5 Humor Gus Dur, Inspiratif Paling Dikenang Publik
Sosok KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur memang kerap menjadi inspirasi dan dikenal sebagai pejuang kesetaraan hak di antara suku, ras, serta agama di Indonesia. Di balik sosok itu, ternyata Gus Dur juga merupakan sosok yang jenaka dan sering melontarkan guyonan bernada satire. Humor-humor dalam hidup ayahnya adalah metode untuk menjaga kewarasan manusia di tengah pahitnya realita.
Gus Dur tidak hanya menggunakan humor sebagai metode menjaga kewarasan, tetapi juga alat untuk melontarkan kritik terhadap pemerintahan ataupun kondisi yang terjadi di masyarakat.
Menurut putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid, bila Kalau kritik itu disampaikan secara humor, maka bisa jadi semua orang akan bisa menangkap refleksi yang ada di dalamnya.
Melalui humor itu, kata Alissa, Raja Arab Saudi pun juga pernah dibuat Gus Dur tertawa. Bahkan, foto raja yang sedang tertawa itu dimuat oleh media massa kala itu. Gus Dur adalah sosok yang sangat cerdas karena memiliki spontanitas humor yang kaya akan makna.
Mengenai beberapa guyonan Gus Dur yang jenaka, tetapi tetap penuh makna.
1. Sindir Pemuka Agama
Suatu ketika, Gus Dur bercerita, di depan pintu surga, para pemuka agama tengah menunggu pintu surga dibuka.
Mereka menunggu lama hingga akhirnya terjadi keributan di antara mereka tentang siapa sebetulnya umat yang akan dipilih oleh Tuhan untuk masuk surga. Namun, pintu surga tak kunjung terbuka. Lalu datang seorang yang berpakaian lusuh, jalannya agak sempoyongan kelihatannya mabuk, tetapi pintu surga langsung terbuka.
Malaikat mempersilakan orang itu masuk dan pintu surga tertutup lagi. Para pemuka agama protes, dan minta penjelasan dari malaikat.
"Kenapa kok bisa begitu? Kami ini wakil Tuhan di bumi. Kami ini membawa ayat-ayat Tuhan, tetapi kami kok enggak dikasih masuk dari tadi? Sementara ada orang setengah mabuk penampilannya enggak menjanjikan malah langsung masuk," protes para pemuka agama.
Malaikat kemudian menjawab dengan pertanyaan, "Coba para pemuka agama saya tanya, kalau sedang membawakan ayat-ayat tuhan, umatnya ngapain?
Orang yang tadi masuk itu setiap hari membuat ratusan orang ingat Tuhan, mendekat pada Tuhan. Mengingat Tuhan, menghadirkan kembali Tuhan dalam kehidupan."
"Kenapa? Karena dia ini seorang sopir Metro Mini di Jakarta. Karena dia ngebut, nyetir setengah mabuk, para penumpangnya ketakutan dan ingat Tuhan, mendekat pada Tuhan," lanjut sang malaikat.
Sementara para pemuka agama membawa nama Tuhan, membawa ayat Tuhan, tapi begitu membosankannya dan jauh dari realita sehingga umatnya tidur kalau diceramahin.
Makna dari humor bernada satire tersebut untuk menyindir pemuka agama yang terkadang lebih mementingkan predikat di masyarakat. Humor yang disampaikan Gus Dur juga sesuai dengan kondisi sosial yang ada di masyarakat.
"Ketika Gus Dur melontarkan joke itu, itu lagi banyak sekali kecelakaan Metro Mini di Jakarta," ujar Alissa.
2. Kritik Kondisi Indonesia
Pada kesempatan yang lain, Gus Dur bercerita, ada presiden dari negara asing yang berusaha melucu di depan orang Indonesia dengan pidatonya yang panjang.
Namun, penerjemahnya hanya menyampaikan beberapa kata, kemudian peserta tertawa.
"Diterjemahkannya pendek, kok semua orang tertawa?" tanya presiden.
"Iya itu di Indonesia soalnya," jawab salah satu orang dekatnya presiden tersebut.
"Memang orang itu bilang apa?" lanjut presiden. "Kalian semua harus ketawa karena presiden tamu kita sedang melucu, yang tidak ketawa dihukum," jawab orang terdekat presiden.
Humor itu berupa sindiran terhadap kondisi masyarakat Indonesia yang hanya mengikuti perintah tanpa mengerti maksudnya.
3. Humor tentang Intel
Pada suatu masa, Gus Dur juga pernah bercerita, pada masa Orde Baru, hampir setiap acara yang didatangi Gus Dur selalu diawasi intel. Kala itu, Gus Dur tengah menghadiri pertemuan forum para kiai.
"Nanti kita diskusinya dalam bahasa Arab, karena di sini ada intel," kata Gus Dur dalam sambutannya menggunakan bahasa Arab.
Setelah itu, acara diskusi pun benar-benar dilanjutkan menggunakan bahasa Arab. Si intel kemudian pulang dan melapor kepada komandannya.
"Tadi membicarakan apa?" tanya komandan kepada si intel.
"Tidak ada diskusi komandan, para kiai itu hanya saling mendoakan," jawab si intel.
Humor ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi Gus Dur yang dikemas menjadi humor.
4.Gus Dur Diminta Mundur dari Presiden
Suatu ketika, Gus Dur bercerita bahwa dirinya pernah diminta mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
"Saya maju sendiri saja susah harus dituntun, ini disuruh mundur," jawab Gus Dur.
5. Humor Celana Dalam
Suatu ketika, Gus Dur tengah berkuliah di Mesir. Ia berada di satu rumah kost di area mahasiswa Indonesia. Di sana, ada seorang mahasiswa baru datang dari Indonesia dan mereka melakukan sowan ke senior-seniornya, termasuk pada Gus Dur dan KH Mustofa Bisri atau Gus Mus.
"Siapin wedang," kata Gus Dur kepada Gus Mus.
Gus Mus kemudian memasak air dan Gus Dur masuk ke dalam kamar, lalu keluar dengan membawa celana dalam. Gelas air yang dibawa Gus Mus dilap menggunakan celana dalam oleh Gus Dur di depan mahasiwa baru.
Mahasiwa itu kebingungan dan merasa tidak enak jika tidak meminum air yang disediakan seniornya walaupun gelas itu telah dilap menggunakan celana dalam.
Akhirnya, air itu tetap diminum oleh mahasiswa baru. Setelah mahasiwa baru itu pulang, Gus Mus bertanya kepada Gus Dur.
"Itu tadi kok bisa celana dalam dipakai buat ngelap gelas?" tanya Gus Mus.
Gus Dur menjawab enteng, "Celana dalam itu kan kain, celana dalamnya masih baru, enggak pernah dipakai. Kepala kita saja kan, itu kan kain. Apa bedanya celana dalam yang masih baru dengan serbet? Wong enggak pernah dipakai, sama-sama kain. Kita ini sering terjebak pada bentuk".