6 Ribu Ibu Hamil Meninggal Tahun Ini, Unair Usul Satgas Khusus
Menjelang akhir tahun 2021, salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia, khususnya Jawa Timur adalah angka kematian ibu yang masih tinggi. Hal ini diungkapkan Dekan FK Unair Prof Budi Santoso. Angka kematian ibu ini pun semakin meningkat ketika pandemi Covid-19.
"Hal ini perlu untuk kita refleksikan ke depannya. Yakni, menurunkan angka kematian ibu yang sangat luar biasa di Indonesia dan bertambah saat pandemi Covid-19," ungkapnya saat ditemui di FK Unair.
Dekan yang akrab disapa Prof Bus ini mengungkapkan, rata-rata angka kematian ibu di Indonesia mencapai 4.000 per tahunnya. Untuk tahun ini hingga 27 Desember 2021 angka kematian ibu sudah menginjak 6.800 kasus.
Lanjutnya, Jawa Timur merupakan provinsi yang angkanya tinggi. Berdasarkan data per November 2021 angka kematian ibu di Jawa Timur sudah tercatat 1.127 kasus. "Covid-19 memang memberikan tambahan yang sangat signifikan terhadap kematian ibu," tambahnya.
Guna menekan angka kematian ibu, Prof Bus menjelaskan, butuh keterlibatan banyak pihak. Seperti Kemenkes, BKKBN hingga pemimpin daerah. Upaya mencari jalan keluar penurunan angka kematian ibu harus dilakukan bersama-sama.
Saat ditanya mengenai penyebab angka kematian ibu yang tinggi di Jawa Timur, Prof Bus menyebutkan, tiga masalah kesehatan yang banyak terjadi. Yakni hipertensi dalam kandungan, pendarahan, serta penyakit jantung.
Selain faktor masalah kesehatan, keterlambatan dalam merujuk sering kali terlambat dilakukan. "Kemudian deteksi dini mengenai preeklamsia dan adanya risiko pendarahan, juga sering terlambat dikenali dan berujung pada keterlambatan penanganan," terangnya.
Tambahnya, faktor sosial juga mempengaruhi angka kematian ibu. Faktor sosial yang dimaksud ialah terkadang ada pihak keluarga yang tidak berkehendak untuk dirujuk bila mengalami kondisi kegawatdaruratan.
"Misalnya, kita mengetahui adanya hipertensi dalam kehamilan dan harus dirujuk. Tetapi terkadang bapaknya atau pihak keluarga lainnya melarang untuk dirujuk. Ini juga faktor non-medis yang harus dicari jalan keluarnya," papar Prof Bus.
Sementara, Ketua IDI Surabaya, dokter Brahmana Askandar menyarankan, dibentuk satgas khusus secara nasional untuk menurunkan angka kematian ibu. Menurutnya, angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan suatu bangsa.
"Indonesia angka kematian ibu masih tinggi, ini PR tersendiri bagi kita. Usulan kita harus ada satgas penurunan angka kematian ibu, selayaknya satgas Covid-19. Terutama untuk penurunan angka kematian ibu secara nasional," tandasnya.