5 Pasien Positif Covid-19 ‘Dimutasi’ ke Kabupaten Probolinggo
Tidak hanya aparatur sipil negara (ASN) yang “dimutasi”, lima pasien positif Covid-19 yang sebelumnya ditangani Pemkot Probolinggo “dimutasi” ke Pemkab Probolinggo. Alasannya, kelima warga Kota Probolinggo itu merupakan tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di fasilitas kesehatan Kabupaten Probolinggo.
“Kelimanya nakes di fasilitas kesehatan di Kabupaten Probolinggo. Mulai rapid test, karantina, hingga swab terhadap kelima nakes itu sudah ditangani Pemkab Probolinggo. Jadi wajar kalau sekarang ada migrasi data dari kota ke kabupaten,” ujar Wakil Walikota (Wawali) Probolinggo, HMS. Subri saat video conference (vidcon), Selasa, 26 Mei 2020.
Wawali yang juga Wakil Ketua Gugus Tugas Penganggulangan Covid-19 Kota Probolinggo menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Probolinggo terkait migrasi data pasien tersebut. “Khusus keluarga nakes, karena memang warga Kota Probolinggo, kami yang bertanggung jawab,” katanya.
Sehingga jumlah pasien positif Covid-19 di Kota Probolinggo yang awalnya total 19 orang, mulai Selasa hari ini berkurang enam orang. “Soalnya, ada enam nakes yang bertugas di Kabupaten Probolinggo, seorang di antaranya meninggal dunia, sehingga tinggal lima yang datanya kami migrasi ke kabupaten,” kata wawali.
Wawali memerinci lebih detail, dari 19 pasien positif Covid-19 dikurangi lima menjadi 14 orang. “Dari 14 orang positif ini, delapan di antaranya sudah sembuh termasuk dua okter spesialis Obgyn (kandungan), sehingga tinggal enam,” ujarnya.
Enam pasien positif Covid-19 itu belakangan seorang di antaranya meninggal dunia. Yang tersisa lima orang yang dirawat di RSUD dr Mohamad Saleh, Kota Probolinggo. “Tersisa lima orang dirawat di RSUD. Dua orang di antaranya hasil swab pertamanya negatif. Mudah-mudahan swab kedua juga negatif, sehingga yang dirawat tinggal tiga orang,” kata politisi Partai Demokrat itu.
Menghadapi new normal yang segera digulirkan pemerintah pusat, Pemkot Probolinggo bekerjasama dengan TNI dan Polri akan meluncurkan kampung tangguh. “Tiap kelurahan membentuk kampung tangguh menyangkut imunitas (kesehatan) dan ekonomi,” kata wawali.
Dalam vidcon muncul pertanyaan dari wartawan, terkait peralatan swab di RSUD yang dikeluhkan karena dijanjikan 45 menit diketahui hasilnya tetapi molor hingga dua hari. Sebagian warga juga mengeluhkan, pemeriksaan swab juga harus massal yakni, minimal sampelnya empat orang.
“Pertanyaannya siapa yang periksa, alat tersebut baru diuji coba, dan baru tadi malam izinnya keluar dari provinsi,” kata dr Abraar.
Dikatakan di RSUD memang ada dua alat pemeriksaan swab untuk mendeteksi Covid-19. “Yang Tes Cepat Molekular ( TCM) bisa digunakan untuk perorangan. Sedangkan yang PCR (Polymerase Chain Reaction) real time memang untuk minimal empat orang,” katanya.