5 Dasar Ilmu Tasawuf, Sikap Kritis Kiai Hasyim Terhadap Tarekat
Bapak Umat Islam Indonesia. Demikian sebutan bagi Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari, Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Dalam perjuangannya mewujudkan Indonesia Merdeka, Kiai Hasyim Asy'ari menekankan pentingnya memperdalam ilmu dan mempererat persatuan.
KH. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia serta sebagai ulama’ kharismatik pendiri Nahdlatul Ulama’ (NU) yang memiliki banyak pengikut sampai saat ini.
Kakek dari KH Abdurrahman Wahid ini dilahirkan di desa Gedang, daerah Jombang pada hari selasa, 24 Dzulqa’dah 1284 H. Nasab beliau sampai kepada Joko Tingkir penguasa Kerajaan Pajang.
KH M Hasyim Asy'ari, ulama’ yang sangat mumpuni dalam berbagai disiplin keilmuan islam. Seperti hadits, fikih, tasawuf serta aktif dalam mengkader banyak kiai dan ulama tersebar ke seluruh Nusantara.
Dalam bidang tasawuf, beliau meninggalkan karya yang berjudul Hadihi ar-Risalah Jami’ah al-Maqasid. Di dalam kitab tersebut membahas tentang akidah islam sebagai dasar-dasar agama dan membahas tentang urusan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan umrah serta ditutup dengan pembahasan tentang ajaran-ajaran tasawuf. Beliau ingin mengkombinasikan antara ilmu syariat, thariqat, dan hakikat.
Dalam memasuki dunia tasawuf, KH. Hasyim Asy’ari mengingatkan akan pentingnya memahami dasar-dasarnya sehingga mudah dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan serta mampu menjawab berbagai macam tuduhan seputar tasawuf.
Lima Dasar Ilmu Tasawuf
KH Hasyim Asy'ari menjelaskan dasar-dasar ilmu tasawuf yang harus diketahui oleh bermuara kepada lima hal.
Pertama, memilik ketakwaan kepada Allah dan kondisi apapun baik dikala sendirian atau dengan orang lain. Hal ini dapat diwujudkan saat seseorang berhati-hati dalam menyelesaikan permasalahan terutama yang menyangkut masalah hukum serta konsisten (istiqamah) dalam beramal kebaikan.
Kedua, mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dalam perilaku maupun ucapan. Caranya dengan mempraktikkan ajaran nabi sesuai dengan kemampuan serta memiliki akhlak yang baik kepada Allah dan kepada makhluk-Nya.
Ketiga, tak terlalu bergantung kepada orang lain dengan cara bersabar dalam berusaha secara maksimal serta menyerahkan urusannya kepada Allah (tawakkal).
Keempat, menerima (ridha) pemberian Allah saat nikmat itu banyak ataupun sedikit. Kenikmatan ini dapat dirasakan jika memiliki rasa qana’ah atau menerima dengan lapang dada segala pemberian-Nya.
Kelima, selalu mengembalikan segala permasalahan yang ia hadapi kepada Allah dengan cara mensyukuri nikmat-Nya serta selalu berpegang teguh kepada-Nya.
Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu tasawuf bersumber kepada ajaran-ajaran islam terutama harus sesuai Al-Qur’an serta mengikuti sunnah Nabi yang menjadi dasar berpijak serta mengikuti ajaran sahabat dan tabi’in maupun ulama’.
Setelah itu barulah dengan baik dalam melangkah untuk mengarungi kehidupan dengan sikap dan perilaku yang baik terutama dalam menata hati sehingga tercermin sikap yang moderat serta ramah kepada siapa pun.
Demikian semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bisshawab.
Advertisement