5 Poin Konsensus Soal Myanmar, ASEAN-Rusia Sepakat Atasi Krisis
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan, Rusia mendukung lima poin konsensus yang dihasilkan ASEAN dalam Pertemuan Khusus April lalu di Jakarta.
“Terkait Myanmar, kami menegaskan kembali dukungan kuat kami untuk lima prinsip ASEAN,” ujar Lavrov ketika menyampaikan pernyataan pers usai pertemuan bilateral dengan Menlu RI di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa 6 Juli 2021.
Menurut Lavrov, dalam komunikasi dengan pemimpin militer yang saat ini berkuasa di Myanmar, pihaknya menekankan posisi ASEAN harus dipertimbangkan sebagai dasar penyelesaian krisis.
“Dalam kontak kami dengan para pemimpin Myanmar, para pemimpin militer, kami mempromosikan posisi ASEAN yang menurut pandangan kami harus dipertimbangkan sebagai dasar untuk menyelesaikan krisis ini dan membawa kembali ke situasi normal,” papar Lavrov.
Rusia-ASEAN Satu Jalan
Lavrov juga memastikan, posisi Rusia sejalan dengan komitmen ASEAN dalam penyelesaian krisis politik di Myanmar.
“Kami memberi pengarahan kepada teman-teman Indonesia tentang pesan-pesan kami, yang kami kirimkan ke Naypyidaw pada dasarnya sejalan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh ASEAN,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama Menlu RI mendesak agar Rusia mendukung implementasi lima poin konsensus ASEAN terhadap Myanmar.
“Mengenai Myanmar, saya kembali menekankan pentingnya menindaklanjuti Five-Point Consensus (5PCs). Untuk itu diperlukan komitmen Militer Myanmar untuk bekerjasama dengan negara anggota ASEAN lainnya untuk menindaklanjuti 5PC tersebut. Saya telah meminta ke Rusia untuk mendukung implementasi 5PC,” ungkap Retno Marsudi.
Lima Poin Konsensus
Seperti diketahui lima poin konsensus yang dihasilkan dari Pertemuan Khusus di Sekretariat ASEAN April lalu di Jakarta:
Kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya,
Dialog konstrukstif di antara semua pihak terkait harus ada untuk mencari solusi damai bagi kepentingan rakyat Myanmar,
Utusan khusus Ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog,
Dengan bantuan Sekretaris Jenderal, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui ASEAN Humanitarian Assistance (AHA) Center serta
Utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu semua pihak terkait.
Namun, sebulan setelah pertemuan di Jakarta tersebut belum menghasilkan keputusan penunjukkan utusan khusus ke Myanmar.
Dilansir Kyodo News berbagai sumber ASEAN mengatakan ada terdapat tiga calon utusan khusus di antaranya, Virasakdi Futrakul, mantan wakil menteri luar negeri Thailand dan diplomat veteran, Hassan Wirajuda, mantan menteri luar negeri Indonesia, dan Razali Ismail, seorang warga Malaysia yang merupakan utusan khusus PBB untuk Myanmar pada tahun 2000-an yang ditugaskan untuk memfasilitasi rekonsiliasi nasional dan demokratisasi di negara ini.
Thailand, Indonesia, dan Malaysia semuanya ingin kandidat mereka menjadi utusan.