7 Bidang Amal, Fakta Muhammadiyah Sejati Berkarakter Moderat
Menjelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah, cukup beragam pandangan yang memberikan apresiasi terhadap organisasi Islam yang berdiri sejak 1912. Ada pandangan menarik dari dai muda populer, Habib Husein Ja’far Al-Hadar. Juru dakwah yang populer di kalangan generasi milenial ini, memberikan respon atas perkembangan Muhammadiyah.
Ia mengingatkan, Yunus Salam pada tahun 1968 memberi catatan bahwa Muhammadiyah lahir sebagai gerakan untuk menjawab berbagai tantangan moderatisme.
“Misalnya Muhammadiyah lahir karena tuntutan situasi umat dan bangsa yang tertinggal karena keterjajahan. Saat itu umat Islam tidak berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, terpecah belah tanpa persatuan, pendidikan tidak sejalan dengan tuntutan zaman, mereka hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme, serta pengaruh misi zending yang semakin kuat,” ucap da’i muda populer, Habib Husein Ja’far Al-Hadar mengutip catatan Yunus Salam.
Pada forum Sarasehan Pra-Muktamar UMM, Sabtu 3 September 2022, Husein lantas menilai Muhammadiyah telah memiliki tujuh modal yang telah dijabarkan dalam amal nyata terkait moderatisme.
Tujuh Bidang Amal Muhammadiyah
Pertama, dalam aspek ekonomi, Muhammadiyah menggarap aktivitas ekonomi lewat amal usaha dan turunannya.
Usaha ini ternyata memiliki fungsi lain membendung arus radikalisme dan ekstrimisme beragama. Mengutip pendapat guru besar Universitas Maryland, USA, Thomas Crombie Schelling, Husein menyebut kemiskinan sebagai sebab sekunder gerakan pro terorisme di samping sebab primer yakni ideologi. Hal ini sejalan dengan hadis yang berbunyi, “Kaadal faqru an yakuuna kufran”, kemiskinan mendorong orang berbuat kekafiran.
“Nah moderatisme ekonomi ini yang didorong oleh Muhammadiyah dengan pembentukan berbagai gerakan ekonomi yang bernafaskan pada satu tarikan nafas yaitu teologi Al-Ma’un Kiai Ahmad Dahlan bahwa Islam itu salah satu nafas teologisnya adalah keberpihakan pada orang-orang yang lemah, terdiskriminasi dan termarginalisasi secara ekonomi,” terangnya.
Kedua, Muhammadiyah menggarap moderasi dalam bidang pendidikan.
Puluhan ribu amal usaha pendidikan adalah contoh bagaimana Muhammadiyah berikhtiar membentuk pribadi muslim yang berpendidikan dan berkemajuan sehingga tidak mudah terprovokasi oleh pemikiran non-moderat.
Ketiga, Dalam bidang moral, menggarap moderasi moral.
“Ini kesan yang saya temui ketika bertemu dengan mayoritas orang-orang Muhammadiyah. Mereka punya integritas yang sangat tinggi. Perlawanan terhadap korupsi, profesionalisme, kedisiplinan, itu yang saya rasakan dalam hubungan saya dengan teman-teman Muhammadiyah,” kesannya.
Keempat, Dalam bidang sosial, terbukti moderat dan inklusif.
Terbukti dengan merangkul semua golongan yang berbeda keyakinan hingga berbeda iman, sebagaimana tercermin pada berbagai universitas Muhammadiyah di wilayah Indonesia timur.
Kelima, Dalam bidang dakwah.
Pendekatan Muhammadiyah yang diamanatkan dari Muktamar 2010 tentang pendekatan lil-muwajahah (proaktif-konstruktif) dan tidak lil mu’aradhah (reaktif-konfrontatif) menggambarkan visi dakwah Muhammadiyah yang jelas sejak awal.
Keenam, Dalam bidang kebangsaan.
Muhammadiyah juga terbukti moderat dengan banyaknya pahlawan nasional hingga peran penting Muhammadiyah dalam merumuskan Pancasila dan menjaganya.
Ketujuh, Muhammadiyah memiliki moderasi dalam bidang gender.
Terbukti sejak masa Kiai Ahmad Dahlan, perempuan Muhammadiyah diberi akses untuk terlibat dalam membangun masyarakat. Organisasi ‘Aisyiyah misalnya membidani lahirnya Kongres Perempuan pertama tahun 1928 dan kini mengelola 22 ribu lebih TK/Paud.
“Jadi ini titik tolak berdirinya Muhammadiyah bahwa sejak awal Muhammadiyah bernafaskan moderatisme dan melawan segala bentuk dan pola keberagamaan yang tidak moderat,” kata Husein.