5 Hal Perlu Dipahami Sebelum Menjalankan Ibadah Puasa
Ramadan sebentar lagi. Dalam hitungan hisab, umat Islam di Indonesia akan melaksanakan ibadah bulan Ramadan, pada 6 Mei 2019. Untuk memperjelaskan dan lebih mempunyai keutamaan dalam menjalankan ibadah puasa, ustad Saiful Islam Al Ghozi memberi pesan akan 5 hal yang harus diperhatikan. Berikut:
1.Pengertian Puasa
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari segala sesuatu. Allah berfirman dalam surah Maryam (19) ayat 26:
“Saya bernadzar puasa kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, yakni menahan diri tidak bicara”.
Sedangkan puasa secara syariat adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shadiq (tanda masuk waktu Shubuh) sampai terbenamnya matahari (tanda masuk waktu Maghrib).
2.Dasar Hukum Puasa
Dasar hukum berpuasa adalah Al-Quran surah al-Baqarah (2) ayat 183:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa”.
“Setiap kebaikan pahalanya dilipatgandakan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Puasa itu kepunyaan-Ku (Allah) dan Aku yang akan membalasnya”.
3.Waktu Diwajibkannya
Puasa Ramadan Puasa Ramadlan diwajibkan (diperintahkan) pada tahun kedua Hijriyyah di bulan Sya’ban (Jawa: Ruwah).
Rasulullah s.a.w. berpuasa Ramadan sebanyak sembilan kali. Yang genap 30 hari hanya satu Ramadan saja sementara yang delapan Ramadan hanya 29 hari.
4.Keutamaan Berpuasa
Hadits riwayat Imam Malik r.a. dalam al-Muwaththa’ :
“Setiap kebaikan pahalanya dilipatgandakan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Puasa itu kepunyaan-Ku (Allah) dan Aku yang akan membalasnya”.
Hadits riwayat Imam an-Nasai dalam Sunan an-Nasai :
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung, maka Allah akan menjauhkannya dari neraka Jahannam dengan jarak tempuh seratus tahun”.
Hadits riwayat Imam an-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari :
“Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan yang dia akan menyukai keduanya. Ketika berbuka puasa dia gembira dan ketika bertemu Tuhannya dia gembira sebab puasanya”.
Hadits riwayat Imam ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus :
“Diamnya orang yang berpuasa seperti halnya membaca tasbih, tidurnya adalah ibadah, doanya dikabulkan, dan amal ibadahnya dilipatgandakan.”
5. Syarat-syarat Sahnya Puasa
a) Islam. Orang yang berpuasa harus beragama Islam mulai dari waktu imsak sampai terbenamnya matahari. Apabila orang tersebut murtad, walau sebentar saja, maka batal puasanya.
b) Berakal. Orang yang berpuasa harus berakal di semua waktu puasa. Apabila orang tersebut gila, walau sebentar saja, maka batal puasanya.
c) Suci dari haid dan nifas. Seorang wanita disyaratkan suci dari haid dan nifas di semua waktu puasa. Apabila wanita tersebut mengeluarkan darah haid atau nifas, meskipun di akhir waktu puasa, maka batal puasanya. Begitu juga ketika dia suci dari haid atau nifas di dalam waktu puasa, maka baginya tetap diharamkan berpuasa. Akan tetapi disunnahkan untuk imsak (menahan diri dari semua yang membatalkan puasa) sampai terbenamnya matahari, dengan tanpa niat berpuasa. Jika dia imsak dengan niat berpuasa, maka hukumnya haram.
d) Mengetahui tentang waktu berpuasa. Maksudnya orang yang hendak berpuasa harus mengetahui bahwa hari dimana dia akan berpuasa di dalamnya bukanlah hari yang diharamkan untuk berpuasa. (adi)