6 Hal Pesantren Ramah Anak, Pandangan dari Pesantren Tambakberas
Kekerasan di dunia pendidikan memang masih berlangsung di tengah masyarkat yang terus berubah. Cukup disayangkan bila terjadi di pondok pesantren, terutama kekerasan di antara para santri.
Sebagaimana belakangan terjadi di Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Seorang santri mendapat perlakukan kekerasan hingga meninggal dunia. Semoga hal ini tidak terjadi di tempat lain, di masa-masa mendatang.
Ada resep khusus agar tidak terjadi kekerasan di dunia pondok pesantren. Yakni, pentingnya konsep pesantren ramah anak.
Ainur Rofiq Al Amin, salah seorang ustadz di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, menyampaikan sejumlah pandangannya. Setidaknya, ada enam hal penting yang dituturkan Ainur Rofiq, yang juga dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini.
Pesantren Ramah Anak atau Tidak usah Mondok Saja
1. Terjadi bully kekerasan pisik, lalu ada yang mengesankan bahwa pesantren di Indonesia yang santrinya jutaan itu tidak atau kurang ramah anak. Malah ada yang bilang, lebih baik anak dididik sendiri lalu disekolahkan di dekat rumah masing-masing.
2. Saya bertanya, siapa pendidik yang sabar dengan menunggu anak didiknya 24 jam yang diiringi berbagai macam masalah? Tentu jawabannya antara lain adalah kiai-bunyai dan para ustadz-ustadzah di pesantren. Lembaga pendidikan apa yang berhasil mendidik anak, minimal menjadikan anak didik punya tata krama? Tentu di antaranya adalah pondok pesantren. Tapi ingat, produk pesantren tidak hanya adab saja, skill-keilmuan lain juga ada.
3. Tetap turut prihatin atas anak yang kena bully kekerasan oleh santri lain atau bahkan pengurus. Namun pernahkah kita menyelami perasaan pengurus yang harus mendapat curhatan dari para santri lain karena ada problem, entah barangnya hilang, ataupun friksi-adaptasi antar santri serta problem santri yang lain?
4. Kalau ada ortu yang menginginkan anaknya dididik sendiri di rumah masing-masing, tentu malah bagus. Bagi saya, hal itu akan meringankan "tugas" pesantren. Sehingga kalau santri semakin sedikit akan lebih "mudah" dipantau. Tapi, tahukah anda bahwa banyak ortu wali santri yang "sambat" saat ingin memondokkan anaknya? Ortu kuwalahan mendidik anaknya.
5. Walhasil, kalau ada yang mengajari agar pesantren ramah anak, itu sudah terjadi sejak sebelum Indonesia lahir, pesantren berperan seperti itu. Hal lain, ingat, tiada pesantren yang mewajibkan orang tua untuk memondokkan anaknya.
6. Upaya perbaikan selalu dilakukan, sudah terkenal kredo NU yang telah lama diamalkan di kalangan santri-pesantren yang berbunyi “Almuhafazhah alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah (menjaga segala hal lama yang baik dan mengadopsi gagasan baru yang lebih baik)
Demikian semoga bermanfaat.