500 Pengungsi Tunisia dan Bangladesh Merapat di Italia
Di masa pandemi Covid-19, manusia pengungsi terus bergerak. Sebanyak 500 migran asal Tunisia dan Bangladesh merapat di Pulau Lampedusa, Italia, dalam dua hari terakhir.
Kedatangan para pengungsi itu meningkat dibandingkan tahun lalu. Meski begitu, masih jumlanya rendah dibandingkan dengan dua tahun lalu.
"Belum lagi tiga atau empat tahun lalu," kata juru bicara Organisasi Internasional untuk Migran, Flavio Di Giacomo, seperti dilansir AFP, Sabtu 11 Juli 2020.
Dari 500 itu dapat dirincikan, 9 kapal membawa 116 orang tiba pada Kamis 9 Juli 2020 dari Tunisia. Lalu, 9 kapal yang mengangkut 434 orang tiba keesokan harinya 10 Juli 2020. Dalam keadaan itu, 7 kapal dari Tunisia dan 2 kapal dari Libya.
Giacomo melaporkan banyak kapal-kapal kecil yang berdatangan ke Italia. Ia tak dapat memastikan berapa banyak migran yang berada di dalam kapal-kapal itu. Namun Organisasi Internasional untuk Migran memastikan kedatangan migran ke Italia meningkat dibanding tahun lalu.
"Selalu ada kedatangan (migran, red) dari Tunisia. Kadang-kadang ada banyak, kadang lebih sedikit, dan kehadiran orang Bangladesh di pendaratan dari Libya bukanlah hal yang baru," kata Di Giacomo.
Dari data yang dirangkum AFP, sebanyak 8.000 orang tiba di Italia via jalur laut tahun ini. Angka ini jauh lebih tinggi di banding dengan jumlah migran yang tiba pada tahun lalu, yakni 3.000 dan jauh lebih sedikit dibanding pada tahun 2018 yakni 17.000.
Mengungsi ke Eropa
Memang gelombang pengungsi dari Tunisia dan Libya sejak 2011 tercatat mengalir ke Eropa. Sedikitnya 4000 imigran Tunisia mencapai Pulau Lampedusa di Italia dalam pada akhir 2011. Pemerintah setempat memperkirakan masih ada lagi gelombang pengungsi. Órganisasi bantuan mengritik pemerintah Italia.
Dalam catatan Deutsche Welle, pada 12 Februari 2011) di perairan Lampedusa, perahu cepat pengawas pantai berhasil menyelamatkan sekitar seratus penumpang perahu pada saat-saat terakhir. Mereka yang selamat dibawa ke Pulau Lampedusa malam.
Sementara itu diperkirakan sekitar 700 manusia perahu mengungsi di Lampedusa. Sekitar 800 pengungsi ketika itu, sudah diterbangkan atau dibawa dengan feri ke Italia daratan, ke Brindisi, Foggia, Crotone, dan Bari. Di sana, sudah 1200 pengungsi ditempatkan.
Pemimpin kamp pengungsi Mimmo Zurlo mengatakan, "Kamp penampungan bagi pemohon suaka kami bisa menampung hingga 944 orang. Namun dalam keadaan darurat, kami menyediakan maksimal 1400 tempat tidur."
Jumlah pengungsi yang datang dengan perahu terus meningkat. Saat ini yang datang melintasi lautan dalam waktu empat hari berjumlah 4000 orang.
Walikota Lampedusa menyebutnya sebagai pengungsian berskala raksasa. Walau pun sebutan itu berlebihan, gelombang pengungsi sebesar itu belum pernah terjadi di pulau paling selatan benua Eropa tersebut.
Semua perahu pengungsi datang dari Tunisia, dan sebagian besarnya laki-laki muda. Mereka menceritakan bahwa mereka menghabiskan seribu Euro untuk ongkos menyeberang dan tidak ada pemeriksaan atau penjagaan di pelabuhan Tunisia.
Oleh sebab itu, gelombang pengungsi bisa saja terus berlanjut. Dilaporkan hingga sepuluh perahu berikutnya terlihat dari Lampedusa pada Sabtu malam.
Antonio Morana, komandan pasukan penjaga pantai menuturkan, "Kami tidak tahu pasti, tapi jika dilihat apa yang terjadi di sini, diperkirakan semua perahu itu berisi imigran."