5 Hal Penting yang harus Dipersiapkan dalam Membuka Start Up
Bisnis rintisan start up, saat ini banyak digemari anak muda. Namun, untuk membangun bisnis rintisan ini tidak hanya bermodalkan ide bisnis yang telah tervalidasi. Tetapi juga harus didukung oleh niat dan mental tahan banting.
Tak hanya itu, masih ada 5 hal lagi yang harus diperhatikan dalam membangun bisnis rintisan.
Ketua Bidang Inkubator Bisnis dan Teknologi di Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inovasi (BPBRIN) Unair, Achsania Hendratmi Achsania mengatakan, 5 hal tersebut adalah,
1. Develop The Right Team
Achsania mengatakan, dalam memulai bisnis rintisan memilih tim menjadi hal krusial. Anggota tim yang baik adalah anggota dengan kompetensi yang sesuai dengan fungsi dan bidang kerjanya, memiliki visi yang sama, dapat membangun komunikasi dan koordinasi yang baik, dan memastikan bisnis rintisan atau start up dijalankan dengan kerja tim yang baik.
"Hal yang umum terjadi dalam business matching dengan investor atau angel capital seringkali adalah komposisi tim menjadi perhatian penting,” katanya, Selasa, 9 Februari 2021.
2. Develop Business Model
Achsania menjelaskan, model bisnis adalah kegiatan menyusun suatu tahapan atau kerangka bagaimana suatu bisnis menciptakan revenue.
Business model seringkali digunakan untuk penyederhanaan business plan. Menurut Achsania, tren start up saat ini adalah menyusun business model dengan menggunakan metode BMC (Business Model Canvas).
“Business model bukanlah suatu kerangka yang permanen. Pebisnis harus terus memperbaiki model bisnisnya seiring dengan perubahan-perubahan eksternal yang cepat,” ujarnya.
3. Menyiapkan Financial Projection
"Mempersiapkan financial projection atau proyeksi keuangan. Financial projection biasanya terdiri dari forecast neraca, laporan rugi-laba, dan forecast arus kas. Selain itu, hal yang paling penting adalah analisa investasi untuk mengetahui break event point (BEP), payback period, dan perhitungan yang lain," katanya.
Ia menambahkan, dalam beberapa kasus sering ditemui start up Unair yang tidak menyiapkan financial projection dengan alasan tidak ada tim dari anak ekonomi atau akuntansi.
Oleh karena itu, ketika menyusun tim sebaiknya Chief Executive Officer (CEO) mempertimbangkan benar-benar untuk
merekrut Chief Financial Officer (CFO) untuk mengurus aspek keuangan bisnis.
4. Menyiapkan Intellectual Property
Point keempat, menurut Achsania, sering kali dilupakan bahkan tidak terpikirkan oleh para pendiri start up khususnya mahasiswa.
Hal tersebut karena, bisnisnya masih kecil sehingga tidak perlu ada badan hukum dan tidak perlu memikirkan paten untuk formula atau temuan tertentu.
"Persepsi tersebut adalah salah. Jika, memang serius membangun start up maka intellectual property atau HAKI harus diperhatikan. Sederhananya, bagaimana badan hukum perusahaan? CV atau PT? Apakah merek produk sudah didaftarkan?” katanya.
5. Memiliki Link kepada Mentor, Inkubator Bisnis, dan Akselerator.
Perusahaan rintisan atau pemula membutuhkan mentoring dari mentor-mentor yang tepat. Hal tersebut karena karena pada umumnya perusahaan pemula sangat rentan terhadap kegagalan atau kebangkrutan terutama di fase awal pendirian.
Terkait hal tersebut, maka lembaga inkubator bisnis teknologi memiliki peran sangat penting.
"Melalui inkubator atau akselerator, pendiri start up akan semakin mudah membangun network, bertemu dengan investor, akses pendanaan, akses pasar, dan lain sebagainya," katanya.