5 Fakta Rest Area KM 260B Heritage Banjaratma Rasa Museum
Rest Area KM 260B Heritage Banjaratma. Lokasi ini menjadi favorit para pemudik yang melintas di jalan tol Pejagan-Pemalang, Brebes, Jawa Tengah. Dulunya, lokasi ini merupakan pabrik gula kuno bernama Pabrik Gula Banjaratma, yang didirikan oleh NV Cultuurmaatschappij, perusahaan yang berpusat di Amsterdam, Belanda, pada tahun 1908.
Pengalihfungsian Pabrik Gula Banjaratma menjadi Rest Area dilakukan oleh PT PP Sinergi Banjaratma, dengan tidak menghilangkan unsur-unsur dari pabrik gula kuno tersebut. Banjaratma menjadi tempat yang cukup menyenangkan untuk beristirahat sejenak, menyesap kopi, dan menikmati makanan.
Jangan lupa menengok kios-kios UMKM, siapa tahu ada yang cocok untuk melengkapi buah tangan. Seperti rest area pada umumnya, Banjaratma juga dilengkapi dengan fasilitas toilet dan tempat salat.
Berikut ini lima fakta Rest Area KM 260B Heritage Banjaratma:
1. Berdiri Tahun 1908
Pabrik gula Banjaratma didirikan oleh N.V Cultuur Maatschappij sebuah perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam pada 1908. Hal ini di didasarkan pada Inventaris van de archieven van de Cultuur, Handel-en Industrie Bank Koloniale Bank, Cultuur Bank NV.
Hal ini juga termurah dalam Koloniaal Verslag 1907 yang berisi tentang daftar statistik perusahaan pabrik gula di Jawa tahun 1906. Dalam daftar statistik tersebut pada tahun 1906 Pabrik Gula Banjaratma tidak disebut di dalam daftar.
2. Tempat Penelitian
Pada peta Dutch Colonial Maps pada 1919, Pabrik Gula Banjaratma disebut dengan Station Banjaratma Proefstations atau stasiun pengujian. Maksudnya adalah digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah terhadap budaya dan proses produksi gula sehingga memperoleh produksi yang optimal.
Proefstations diperkenalkan oleh Gerrit Jan Mulder pada tahun 18848 pada Pabrik Gula di Bogor yang selanjutnya menjadi kebutuhan penting di pabrik gula. Sejak itulah, keberadaan Stasiun Pengujian ini memiliki peran yang besar dalam keberhasilan produksi Gula di Jawa.
Pada 1997, pabrik gula Banjaratma mengalami kerugian. Di tahun tersebut merupakan operasional terakhir pabrik gula karena kerugian yang dialami secara terus menerus. Kondisi tersebut membuat biaya operasional tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh.
Beberapa bagian mesin yang masih dapat digunakan kemudian dipindahkan ke pabrik gula lainnya. Setelah gulung tikar, bangunan seluar 10,5 hektar ini kemudian ditetapkan menjadi cagar budaya.
4. Rest Area Ikonik
Seiring dibangunnya rest area tol Trans Jawa, bekasi bangunan pabrik gula Banjaratma mulai direvitalisasi dan kemudian dialihfungsikan menjadi rest area. Pembangunan melibatkan beberapa konsorsium yang terdiri dari PT Waskita Toll Road, PT Rajawali Nusantara Indonesia, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT PP Properti, PT Jasamarga Properti, dan PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN).
5. Tidak Mengubah Bangunan Asli
Rest Area KM 260B Heritage Banjaratma dibangun ulang dengan tidak mengubah tampilan sebagai bekas pabrik gulanya. Rest area ini mulai dioperasikan dan menjadi tempat persinggahan pengendara sejak 17 Maret 2019. Gaya bangunannya ikonik, dengan fasad retro dinding batu bata yang terkelupas.
Mesin-mesin gula kuno tetap dibiarkan menjadi saksi bisu, sekaligus objek foto yang diminati pengunjung. Di halaman rest area, terpampang lokomotif tua yang pada masanya pasti sangat gagah, mondar-mandir mengangkut tebu yang menjadi bahan baku gula. Di belakang rest area, ada semacam taman yang mengimbangi keberadaan pabrik gula.
Selain itu, rest area ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk peristirahatan pengemudi. Termasuk juga tenant kuliner yang banyak menghadirkan pelaku usaha UMKM.
Advertisement