500 Nyawa Melayang dalam Protes di Myanmar
Aksi protes melawan junta militer Myanmar menelan sedikitnya 511 nyawa penduduk setempat. Namun, bengisnya militer dalam membungkam protes, tidak menyurutkan perlawanan yang dilakuka oleh warga Myanmar.
Sedikitnya 14 orang meninggal dalam protes pada Senin, 29 Maret 2021, menurut data Asosiasi Bantuan terhadap Tahanan Politik (AAPP). Sebanyak 141 nyawa melayang sepanjang Sabtu, 27 Maret 2021 lalu.
Pada protes yang berlangsung Senin, aparat militer menggunakan lebih banyak senjata berkaliber berat dibanding pada hari hari sebelumnya. Video dan ungghan demonstran juga memperlihatkan peluncur roket yang digunakan militer Myanmar.
Mengungsi ke Thailand
Sementara, akibat kerusuhan yang tak kunjung berhenti, penduduk Myanmar mulai mengungsi ke negara terdekat, Thailand. Terjadi konflik antara petugas di perbatasan dengan pasukan etnis minoritas Myanmar, Persatuan Nasional Karen (KNU).
Sedikitnya 3.000 penduduk Myanmar pergi ke Thailand ketika militer membombarbir desa KNU. Kejadian itu berlangsung usai penyerbuan yang dilakukan pasukan KNU terhadap militer dan menewaskan 10 orang, menurut media setempat.
Sedangkan Thailand menyangkal kabar jika mereka menolak masuk 2.000 pengungsi. Namun, petugas lokal mengaku jika pengusiran pengungsi dilakukan karena perintah pemerintah.
"Thailand tidak berhati, dan tindakan itu harus dihentikan sekarang juga," kata Sunai Pasuk, peneliti Pemantau Hak Asasi Manusia (HRW), dilansir dari Reuters, Selasa 30 Maret 2021.
Sebelumnya, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha meminta agar masalah yang dialami Myanmar, tetap ada di balik batas negara tersebut. "Kami tak ingin ada pengungsi pindah ke wilayah kami. Tapi kami akan selalu mengamati HAM," katanya. (Rtr)