47 Yacht di Wonderful Sail to Indonesia
Sektor pariwisata bahari Indonesia terbukti makin moncer. Hal ini terlihat dengan datangnya 47 yacht dari berbagai negara. Mereka akan mengikuti Wonderful Sail to Indonesia (WSTI) 2018 di Debut, Tual, Maluku Tenggara.
Kedatangan para yachter ini disambut meriah oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Penyambutan diawali dengan upacara dan tarian tradisional penyambutan tamu.
Menurut Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Alex Reyaan, 47 yacht tersebut mengangkut 156 wisatawan mancanegara (wisman) dari 14 negara.
"Ada 156 wisman yang ikut WSTI 2018 ini. Mereka berasal dari Australia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Selandia Baru, Denmark, Jerman, Kanada, Swedia, Cook Island, Belanda, Irlandia. Dan kita lakukan penyambutan untuk menunjukkan keramahan khas Indonesia di entry point pertama di Debut, Tual, Maluku Tenggara," kata Alex.
Hal ini pun diakui oleh para yachter yang mengikuti WTSI 2018. Secara garis besar, mereka menyatakan sangat senang mengikuti WTSI 2018.
Karena kegiatan ini telah di-organise dengan baik. Khususnya ketika yachter memasuki Debut. Sambutan hangat dari masyarakat serta daya tarik alam yang dimiliki Debut seperti sebuah bonus yang menyenangkan mereka
Terpisah Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kemenpar, Indroyono Soesilo mengatakan, event ini sangat strategis. Karena akan menjadi branding wisata layar yang prestisius bagi Indonesia. Selain itu, WTSI akan menjadi stimulus bagi setiap daerah yang dilintasi. Karena daerah akan berlomba mengembangkan intrafruktur, sarana dan prasarana bagi pariwisata bahari Indonesia.
“Rally ini sifatnya memotivasi daerah untuk berpromosi dan mengembang infrastruktur. Tiga tahun yang lalu tidak seperti ini. Sekarang banyak yang meminta daerahnya dilalui. Impactnya daerah yang dilintasi akan membangun apresiasi dunia, membangun keakraban kebangsaan, memperkenalkan kearifan dan budaya lokal. Ini yang kita kejar,” ujarnya.
Rally ini juga memiliki sharing economi yang besar bagi daerah. Karena para yachter atau pelayar itu akan mengeluakan spending besar. Baik untuk bahan bakar kapal, perbaikan kapal, makan dan minum hingga merchandise untuk dibawa ke negara asal.
“Spending mereka perhari itu menghabiskan 50 dolar. Itu hanya untuk makan dan minum selama 4 bulan. Belum untuk solar dan lainnya. Bahkan, para pelayar meminta agar mesin ATM mengeluarkan uang sekali transaksi sebesar Rp5 juta, tidak Rp2,5 juta. Selain itu mereka juga membutuhkan kartu telpon prabayar untuk memudahkan komunikasi,” ungkapnya.
Menurut Indroyono, saat ada yacht yang bergerak dari Darwin, Australia. “Semua yacht akan berkumpul di Badas-Sumbawa pada 9 September 2018. Mereka akan berpartisipasi dalam Puncak Sail Moyo-Tambora 2018,” terangnya.
Indroyono menambahkan, keselamatan dan keamanan para yachters selama berlayar di Kepulauan Indonesia juga menjadi perhatian. “Untuk itu kita terus berkoordinasi dengan Badan Keamanan Laut, Badan SAR Nasional, juga TNI AL,” imbuhnya.
Kemenpar telah menetapkan lini bahari merupakan jalur cepat untuk mengoptimalkan pintu masuk wisman. Trennya pun selalu terkatrol positif. Wisata bahari diharapkan akan memberikan kontribusi sebanyak 4 juta wisman dari target 20 juta kunjungan wisman pada 2019.
Hal tersebut juga diamini Mentri Pariwisata Arief Yahya. Menpar pengatakan saat ini regulasi serta infrastruktur terus diperbaikan sehingga semakin memudahkan para yachter untuk menikmati wisata bahari Indonesia
“Beberapa infrastruktur yang belum memadai terus dikebut penyempurnaannya. Penyempurnaan regulasi juga sudah digulirkan. Termasuk juga bagi yacht, seperti kemudahan pengurusan izin entry-exit serta pemberian bebas visa kunjungan. Kami optimis kedigjayaan jalur maritim kita akan memasuki era keemasan” tutup. Menteri asal Banyuwangi tersebut. (*)