5 Kedai Kopi Alternatif Cocok Ditekani Setelah Buka Puasa
Ngopi yang keren itu kira-kira begini jargonnya: apapun aktivitasmu jangan sampai mengganggu acara ngopimu. Berani coba?
Janganlah! Nanti ada bos yang marah. Bos lagi pengarahan pekerjaan, situ enak-enakan ngopi. Srupat-sruput tanpa dosa. Ya jelas si bos pasti marah. Beruntung kalau marahnya hanya meradang. Atau, hanya mengomel panjang-pendek seharian penuh. Kalau sampai terjadi pemecatan, pengusiran, tentu bukan kopinya yang salah. Situ aja yang tidak pas menerapkan jargon kopi.
Atau pas jam-jam ngantuk siang begini, ngopi aja kali, pasti jos. Jangan jugalah! Aktivitas yang sangat tidak disarankan untuk siang ini. Masih puasa pastinya. Masih cukup panjang menuju magrib. Tapi masih bisa ditahanlah sampai adzan magrib datang. Setelah itu baru: apapun aktivitasmu jangan lupa ngopi.
Ramadhan aktivitas kedai kopi banyak yang surut. Surut karena konsekuensi logis sedang musimnya orang beribadah kuat-kuat. Berlaku pahala, niat melebur dosa. Para penikmat kopi rata-rata juga pasti sedang menjalani puasa.
Beberapa kedai kopi ada yang memodifikasi jam buka dan jam tutup. Jam buka diperpendek. Atau, jam tutup yang diperpanjang. Ada yang panjanganya sampai sahur. Malah ada yang buka hanya pas sahur. Tak sedikit juga yang tutup full selama ramadhan dengan niat untuk mempertebal amalan.
Modifikasi jam buka dan tutup kedai kopi memungkinkan membuat bingung para penikmat kopi. Minimal, setelah buka puasa nanti, mau ngopi di mana. Ojo bingung ya. Tetap ada kedai kopi yang ajeg buka kok. Meski jamnya harus bergeser-geser sedikit. Setidaknya ini ada 5 rekomen ngopibareng.id kopi-kopi mana saja yang bisa dijadikan alternatif jujugan itu.
1. Kedai Simpel
Kedai Simpel ini kadang dijuluki Kedai Bor. Karena, dulunya, mereka memakai alat bor untuk menggerakkan handgrinder kopi. Modifikasi yang unik. Alat itu kini sudah pensiun, berganti dengan alat grinding kopi yang lebih modern.
Kedai Simpel letaknya di jantung Surabaya. Persinya di Jalan Embong Kaliasin, belakang Kantor Kelurahan Embong Kaliasin. Dia di tengah persis. Tak jauh dari Monumen Bambu Runcing. Ditempuh dari Jalan Panglima Sudirman, kalau sudah menemukan Bambu Runcing, belok kanan. Hanya 150 meter jauhnya dari belokan itu.
Kopinya beragam. Jenis kopi arabikanya dari ujung ke ujung. Mulai kopi Aceh hingga kopi Papua. Full pelayanan. Minta model kopi apa saja dilayani. Pemiliknya Pasutri. Hansan Sanjaya dan Ning Yanti.
2. Ngobarwae
Ini juga kedai cukup lama. Letaknya juga di jantung Kota Surabaya. Di kawasan Jalan Darmo. Nadi utama lalulintas Surabaya. Di Jalan Darmo ada taman yang kini jadi salah satu ikon penting Surabaya. Namanya Taman Bungkul. Sesuai dengan cikal bakal Surabaya yang dimakamkan di situ. Embah Bungkul. Nah, Kedai Ngobarwae itu berhadapan persis dengan Taman Bungkul Surabaya.
Ngobarwae itu ternyata singkatan. Panjangnya adalah Ngopi Bareng Wae. Wae itu kata sambung bahasa Jawa. Yang artinya adalah saja. Suroboyoannya bilangnya: ae.
Ngobarwae itu di dalam persil. Dia atas persilnya ada bangunan kantor, dan kantor itu ditempati oleh Looptelkomsel. Juga untuk pelayanan Grapari Telkonsel. Looptelkomsel itu tempat berkumpulnya banyak komunitas di Surabaya. Ngobarwae bagian untuk menu perkopian di tempat itu. Kopinya juga beragam. Kopi Jawatimuran yang paling banyak. Arabika, juga robusta.
3. Kopi Djago
Namanya unik. Seperti jenis ayam jantan. Ayam jantan itu di beberapa penutur bahasa disebut Jago. Kedai Djago berada di tengah juga, hanya sedikit menyerong ke seberang Kalimas. Kedai yang juga merangkap roastery ini tak jauh dari Jembatan Ujung Galuh Surabaya. Jembatan anyar yang menghubungkan Jalan Darmo Kali dan kawasan Ngagel Surabaya.
Karena digawangi para cowok-cowok keren itulah boleh jadi melatarbelakangi nama Kedai Djago. Mereka tak hanya bicara kopi, tapi juga teknik seduh yang keren. Rata-rata mereka yang menggawangi Kedai Djago adalah para brewer yang mumpuni. Mampirlah Raya Ngagel 77, kopi Djago-Djago semua.
4. Kapeku
Kedai ini di Jalan Dukuh Menanggal II/17, Gayungan, Surabaya. Sudut jauh kalau harus di tempuh dari Taman Bungkul. Tapi cukup dekat dengan Graha Pangeran Surabaya. Rutenya, cukup berputar dari di Bundaran Waru untuk kemudian berbalik arah ke Surabaya. Bertemu Mall Cito dulu, Graha Pangeran, baru kemudian belok ke kiri hingga bertemu rumah nomor 17.
Manual brew, latte art suguhan utamanya. Yang suka latte art ketemu masternya di situ. Pemiliknya Viddy. Salah satu master latte art di Jawa Timur. Betah berada di kedai ini. Tidak terasa was wes was wes kendaraan besar. Radiusanya juga cukup dekat dengan Masjid Agung Surabaya. Dua kali kelokan kanan dan kiri sudah sampai di masjid terbesar di Indonesia ini.
5. Kedai Frontage
Asyik kedai ini. Punya parkir yang luas. Masih terhitung bertetangga dengan Kedai Kapeku. Seperti hanya berjarak 15 menit kalau ditempuh dari kapeku. Letaknya di frontage. Berarti di Jalan Ahmad Yani. Mencarinya juga harus putar balik dulu di bundaran waru. Sebelum SPBU di Jalan Ahmad Yani itu.
Seringkali digelar kegiatan indie di sana. Musik paling banyak. Jadi setelah bundaran waru, kemudian meluncur di Jalan Ahmad Yani dan bertemu dengan bau-bauan wangi yang kuat, lambatkan laju kendaraan. Bau-bau wangi itu adalah bebauan yang berasal dari pabrik lawas, sabun wings. Kedai ini di kiri jalan. Masuk saja, jangan ragu. Karena memang memiliki parkir yang luas. Jangan sekali-kali parkir di jalan raya ya, bisa-bisa mobil Anda kena derek petugas ketertiban. (idi)