Lima Pasar Ditutup, Tak Semua Pedagang Jalani Rapid Test
Pasar tradisional di Kota Surabaya saat ini dianggap sebagai klaster dalam penyebaran Covid-19. Maka itulah, Pemerintah Kota (Pemkot) sengaja mengosongkan pasar di beberapa titik untuk mengantisipasi terus bertambahnya kasus positif.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, total hingga kini PD Pasar Surya telah menutup lima pasar. Sedangkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) sendiri sudah ada tiga pasar.
“Tetapi gini, ada fenomena PKL yang di tingkat RW tertentu, kalau ada yang positif, mereka itu menutup sendiri. Jadi warga sudah mulai sadar sendiri. Soalnya kita ini melawan hal yang tidak kelihatan,” kata Hebi saat ditemui di Balai Kota Surabaya.
Agus pun membeberkan data pasar yang saat ini telah ditutup oleh PD Pasar Surya, yakni Pasar Tradisional Gresik PPI, Pasar Kapasan, Pasar Simo Serta Pasar Simo Gunung. Sedangkan yang telah dikosongkan LPMK adalah Pasar di Keputih, Jojoran dan Asempayung, ketiganya di Surabaya.
“Kita gak mau (sebenarnya, menutup pasar), satu sisi mengorbankan perekonomian, tapi yang terpenting pertimbangannya adalah penyebaran (covid-19) itu tadi. Daripada kita mengorbankan banyak orang, kemudian kalau pasar ditutup terus menerus juga kasihan,” ucap Hebi.
Hebi menjelaskan, sebenarnya ia tak mau jika perkara ini disebut penutupan, dengan dasar pengosongan lokasi hanya berlangsung selama dua pekan saja. Dan setelah itu, sudah diperbolehkan kembali beraktivitas seperti biasa.
“Kita bukan menutup, kalau menutup itu artinya menghentikan aktivitas jual beli, tapi kita melakukan karantina. Kegiatan berdagang juga bisa melalui online. Jadi 14 hari itu diprotokolnya, kalau memang positif Covid wajib karantina atau isolasi selama 14 hari. Artinya 14 hari itu gak boleh ada kegiatan di sana,” jelas Hebi.
Sementara itu, sebelum dilakukan penutupan, Pemkot Surabaya telah melakukan rapid test kepada beberapa pedagang yang berjualan di sana. Alasannya, agar dapat langsung memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Tidak semua (pedagang di tes) karena rapid testnya juga terbatas, jadi kita sampling. Seperti misalnya, kemarin itu di Pasar Simo dan Simo Gunung, itu kita sampling. Di Simo Gunung kita rapid 10 orang ternyata yang positif (reaktif rapid) 4 orang, di Pasar Simo kita sampling 20 yang positif (reaktif rapid) 1 orang. Jadi terpaksa kita tutup,” pungkasnya.
Pasar Simo dan Pasar Simo Gunung ditutup sejak Kamis, 7 Mei 2020. Kedua lokasi tersebut dilarang beroperasi lantaran pasangan suami istri yang memiliki stan di sana meninggal dunia dan telah terkonfirmasi positif Covid-19.