5 Lelucon Pengadilan, Kantor Pengacara Suap, Tarip Saksi Tertekan
Selama ini, dunia politik kerap menjadi bahan lelucon dan humor di tengah kekalutan di masyarakat. Lebih dari itu, humor-humor politik berkembang terus hingga ke zaman Jokowi.
Lalu bagaimana dunia pengadilan, dari pengacara, hakim dan makelar kasus? Mereka sebenarnya menyimpan lelucon-lelucon yang bisa kita nikmati bersama.
Sebagaimana lima lelucon dunia pengadilan, yang mencerminkan kekonyolan dan kelucuan tersendiri di tengah kewajaran di masyarakat.
1. Menelepon Kantor Pengacara
Seorang pria menelepon kantor pengacara. Satu suara di seberang menjawab, "Kantor Pengacara Hutapea, Hutapea, Hutapea dan Hutapea."
Pria itu berkata, "Apa saya bisa berbicara dengan Tuan Hutapea?"
"Maaf, dia sedang cuti."
"Kalau begitu apakah saya bisa bicara dengan Tuan Hutapea?"
"Dia sedang menangani kasus besar, tidak ada selama seminggu ke depan."
"Kalau begitu saya ingin bicara dengan Tuan Hutapea."
"Dia sedang bermain golf hari ini."
"Oke, kalau begitu, izinkan saya berbicara dengan Tuan Hutapea."
"Ya, saya sendiri. Apa ada yang bisa saya bantu?"
2. Naik Balon Udara
Amrin Pembolos dan Anwar keluar dengan balon udara untuk menyeberangi Samudra Atlantik.
Setelah 37 jam di udara, Amrin berkata, "War, lebih baik kita menurunkan ketinggian sehingga kita bisa melihat di mana kita berada."
Anwar mengeluarkan sebagian udara panas di dalam balon, dan balon itu turun ke bawah awan.
Amrin berkata, "Saya masih tidak tahu di mana kita berada, mari kita tanyakan orang itu di darat."
Jadi Anwar berteriak pada pria itu, "Hei, bisakah Anda memberi tahu kami di mana kami berada?"
Pria di darat berteriak kembali "Anda berada di balon, 30 meter di udara".
Amrin menoleh ke Budi dan berkata "Orang itu pasti seorang pengacara."
Lalu Anwar berkata, "Bagaimana kamu bisa tahu?".
Amrin berkata, "Karena jawaban yang dia berikan kepada kita 100% akurat dan sama sekali tidak berguna."
3. Memberi Suap Kepada Hakim di Persidangan
Mengambil tempat duduk di ruang kerja, hakim memanggil pengacara dari kedua belah pihak yang sedang berperkara.
"Kalian berdua telah memberi saya suap," katanya.
"Kamu, Joni, memberi saya Rp150 juta. Dan kamu, Tommy, memberi saya Rp100 juta."
Hakim membuka kopernya, mengeluarkan uang, dan menyerahkannya kepada Joni.
"Saya mengembalikan Rp50 juta, dan sekarang saya akan memutuskan kasus ini secara adil sesuai dengan fakta persidangan."
4. Tarif Pengacara Berdasarkan Jumlah Pertanyaan
Saat berjalan ke kantor pengacara, seorang pria bertanya berapa tarifnya.
"Lima ratus ribu rupiah untuk 3 pertanyaan," kata pengacara itu.
"Bukankah itu sangat mahal?" pria itu bertanya.
"Ya, memang begitu," jawab pengacara itu. "Apa pertanyaan Anda yang ke-3?"
5. Saksi Merasa Tertekan
"Sepertinya Anda dalam tekanan," kata hakim yang ramah kepada saksi. "Apakah ada masalah?"
"Nah, Yang Mulia," kata saksi itu,
"Saya bersumpah untuk mengatakan yang sebenarnya, seluruh kebenaran dan hanya kebenaran, tetapi setiap kali saya mencoba, para pengacara di sini langsung mengajukan keberatan."
Advertisement