46 WNI di Afghanistan, Situasi Keamanan di Negeri Bergejolak Itu
Kementerian Luar Negeri RI dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kabul terus memonitor situasi keamanan di Afghanistan dan Kabul, termasuk para WNI di sana. Saat ini, secara berangsur misi militer bersiap-siap hengkang dari negeri tersebut, sehingga menjadikan kondisi berbeda dari sebelumnya.
"Untuk memberikan perlindungan bagi WNI yang berada di Kabul, Kemlu dan KBRI Kabul telah menyusun rencana kontijensi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu RI, Judha Nugraha dalam keteranga resmi diterima Ngopibareng.id, Sabtu 10 Juli 2021.
Selain itu, lanjut Judha, KBRI selalu menjalin komunikasi dan memonitor keselamatan WNI di Afghanistan.
Ia mengungkapkan, sesuai database awal KBRI Kabul, terdapat 46 WNI tinggal Afghanistan. Namun saat ini sebagian besar telah kembali ke Indonesia.
"Sehingga saat ini tercatat hanya terdapat 3 WNI yang masih menetap di Afghanistan," ungkapnya.
Misi Militer AS Ditarik
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan misi militer AS di Afghanistan akan berakhir pada 31 Agustus 2021.
Biden mengatakan, tidak akan melibatkan generasi lain Amerika ke dalam konflik senjata yang telah berlangsung selama 20 tahun di Afghanistan, seperti dikutip Reuters.
Berbicara di Ruang Timur Gedung Putih, Biden mengatakan militer Afghanistan memiliki kemampuan untuk mengusir Taliban.
Dia menyangkal laporan intelijen AS yang memperkirakan pemerintah dukungan AS di Kabul akan runtuh dalam enam bulan, menyusul kekhawatiran terhadap munculnya perang saudara.
AS Sebut Afghanistan Mampu Kelola Stabilitas
Sejak akhir pekan lalu pasukan militer Amerika Serikat mulai sibuk memindahkan berbagai peralatan perang ke dalam pesawat kargo dan meninggalkan basis lapangan udara Bargam, di Afghanistan.
Presiden Joe Biden telah mengumumkan dengan adanya penarikan pasukan itu, diharapkan Afghanistan akan menjaga stabilitas negara dengan kekuatan militer yang mereka miliki di tengah perang sipil yang masih terjadi.
"Kita telah melakukan perombakan, peningkatan kapasitas yang dapat menjadi nilai tambah. Tapi, Afghanistan harus bisa melakukannya sendiri dengan kemampuan Angkatan Udara yang dimiliki. Anda telah membantu untuk mempertahankannya," ujar Biden pada Sabtu 3 Juli 2021.
Ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah Amerika Serikat, untuk menarik pasukannya setelah 20 tahun berada di Afghanistan.
Biden juga menyebut dari hasil pertemuannya dengan Presiden dan sejumlah pejabat Afghanistan 25 Juni lalu di Gedung Putih, diyakini pemerintah setempat memiliki kapasitas untuk bisa mewujudkan pemerintahan yang berkelanjutan.
"Kita sudah di sini (Afghanistan-red) selama 20 tahun dan saya rasa telah bertemu dengan Pemerintah Afghanistan di sini di Gedung Putih di ruang Oval. Saya rasa mereka memiliki kapasitas untuk bisa mewujudkan pemerintahan yang berkelanjutan," terangnya.
Jejak Kanada di Afghanistan
Kanada merupakan salah satu negara yang telah menarik pasukan militernya dari Afghanistan pada 2014 lalu. Rencana penarikan pasukan Amerika Serikat mendapatkan tanggapan dari mantan Komandan Pasukan Kanada Purn. Letjend Andrew Leslie yang menyebut mendukung rencana itu, namun mengkhawatirkan sejumlah hal.
"Saya rasa masa depan agak suram khususnya bagi para wanita dan anak perempuan,"ungkap Leslie dalam wawancara di CBC News.
Penarikan pasukan militer Amerika Serikat secara berangsur dari Afghanistan, turut berdampak pada keinginan warga setempat untuk keluar dari negaranya.
Disambut Warga
Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan, seluruh wilayah di Afghanistan dalam keadaan buruk dan tidak ada satu dalam kondisi aman.
"Sebagian besar wilayah telah jatuh, tidak ada satu distrikpun tanpa perkelahian. Mereka bahkan datang kepada kepala kepolisian dan kantor-kantor provinsi di ibu kota. Saya datang ke sini untuk memperoleh paspor dan keluar dari Afghanistan. Sebab, tidak aman untuk berada di sini," ucap warga Afghanistan kepada Deutsche Welle.
Pemerintah Amerika Serikat menargetkan penarikan pasukan militer sepenuhnya rampung pada 11 September mendatang atau tepat memperingati 20 tahun peristiwa 9/11.
2.400 Personel Militer Gugur
Sementara, sebanyak 650 pasukan ditugaskan Amerika Serikat tetap berada di Afghanistan, guna menjaga kedutaan besarnya di negara itu.
Selama dua dekade setidaknya sekitar 2.400 pasukan militer Amerika Serikat gugur dalam perang melawan Al Qaeda dan Taliban di Afghanistan.
Dilansir USA Today pada puncak perang sipil di Afghanistan pasukan militer Amerika Serikat dan NATO, dengan jumlah melampaui 150.000 orang.
Konflik itu pun telah memakan biaya lebih dari 2 triliun USD, berdasarkan analisis dari Universitas Brown yang dirilis April lalu.
Sebelumnya pada 29 Februari 2020 dibawah pemerintahan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat dan Taliban menandatangani "Kesepakatan untuk Membawa Perdamaian di Afghanistan".
Dengan ketentuan termasuk penarikan seluruh pasukan militer Amerika Serikat dan NATO.
Advertisement