400 Indonesianis Sedunia Kongres di Jogjakarta, Ini Pesan Wamenlu
Wakil Menteri Luar Negeri RI Dr. Abdurrahman Mochammad Fachir mengatakan kehadiran para Indonesia sangat diperlukan. Indonesianis adalah intelektual, akademisi, dan peneliti asing yang memiliki minat khusus terhadap Indonesia.
"Indonesianis juga memiliki makna yang lebih luas, yaitu mencakup orang asing yang memiliki kecintaan khusus terhadap Indonesia. Wamenlu menyampaikan terdapat tiga bidang dimana Indonesianis dapat berkontribusi terhadap Indonesia.
"Pertama, dalam memperkuat identitas Indonesia sebagai bangsa multikultural. Kedua, dalam memperkuat human capital Indonesia. Ketiga, Indonesianis dapat berkontribusi terhadap transformasi ekonomi Indonesia".
Abdurrahman Mochammad Fachir mengungkapkan hal itu, dalam keynote speech pada The World Indonesianist Congress di Yogyakarta, 14 Oktober 2019.
Seperti diketahui, Kementerian Luar Negeri RI menyelenggarakan The World Indonesianist Congress di Yogyakarta pada 14-16 Oktober 2019.
Kongres yang diadakan untuk pertama kalinya ini mengambil topik “Building a Better Future of Indonesia: Toward a Tolerant, Vibrant and Creative Society” dan dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, Duta Besar Dr. Abdurrahman Mochammad Fachir.
Kongres diikuti sebanyak 400 peserta yang terdiri dari Indonesianis (akademisi, peneliti, dan pelajar asing yang mempelajari berbagai aspek ilmu dan pengetahuan di Indonesia) dan tamu undangan lain dari berbagai institusi dan universitas di Indonesia.
Para Indonesianis tersebut berasal dari 43 negara, antara lain Amerika Serikat, Australia, Gambia, Jerman, Myanmar, Rusia, RRT, Timor Leste, dan Yordania.
Penyelenggaraan Kongres tersebut bermitra dengan Universitas Negeri Yogyakarta, Kementerian Pariwisata; Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi; Universitas Gadjah Mada, Institut Seni Indonesia-Yogyakarta; dan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dr. Siswo Pramono, Kepala BPPK Kementerian Luar Negeri pada acara pembukaan melaporkan bahwa Kongres dilaksanakan dalam bentuk sesi pleno dan sesi panel membahas empat topik berbeda: penguatan demokrasi, mempromosikan komunitas yang harmonis di Indonesia, mendorong dan menciptakan kreativitas di era 4.0, dan memelihara dan mempromosikan budaya Indonesia dalam menghadapi globalisasi.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyampaikan ucapan selamat datang dan menyebutkan pelaksanaan Kongres di Yogyakarta sangat tepat karena diselenggarakan di provinsi yang sering disebut miniatur Indonesia. Sri Sultan tidak hadir secara langsung, melainkan, dalam kata sambutan itu, dibacakan Kepala Bidang Ketahanan Sosial, Budaya dan Ekonomi, Bakesbangpol Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gubernur berharap Kongres dapat menjadi wadah komunikasi dalam menambah pengetahuan dan menyampaikan perkembangan tentang Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Margana, M.Hum.,M.A. menyampaikan bahwa di abad ke-21 terdapat sejumlah keahlian yang perlu dikuasai, antara lain: kreativitas dan inovasi, creative thinking dan problem solving, serta komunikasi dan kolaborasi.
Wakil Rektor juga menyampaikan harapannya agar Kongres dapat bermanfaat dan menyenangkan.
Sesi Pleno berlangsung pada tanggal 15 Oktober 2019 dan menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka, yaitu: Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo (Gubernur Lemhanas); Dr. Siswo Pramono, LL.M (Kepala BPPK Kemenlu RI); Dr. Michael! Vatikiotis (Center for Humanitarian Dialogue); Corrigan Shawn (Indonesia In-depth Podcast), Prof. Dr. Azyumadi Azra (UIN Syarif Hidayatullah); Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA (Staf Knusus Presiden tentang lsu Keagamaan Internasional).
Selain itu, juga Bernard Adeney-Risakotta, Ph.D (UGM); M. Fajrin Rasyid (Co-Founder & Presiden Bukalapak); Luwi Saluadji Purbodiningrat (KADIN Indonesia); Muhammad Yuanda Zara, MA., Ph.D (Universitas Negeri Yogykarta); Ade Putri Paramadita (pakar kuliner); Prof. Karel A Steenbrink (Utrecht University-Belanda); Prof. Philip Buckley (University of McGill — Kanada); dan Assoc. Prof. Reevany Bustami (University Sains Malaysia).
Sementara itu, Sesi Panel berlangsung pada tanggal 16 Oktober 2019 khusus membahas karya tulis para Indonesianis muda. Terdapat 37 karya tulis, dan komite telah memilih 16 diantaranya untuk didiskusikan di Sesi Panel.
Kongres ini telah didahului dengan berbagai kegiatan terkait Indonesianis yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI sejak tahun 2017, yaitu Focus Group Discussion (FGD) “Preparing for a World Indonesianists Congress: Role of Generation Z" yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Desember 2017 dan The World Indonesianist Forum “The Role of Millennial Generation” yang diadakan di Bali pada bulan Oktober 2018.
Advertisement