5 Cara Penularan HIV, UNICEF: Tiap 2 Menit, Satu Anak Terinfeksi
Hari AIDS Sedunia diperingati pada 1 Desember tiap tahunnya. Hari AIDS sedunia diperingati agar masyarakat waspada terhadap bahaya dari penyakit HIV/AIDS. Laporan terbaru UNICEF mengatakan, 300.000 anak positif terinfeksi HIV pada tahun 2020. Dengan kata lain, ada satu anak yang positif HIV tiap 2 menit.
Lebih parahnya, laporan Global Snapshot menunjukkan setiap 5 menit, satu anak meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan AIDS. Jumlah anak-anak yang meninggal karena AIDS di tahun 2020 mencapai 120.000 orang.
Laporan tersebut memperingatkan, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan juga memperdalam ketidaksetaraan yang telah lama mendorong epidemi HIV. Di mana ini terjadi pada anak-anak yang rentan, remaja, wanita hamil, dan ibu menyusui.
Namun sayangnya, ketika mendengar kata HIV, tak sedikit yang memiliki anggapan buruk tentang pengidapnya atau yang disebut dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Bahkan, karena kurangnya edukasi, masih banyak yang menganggap bahwa HIV/AIDS bisa menular hanya karena bersentuhan dengan pengidapnya. Hal tersebut keliru!
Supaya lebih paham, yuk pahami beragam cara penularan penyakit HIV.
1. Transfusi Darah
HIV bisa ditularkan melalui aktivitas transfusi darah. Seseorang yang mendapatkan donor darah dari pengidap HIV akan memiliki risiko besar untuk ikut tertular. Kasus ini pernah menimpa salah satu anggota parlemen asal Jepang, Ryuhei Kawada.
Walau kejadian ini cukup langka, namun ternyata masih ada beberapa negara yang belum memiliki teknologi pemeriksaan yang canggih pada fasilitas kesehatannya. Hal ini tentu berbahaya, karena darah yang mengandung virus HIV akan bisa lolos seleksi pemeriksaan begitu saja.
2. Donor Organ
Aktivitas transplantasi organ pun memiliki risiko penularan HIV yang cukup besar. Bila seorang pengidap HIV mendonorkan organ tubuhnya, maka besar kemungkinan penerima donor tersebut akan turut terkena HIV pula.
Kasus langka ini pernah terjadi di Amerika Serikat, di mana seseorang mengidap HIV sesaat setelah melakukan transplantasi dan menerima donor ginjal. Untuk mengantisipasi hal tersebut, prosedur transplantasi organ kini diperketat dengan melakukan serangkaian pemeriksaan medis sebelumnya terhadap pendonor.
3. Tidak Memakai APD yang Lengkap
Bagi para tenaga medis, kelengkapan alat perlindungan diri (APD) tentu sudah menjadi suatu keharusan. Hal ini mampu meminimalisir berbagai risiko buruk yang bisa terjadi, seperti penularan penyakit HIV yang tak disadari.
Tenaga medis menjadi rentan untuk tertular penyakit HIV akibat tidak lengkapnya APD yang digunakan saat menangani pasien dengan luka terbuka. Kontak bebas antara darah pasien dengan tenaga medis tanpa APD akan menjadi salah satu jalur penularan penyakit ini.
4. Tertular Karena Pasangan
Penularan penyakit HIV akibat hubungan intim tidak hanya terjadi pada seseorang yang hobi bergonta-ganti pasangan saja. Malangnya, risiko ini juga mengintai orang yang memiliki pasangan dengan hobi tersebut walaupun dirinya tidak melakukan hal tersebut
Walau hanya melakukannya dengan orang yang sama, jika pasangan memiliki kebiasaan yang berisiko besar terhadap penularan HIV, maka orang tersebut akan berisiko merasakan penyakit membahayakan ini pula.
5. Kehamilan, Persalinan atau Menyusui
Seorang ibu yang mengidap HIV berisiko besar untuk menularkan penyakit tersebut pada buah hatinya. Proses kehamilan, melahirkan dan menyusui rupanya bisa menyebabkan seorang anak kecil turut tertular penyakit berbahaya satu ini. Para ibu pengidap HIV bisa menjalani konsultasi kehamilan dan persalinan dengan dokter khusus yang biasa menangani kasus tersebut sembari rutin mengonsumsi Antiretroviral (ARV).
Advertisement