5 Pesan Penting Kiai Hasyim Asy'ari, Spirit NU di Mata Gus Kikin
Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz alias Gus Kikin, akhirnya diamanahi sebagai Pj. Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, resmi melantik cicit Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari ini, di Gedung PWNU Jatim, Surabaya, Senin 15 Januari 2023.
Kehadiran Gus Kikin, dalam memimpin organisasi yang didirikan leluhurnya, menjadi figur yang dihormati atas karismanya. Menyusul pemberhentian KH Marzuki Mustamar, sebagai ketua PWNU sebelumnya, oleh PBNU karena dinilai bersalah dari aspek organisatoris.
Pascapelantikan itu, KH Abdul Hakim Mahfud, Pj. Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, langsung melakukan konsolidasi organisasi dan penataan kembali dengan program khusus. Rapat pertama di jajaran pengurus organisasi didirikan Hadlatussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari di provinsi barometer Indonesia, digelar Selasa 23 Januari 2024.
Hadir dari jajaran Mustasyar KH Idris Hamid, KH Anwar Iskandar dll. Sedang dari jajaran Syuriah hadir KH. Anwar Manshur, KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, KH. Abd. Matin Jawahir, KH. Muh. Hadi Mahfudz, Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, dll.
Dari jajaran tanfidziyah hampir lengkap, para wakil ketua seperti KH Jazuli Noer, H Misbah Munir, H DR Ir M. Koderi MSi, Dr Ma'ruf Syah, dr Edy Suyanto, KH Ahsanul Haq, serta Prof Akh Muzakki, PhD (Sekretaris), dll.
Rapat kali ini hanya bersifat ta'aruf antara Pj Ketua , musytasyar, syuriah dan pengurus harian tanfidziyah. Sebagai bagian dari langkah konsolidasi organisasi serta beberapa pembahasan hal penting lainnya.
Lalu bagaimana pemahaman Kiai Abdul Hakim Mahfudz atas pemikiran KH Muhammad Hasyim Asy'ari terhadap NU sebagai organisasi Islam dan gerakan dari masa ke masa?
Berikut sejumlah pandangan Kiai Kikin terhadap buyutnya, Kiai Hasyim Asy'ari -- Bapak Umat Islam Indonesia di masa Revolusi Indonesia ini, dalam catatan ngopibareng.id, berdialog dalam beberapa kesempatan.
Setidaknya, ada 5 poin penting yang didedahkan Kiai Abdul Hakim Mahfudz, guna menjadi spirit bagi umat Islam, terkhusus bagi warga NU dalam memahami sebagai gerakan Islam.
1. Kitab dan Pergerakan Islam
Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari adalah sosok kiai yang aktif dalam bidang pergerakan sosial kemasyarakatan. Hal ini bisa dilihat dari latar belakang penulisan sejumlah karyanya.
"Saya lihat buku-buku Hadratussyekh di belakangnya itu dituliskan: Buku ini selesai aku tulis menjelang subuh tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekian. Nah, dari situ saya urut, baru saya kaget; ini adalah pergerakan. Buku ini, semuanya, mendukung, memotivasi satu pergerakan," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa di dalam beberapa karya tulis Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari terlihat jelas bahwa karyanya dilatarbelakangi oleh semangat pergerakan.
"Kemudian tahun 1921 menulis Risalah Ahli al-Sunnah wa al-Jama'ah, 1925 menulis Adab al-Alim wa al-Muta'allim, hal itu karena ada kondisi-kondisi di mana beliau harus menulis itu," imbuhnya.
2. Respon Fenomena Masyarakat dan Umat Islam
Kiai Kikini lalu memberikan contoh, seperti kitab Dlau’ al-Misbah yang ditulis oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari sebagai respon terhadap fenomena masyarakat yang belum paham mengenai hukum-hukum perkawinan.
"Saya baca di mukadimahnya (Dlau’ al-Misbah) buku ini beliau tulis karena melihat banyak masyarakat yang tidak paham mengenai hukum-hukum perkawinan. Nampaknya penjelasan tentang hukum perkawinan itu adanya di kitab-kitab tebal, oleh karena itu Hadratussyekh menuliskan buku ini agar mempermudah masyarakat dalam memahami hukum-hukum perkawinan," katanya.
Lebih lanjut, Gus Kikin menegaskan bahwa karya Hadratussyekh dilihat dari latar belakang penulisannya memang kebanyakan ditulis sebagai respon atas kondisi sosial yang meliputinya. Kitab-kitab yang ditulis tidak lepas dari upaya Hadratussyekh dalam menjawab persoalan zaman.
Di samping itu, baginya, ada semacam semangat atau motivasi yang tersirat dari perjalanan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, yaitu tentang semangat beliau dalam menjaga persatuan umat, yakni agar umat Islam tidak terpecah belah.
"Nah, makanya saya lihat boleh berarti beliau itu menjaga jangan sampai umat Islam ini terpecah-pecah," tegasnya.
3. Adab Santri dan Keilmuan Pesantren
Saat ini begitu banyak sumber keilmuan yang membuat bingung masyarakat kebanyakan dalam mencari informasi yang benar. Karena itu, sangat penting bagi generasi penerus dan masyarakat luas untuk memperkuat ilmu pengetahuan yang telah diwariskan oleh Rasulullah SAW.
"Ilmu-ilmu yang diwariskan oleh salafussholeh yang mana sanadnya bersambung kepada Rasulullah Muhammad SAW harus terus kita wariskan pada generasi penerus. Ini sangat menentukan perjalanan umat Islam. Selain itu juga sangat menentukan perjalanan bangsa ini, bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam katanya," kata Kiai Kikin.
Putra KH Mahfudz Anwar (almaghfurlah, dikenal sebagai Ahli Falak dari Seblak) melanjutkan, perjalanan bangsa ini tidak lepas dari kontribusi pendiri Pondok Pesantren Tebuireng. Yaitu Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan para muassis Pondok Pesantren Tebuireng.
Beliau banyak meninggalkan tulisan-tulisan yang berisikan ilmu pengetahuan. Tulisan-tulisan tersebut berisikan kebutuhan-kebutuhan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang begitu banyak. Salah satunya, pada tahun 1925 KH Hasyim Asy'ari menulis kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim.
"Di dalam kitab tersebut, ada salah satu bagian yang menyampaikan tentang ilmu syariat tanpa adab dianggap tidak berguna. Sebagian ulama berpendapat bahwa ketika seseorang beriman apabila paham ilmu-ilmu syariat tetapi tanpa adab, maka dianggap tidak sempurna," ujarnya.
Kitab tersebut, kata Gus Kikin, adalah salah satu kitab yang menjadi rujukan di ponpes Tebuireng ini. "Kita harus membangun adab. Karena hanya di pondok pesantren, kegiatan belajar mengajar dari ta'lim, tarbiyah kemudian ta'dib bisa dilaksanakan," tambahnya.
4. Membangun Peradaban dari Pesantren
Dengan ta'dib, kita mendidik adab yang bisa dipakai sebagai ilmu untuk membangun peradaban serta karakter-karakter yang sangat dibutuhkan dalam perjalanan sejarah Pondok Pesantren Tebuireng.
"Di zaman penjajahan, persatuan umat Islam bisa terbentuk. Pengetahuan ini juga didapatkan dari salah satu buku yang ditulis oleh Hadratussyekh. Di buku tersebut dijelaskan pada tahun 1937 Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) didirikan untuk menaungi 13 organisasi Islam yang ada di Indonesia. Dan organisasi Islam yang masuk di dalamnya mewakili semua umat Islam yang ada di Indonesia di tahun 1937," tuturnya.
5. Pesan Penting kepada Umat Islam
Kiai Abdul Hakim Mahfudz berpesan, umat Islam harus memperkuat pemahaman-pemahaman mengenai syariat, keimanan, dan keterkaitan kita dalam menjadikan segala hal menjadi perekat untuk bangsa ini agar tetap bersatu.
"Bangsa ini harus tetap mampu untuk membangun ukhuwah dan persatuan untuk kemajuan. Ini akan menjadi kekuatan bangsa di masa yang akan datang. Semoga acara ini menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bisa dipakai untuk landasan kita dalam berfikir dan berkegiatan. Sehingga menjadikan negara ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," tutur Kiai Kikin.
Amanah PWNU Jawa Timur
Menanggapi usai dirinya ditunjuk menjadi penjabat (Pj) Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Baginya, hal itu merupakan penawaran yang biasa. "Saya juga dulunya dari PWNU Jatim. Bagi saya Itu proses yang biasa," ujarnya.
Ia ditunjuk menjadi Pj Ketua PWNU Jatim pada rapat gabungan Syuriyah dan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) setelah beberapa waktu lalu KH Marzuki Mustamar diberhentikan dari posisi ketua PWNU Jatim. "Untuk mengisi jabatan yang kosong agar organisasi ini bisa berjalan," paparnya.
Menurutnya, jika terdapat seseorang yang lebih bersedia menggantikannya, maka hal tersebut merupakan suatu hal yang lebih baik.
"Kalau bagi saya jika ada yang lain bersedia menggantikan ya bagus bagi saya," jelasnya.
Ditanya terkait langkah selanjutnya usai ditunjuk sebagai Pj Ketua PWNU Jatim, ia mengatakan jika akan melakukan silaturahmi terlebih dahulu.
"Taaruf dulu, pengenalan apa yang harus dilakukan dan dilanjutkan sebagai suatu inovasi. Ya kita mengalir saja," kata Cicit Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari ini.
Gus Kikin juga mengatakan jika ingin berorganisasi di NU maka tidak bisa mengedepankan kepentingan untuk pribadi.
"Bagaimana organisasi ini berjalan dengan baik dan memberikan manfaat insyaallah yang lainnya juga ikut bergabung," tuturnya.