6 Hal Penting Langkah Mudah Menguatkan Iman dan Keamanan
Setelah meraih kebebasan dari cengkeraman dan budak nafsu, umat Islam membutuhkan peningkatan iman dan kondisi aman dalam meningkatkan ibadah.
Ada sejumlah cara untuk menguatkan keimanan dan keamanan dalam memaknai kemerdekaan dari budak nafsu tersebut.
Prof Dr Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia mengingatkan dan berwasiat kepada umat Islam dan masyarakat Indonesia, dengan sejumlah langkah dan enam hal penting.
Pertama, Semangat cinta Tanah Air (Hubbul Wathan).
Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau (Makkah) sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu.” (HR. Ibnu Hibban)
Kedua, Bersyukur dan merawat situasi kemerdekaan.
Allah SWT berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَ زِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ
Artinya: “Ketika Tuhan memberi izin kepada kalian, seandainya kalian bersyukur maka benar-benar akan Aku tambahkan nikmat kalian dan apabila kalian kufur sesungguhnya siksa-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Ketiga, Mempersiapkan bekal untuk masa depan yang gemilang.
Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Keempat, Berpegang teguh pada agama Allah dan tidak bercerai berai.
Allah SWT berfirman:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya: “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali-Imran: 103)
Menurut Imam Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah agar kita bersatu padu dan melarang kita berpecah belah. Sejalan dan sejalin dengan makna ayat ini, para ulama berkata, “Bersatu itu akan membawa rahmat, sedangkan berpecah belah itu akan membawa bencana.”
Karell Stenbrink, seorang sejarawan berkebangsaan Belanda pernah mengungkapkan kekagumannya terhadap Indonesia. Ia mengatakan, “Indonesia, meskipun terdiri dari berbagai suku, bahasa, adat istiadat, dan agama, namun hidup dalam keramahtamahan yang dibingkai dalam wadah Bhineka Tunggal Ika, berbeda namun satu tujuan, yakni untuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Kelima, Senantiasa memohon pertolongan kepada Allah.
Allah SWT berfirman:
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ
Artinya: (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al-Anfal: 9)
Keenam, Mempersiapkan generasi yang kuat.
Allah SWT berdifman:
ولْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa’: 9)
Secara eksplisit, ayat ini memberikan peringatan kepada kita agar jangan meninggalkan keturunan, anak-anak, dan generasi di belakang kita dalam keadaan lemah. Lemah apa yang harus kita khawatirkan? Ada lima kelemahan yang harus kita khawatirkan pada generasi keturunan kita, yaitu lemah fisik, lemah harta, lemah ilmu, lemah akhlak bahkan yang paling kita khawatirkan lemah iman.
Prof Dr Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia.