022, Turki dan kedua negara Nordik itu menandatangani memorandum untuk mengatasi kekhawatiran Ankara akan keamanan nasional Turki terkait sikap mereka terhadap kelompok teror.
Perjanjian itu perlahan membuka jalan bagi kedua negara itu untuk bergabung dengan NATO. Namun, demonstrasi provokatif baru-baru ini yang dilakukan pendukung kelompok teroris dan Islamofobia di Stockholm membuat para pemimpin Turki mempertanyakan kembali komitmen Swedia dalam mengambil langkah-langkah lanjutan untuk mendapatkan keanggotaan NATO.
2. Saudi Kecam Keras Swedia
Arab Saudi mengecam keras otoritas Swedia yang mengizinkan ekstremis membakar salinan Al-Qur’an di depan kedutaan Turki di Stockholm.
Dalam sebuah pernyataan, Sabtu (21 Januari 2023), Kementerian Luar Negeri Saudi menegaskan posisi tegas Kerajaan yang menyerukan pentingnya menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, selain menolak ekstremisme dan kebencian. Saudi Gazette melaporkan.
3. OKI Kecam Ulah Politisi Swedia
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengecam keras tindakan tercela para aktivis ekstremis sayap kanan dengan membakar Al-Qur’an di Stockholm, Swedia, dengan izin otoritas Swedia.
Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha mengatakan, tindakan provokatif yang dilakukan para aktivis ekstremis anti-Islam merupakan bentuk Islamofobia.
“Ini merupakan contoh lain dari tingkat mengganggu yang dicapai oleh Islamofobia, kebencian, intoleransi, dan xenofobia,” ujar Taha dikutip dari SPA, Ahad (22 Januari 2023).
Taha mendesak pihak berwenang Swedia untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap para pelaku kejahatan rasial tersebut.
Dia juga menyerukan untuk mengintensifkan upaya internasional mencegah terulangnya tindakan tersebut, dan untuk solidaritas dalam perang melawan Islamofobia.
4. Liga Muslim Dunia Kecam Tindakan Brutal
Kecaman serupa datang dari Liga Muslim Dunia (MWL) yang memperingatkan penyalahgunaan konsep kebebasan dan nilai-nilai kemanusiaan untuk tindakan ektremisme.
MWL menegaskan, tindakan Islamofobia justru akan meningkatkan keimanan dan keteguhan umat Islam pada nilai-nilai yang selalu menyerukan perdamaian.
4. Al-Azhar Serukan Boikot Produk Swedia dan Belanda
Universitas Al-Azhar Mesir pada Rabu (25 Januari 2023) menyerukan boikot produk Belanda dan Swedia di tengah kemarahan atas penodaan Al-Qur’an, Kitab Suci Islam.
Al-Azhar meminta masyarakat Arab dan Muslim untuk memboikot semua produk Belanda dan Swedia serta mengambil sikap yang kuat dan bersatu dalam mendukung Al-Qur’an yang mulia, kitab suci umat Islam, dan sebagai reaksi yang tepat terhadap pemerintah kedua negara ini, yang telah menyinggung 1,5 miliar Muslim.
“Mereka telah berlebihan dalam menjaga kejahatan kejam dan biadab yang dilakukan di bawah panji tidak manusiawi dan tidak bermoral atau apa yang mereka sebut ‘kebebasan berekspresi’,” tulis Al Azhar dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Anadolu.
Al-Azhar meminta semua orang Arab dan Muslim untuk mematuhi boikot, dan mendidik anak-anak, remaja dan wanita tentang hal itu.
“Orang-orang yang menyimpang ini tidak akan pernah menghargai nilai agama, yang mereka tidak tahu apa-apa atau dihalangi, kecuali mereka menghadapi kebutuhan material, moneter, dan ekonomi yang menantang. Itulah satu-satunya bahasa yang mereka ketahui,” kata pernyataan itu.
5. MUI Kecam Pembakaran Al-Qur’an di Swedia
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam insiden pembakaran Al-Qur’an di depan kedutaan besar Turki di Stockholm Swedia, Sabtu 21 Januari 2023. Ketua MUI bidang hubungan luar negeri dan kerjasama internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menyebut insiden yang dimotori oleh Rasmus Paludan, politisi anti-Islam Swedia, sebagai tindakan yang sangat memalukan tdan tidak beradab.
“MUI mengecam keras dan sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh kelompok ekstrem kanan yang dipimpin oleh Rasmus Paludan,” kata Sudarnoto dalam rilisnya.
“Paludan dan kelompok ekstrem ini adalah kelompok uncivilized, tidak beradab dan menjadi musuh bagi semua orang yang berpikiran sehat,” sambungnya.
Sudarnoto menambahkan Paludan dan kelompok ekstrem kanan di Swedia kerap kali menebar xenofobia, rasialis dan islamofobia. Karenanya, ia meminta pemerintah Swedia untuk menindak tegas Paludan dan semua pihak yang melindungi tindakan kelompok ekstremis kanan ini.
“Jika tidak, maka ekstremisme dan islamofobia akan terus menyebar dan membahayakan kemanusiaan,” ucapnya.
“Meskipun sudah dilakukan beberapa kali, pemerintah Swedia belum menindak tegas Paludan. Ini sama saja pemerintah melakukan pembiaran terhadap islamofobia dan bertentangan dengan keputusan PBB untuk melawan islamofobia.”
Terakhir, Sudarnoto meminta Duta Besar Swedia untuk Indonesia untuk menyampaikan penjelasan secara terbuka terkait kasus ini, berjanji dan menghentikan seluruh bentuk ekstremisme.
“Kemenlu harus melakukan diplomatic appeal agar pelaku ditindak dan pemerintah Swedia harus beritikad baik untuk melawan islamofobia. Jangan sampai hubungan persahabatan Swedia-Indonesia terganggu karena kasus ini dibiarkan,” tutup Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut
6. Badan PBB: Itu Ekspresi Kebencian Terhadap Muslim
Perwakilan tinggi Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk pembakaran kitab suci umat Islam oleh politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan sebagai tindakan keji.
“Sementara Perwakilan Tinggi menekankan pentingnya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia, dia juga menekankan tindakan pembakaran Alquran merupakan ekspresi kebencian terhadap umat Islam,” kata juru bicara Miguel Angel Moratinos dalam sebuah pernyataan.
“Itu tidak sopan dan menghina umat Islam dan tidak boleh digabungkan dengan kebebasan berekspresi,” tambah pernyataan itu dilansir dari Aljazirah, Selasa (24 Januari 2023).
Moratinos mengaku prihatin dengan meningkatnya diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan yang diarahkan terhadap anggota banyak agama dan komunitas lain di berbagai bagian dunia. Dia menyerukan pembangunan saling menghormati dan promosi masyarakat inklusif dan damai yang berakar pada hak asasi manusia dan martabat untuk semua.
7. Menlu Turki pun Geram
Tak lama setelah Paludan membakar salinan Al-Quran, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, mengutuk otoritas Swedia karena gagal melarang protes tersebut. “Itu tindakan rasialis. Ini bukan tentang kebebasan berekspresi,” katanya.
Negara-negara Arab termasuk Arab Saudi, Yordania dan Kuwait juga mengecam aksi tersebut serta negara-negara mayoritas Muslim lainnya seperti Pakistan dan Somalia. "Membiarkan tindakan kebencian yang menghina kesucian dan nilai-nilai Islam benar-benar tidak dapat diterima," kata kementerian luar negeri Somalia dalam sebuah pernyataan pada Senin.
“Ini tidak lain adalah praktik demagogis yang mempromosikan kebencian dan rasisme serta mendukung agenda ekstremisme dan terorisme,” tambah dia.
8. PM Swedia: Itu Tindakan Tak Sopan
Dalam sebuah posting di Twitter, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan meski kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi, apa yang legal belum tentu sesuai.
“Membakar kitab suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan,” katanya.
Sekelompok pengunjuk rasa berkumpul di luar kedutaan Swedia di Ankara selama akhir pekan untuk mengutuk pembakaran Al-Quran. Di Bangladesh, orang-orang juga berdemonstrasi menentang insiden tersebut. Pada April lalu, pengumuman Paludan tentang tur pembakaran Al-Quran selama bulan suci Ramadhan memicu kerusuhan di seluruh Swedia.
9. Sikap RI Tegas, Panggil Dubes Swedia
Kementerian Luar Negeri RI akan memanggil Duta Besar Swedia untuk Indonesia Marina Berg, menyusul insiden pembakaran Al Quran di Swedia, akhir pekan lalu.
Rencana pemanggilan Dubes Swedia dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah ketika dihubungi ANTARA melalui pesan singkat pada Selasa 24 Januari 2023.
“Ya, waktunya menyesuaikan (jadwal) pejabat Kemlu RI dengan Dubes Swedia,” tutur Faizasyah.
Indonesia telah mengeluarkan kecaman atas aksi pembakaran Al Quran, yang dilakukan oleh seorang ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia, Sabtu.
“Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran kitab suci Al Quran oleh Rasmus Paludan, politisi Swedia, di Stockholm,” kata Kemlu RI melalui akun resminya di Twitter pada Minggu.
Kemlu mengatakan aksi tersebut merupakan penistaan kitab suci serta melukai dan menodai toleransi umat beragama. Kemlu juga menegaskan bahwa kebebasan berpendapat seharusnya dilakukan secara bertanggung jawab.