Enam Mitos Kemoterapi yang Harus Masyarakat Ketahui
Kemoterapi merupakan salah satu metode pengobatan yang digunakan untuk pasien kanker, selain pembedahan dan radioterapi. Banyak orang beranggapan saat kemoterapi rambut akan botak, penampilan menjadi tidak menarik, dan lain sebagainya.
Namun faktanya hal tersebut hanya mitos belaka. Menurut dr. Merlyna Savitry, Sp.PD spesialis penyakit dalam dari MedicElle Clinic.
"Mungkin dulu seperti itu, tapi saat ini teknologi dan obat untuk kemoterapi sudah sangat berkembang di Indonesia. Jadi orang kemo belum tentu botak, belum tentu kulitnya jelek, dan sebagainya," ujar Merlyna Savitry ditemui dalam talkshow kemoterapi pada Sabtu, 15 Februari 2020.
Untuk itu Merlyna Savitry membeberkan enam mitos kemoterapi yang harus diketahui masyarakat.
1. Pasti Membuat Kebotakan
Merlyna Savitry mengatakan, kemajuan ilmu kedokteran saat ini jenis dan dosisnya akan disesuaikan dengan kanker yang diderita pasien.
"Dengan dosis yang disesuaikan tersebut, kemungkinan efek samping yang membuat rambut rontok juga semakin kecil," ujar Merlyna Savitry.
Ia pun mengungkapkan, hasil penelitian terbaru yang dikutip dari prevention menyatakan persentase pasien kemoterapi yang mengalami rambut rontok hanya berkisar antara 15 sampai 60 persen.
2. Harus Rawat Inap di Rumah Sakit
"Hal ini mungkin dulu dilakukan, tapi sekarang pengobatan kanker dengan kemoterapi bisa dilakukan dengan one day care. Atau pil kemo yang tentunya bisa dilakukan di rumah," ungkap Merlyna.
3. Membuat Berat Badan Menurun
Merlyna mengatakan Tidak semua pasien yang menjalani kemoterapi mengalami penurunan berat badan. Kuncinya tidak stres dan selalu memiliki rasa bahagia.
"Meskipun pasien akan mengalami mual, muntah, dan diare, tidak semua pasien kemoterapi mengalami penurunan berat badan," imbuhnya.
4. Harus Berbaring di Atas Tempat Tidur Berbulan-Bulan
Ini merupakan mitos yang salah, kata Merlyna, karena dokter pun menganjurkan pasien kemoterapi untuk olahraga semampunya agar efek samping pengobatan kanker berkurang.
5. Kemoterapi Menyakitkan
Merlyna menerangkan, sebagian besar tindakan kemoterapi dilakukan dengan memasukkan obat melalui jarum infus. Karena menggunakan jarum infus banyak yang mengira ini menyakitkan.
"Padahal kemoterapi tidak lebih menyakitkan dari tes kolesterol yang menyedot darah," paparnya.
6. Tidak Bisa Punya Anak
Menurutnya, ibu dengan kanker payudara akan memiliki bayi yang sehat setelah kemoterapi. "Jadi tidak perlu khawatir," tutupnya.
Advertisement