6 Organisasi Jurnalis Asia Kecam Pembunuhan di Gaza Palestina
Enam organisasi jurnalis di Asia Tenggara mengecam praktik pembunuhan yang menewaskan jurnalis dan ribuan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina.
Dalam pernyataan tertulis pada Selasa, 24 Oktober 2023, 6 organisasi itu menilai telah terjadi pelanggaran atas hak asasi manusia dan norma kemanusiaan internasional.
"Kami, enam organisasi jurnalis di Asia Tenggara yang bertanda tangan di bawah ini mengutuk pembunuhan terhadap jurnalis dan warga sipil lainnya tanpa mendapat hukuman dan memandang hal ini sebagai pelanggaran mendasar terhadap hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional, termasuk Konvensi Jenewa," kata pernyataan tertulis tersebut.
Enam organisasi jurnalis yang mengecam antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Asosiasi Jurnalis Timor Leste (ATJL), Asosiasi Aliansi Jurnalis Kamboja (CamboJA), Pusat Jurnalisme Independen (CIJ), Gerakan Media Merdeka Malaysia, dan Persatuan Jurnalis Nasional Filipina (NUJP).
"Kami menyampaikan solidaritas kepada seluruh jurnalis dan pekerja media yang bekerja di Jalur Gaza yang menghadapi risiko tinggi di tengah operasi militer antara Israel dan Hamas," tulis pernyataan itu.
Diketahui sedikitnya 5.000 orang tewas dan 18.000 lainnya luka-luka di jalur Gaza, Palestina. Di antaranya adalah jurnalis dan pekerja media.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) melaporkan sedikitnya 23 jurnalis tewas dalam operasi pada 7 hingga 23 Oktober 2023. Jurnalis yang terbunuh terdiri dari 19 warga Palestina, tiga warga Israel, dan satu warga Lebanon. Sementara itu, puluhan jurnalis terluka, dilaporkan hilang, atau ditahan.
"Kami menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam operasi tersebut untuk menghentikan pembunuhan dan serangan terhadap semua warga sipil termasuk jurnalis yang bekerja di Jalur Gaza," lanjut pernyataan itu.
Mereka juga menyerukan agar Pelapor Khusus PBB segera memulai penyelidikan atas pembunuhan dan serangan tersebut. "Komunitas internasional harus mengambil sikap bersatu untuk menuntut agar semua penggunaan kekuatan dihentikan secepatnya," tegas pernyataan tersebut.
Diketahui konflik Israel dan Palestina bermula dari serangan Hamas ke Israel serta adanya ratusan sandera yang ditawan otoritas terpilih di Gaza tersebut. Hamas menyebut Operasi Badai Gurun yang dilancarkan sebagai balasan dari praktik pendudukan dan okupansi Israel serta serangan di Masjid Al Aqsa. Atas serangan itu, Israel membalas dengan Operasi Pedang Besi berupa hujan roket sejak 7 Oktober serta blokade wilayah Gaza hingga saat ini. Sedikitnya 5 ribu penduduk Gaza telah tewas akibat operasi Israel.
Advertisement