47 Tahun DMI Dirayakan, Kiai Said: Islam Tekankan Kualitas
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdaltul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT adalah menekankan kualitas bukan legal formal. Artinya tidak hanya tertumpu pada simbol melainkan peran Islam itu sendiri termasuk fungsinya. Makanya, menurut Kiai Said dalam ayat Al-Qur’an tidak tertulis ummatan Islamiyah melainkan ummatan wasathiyah.
“Allah dalam hal ini menekankan kualitas, bukan hanya berpikir legal formal, bukan hanya simbol tapi peran, fungsi, dan kualitas yaitu agar litakuunu syuhada’a alannas,” ujar Kiai Said Aqil Siroj.
Hal itu diungkapkan Kiai Said, saat menjadi pembicara pada kegiatan Halal bi Halal dan Seminar Sehari dalam rangka Harlah ke-47 Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Pusat, Rabu 18 Juli 2019.
Artinya, sambung Kiai Said, peran yang dimaksud dalam Al-Qur’an tersebut yakni suhudan diniyan, hadhoriyan, tsaqofiyan, iqtishodiyan, adiyan, dan siyasiyan. Yaitu mengutamakan peran agama, peran budaya, peran peradaban, peran teknologi, peran ekonomi dan peran politik serta peran lain yang bisa menghidupkan suasana berbangsa dan bernegara.
Ia menjelaskan, saat Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib atau Kota Madinah, Nabi menyaksikan berbagai komponen yang hidup secara bersamaan. Di Kota tersebut Nabi dihadapkan tiga komponen penduduk antara lain pendatang (muhajirin), Ansor (pribumi) dan non-Muslim.
Ketua Umum PBNU dua periode ini menjabarkan bagaimana sikap Muhajirin, Ansor dan non-Muslim memimpin pemerintahan di Madinah. Menurutnya, penduduk Muhajirin merupakan penduduk Makkah yang kaya raya namun mereka menjadi fakir ketika menjadi penduduk Madinah.
Namun, pribumi yaitu Ansor bergotong royong membantu Muhajirin tanpa ada unsur kepentingan, mereka menolong Muhajirin dengan ikhlas dan tulus. Termasuk sikap kepada penduduk yang tidak beragama Islam.
“Pribumi (Ansor), orang-orang yang telah menyiapkan segalanya, fasilitas, mental untuk menyambut muhajirin, mereka ikhlas mempersiapkan segalanya untuk menyambut dengan tulus ikhlas tidak punya kepentingan apa-apa,” ujarnya, dikutip ngopibareng.id, dari nu-online.
Bahkan, kata kiai alumnus Universitas Ummul Qurro Makkah ini, orang orang Yahudi di Madinah terdiri dari tiga suku yakni suku Bani Qoinuko (pencari emas) Bani Quraizah (petani) bani Nadir (pekerja). Melihat dinamika tersebut, Nabi Muhammad menegaskan bahwa pendatang, pribumi dan non-Muslim semuanya adalah umat.
“Muslim pendatang Muslim pribumi asalkan satu cita-cita maka sesuggguhnya, maka semuanya satu umat oleh karena itu Nabi Muhammad tidak pernah memproklamasikan berdirinya negara Islam, konstitusi berdasarkan agama dan tidak pernah memproklamasikan negara berdasarkan suku, melainkan negara madinah,” tuturnya.
Nabi Muhammad kemudian menjalankan pemerintahannya tanpa pandang bulu, semua sama di mata hukum. Pada saat itu juga tidak ada permusuhan kecuali bagi yang suka melanggar hukum. “Sistem itu namanya muwathonah,” ucapnya.
Hadir pada pertemuan itu sejumlah tokoh antara lain, Ketua Umum DMI yang juga Wakil Presiden RI H.M Jusuf Kalla, Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Wakil Presiden terpilih KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, Wakil Ketua Umum PP DMI KH Masdar F Mas’udi.
Hadir juga Direktur Pusat Studi Al-Qur'an dan mantan Menteri Agama M. Quraish Shihab, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, Ketua Umum Mathla’ul Anwar KH Ahmad Sadeli Karim, Ketua Umum PUI KH Nazar Haris, Ketua Umum Al-Wahsliyah Yusnar Yusuf, Ketua Umum Persis KH Aceng Zakaria, Ketua Umum DDI Muhammad Siddik, Ketua DPP Tarbiyah Perti M. Baharun dan pengurus MUI KH Masduki Baidowi. (adi)
“Allah dalam hal ini menekankan kualitas, bukan hanya berpikir legal formal, bukan hanya simbol tapi peran, fungsi, dan kualitas yaitu agar litakuunu syuhada’a alannas,” ujar Kiai Said Aqil Siroj.
Advertisement