5 Tips Cegah Baby Blues Untuk Orangtua Baru dan Ibu Muda
Menjalani peran sebagai orangtua tentunya memiliki tantangan tersendiri, terutama bagi orangtua muda. Bahkan, berdasarkan hasil riset saat ini sekitar 70 hingga 80 persen ibu muda atau ibu baru melahirkan mengalami baby blues.
Baby blues merupakan masalah psikologis yang umum dialami oleh ibu setelah melahirkan. Kondisi ini menyebabkan ibu lebih emosional dan sensitif.
Menurut riset yang diungkap Psikolog Klinis SDM Reisqita Vadika MPsi, baby blues bisa terjadi pada kehamilan kedua atau seterusnya.
"Baby blues tidak hanya terjadi pada kehamilan pertama bisa juga terjadi pada kehamilan kedua dan seterusnya. Untuk itu penting kekompakan dalam menjaga buah hati," ujar psikolog yang akrab dipanggil Qiqi ini.
Ia pun memberikan beberapa tips bagi orangtua, khususnya orangtua baru untuk mencegah terjadinya baby blues.
5 Tips Cegah Baby Blues
1. Perkaya Diri dengan Ilmu Parenting
Sebelum menjadi orangtua, Qiqi mengatakan, pasangan suami-istri harus banyak membaca dan memperkaya wawasan sebagai orangtua.
"Bukan hanya tentang bayi yang akan lahir tapi juga tentang bagaimana nantinya diri sendiri setelah melahirkan. Bukan cuma anak yang perlu di-take care, ibunya juga akan butuh banget self care," terangnya.
2. Komunikasi antara Suami Istri
Melalukan komunikasi dalam hal ini diskusi suami-istri terkait pembagian waktu, tugas domestik, tugas urus anak, dan self care masing-masing.
"Karena bukan hanya istri yang butuh self care, suami juga butuh self care ya," imbuh Qiqi.
3. Kekompakan Suami Istri dalam Menyikapi Orang Lain
Menurut Qiqi, pasangan suami istri yang akan memiliki momongan harus kompak dalam menghadapi omongan orang lain terkait proses persalinan ataupun komentar orang lain dalam hal mengurus anak.
"Jadi tim yang solid untuk menghadapi komen-komen yang mungkin kurang berkenan untuk si ibu," terangnya.
4. Berempati kepada Pasangan
Tips yang keempat ini ditujukan untuk para suami, penting para suami untuk berlatih empati pada pasangannya yang baru melahirkan. Karena akan ada banyak perubahan yang dialami istrinya.
"Perubahan tersebut bisa secara fisik, rutinitas hingga peran sosial seorang ibu. Proses adaptasinya tentu tidak mudah, butuh waktu dan energi," ujarnya.
Qiqi menambahkan, seorang suami harus bisa memosisikan dirinya, belum tentu dirinya sendiri bisa menghadapi hal tersebut sendirian.
5. Suami harus Menjadi Partner yang Baik untuk Istri
"Para suami diminta untuk memosisikan diri sebagai partner kerja sama dalam rumah tangga. Tentunya sebagai rekan yang bisa diandalkan dalam situasi apa pun," kata Qiqi.
Sebagai contoh, bangun tengah malam untuk bergantian menjaga anaknya atau bersedia menyelesaikan tugas rumah tangga istri, apabila si istri belum bisa menyelesaikannya.
"Jadi mindset-nya give and give, bukan take and give," tandasnya.