Pohon Pinus Perhutani Kediri Hasilkan 9.500 Ton Getah
Memasuki musim penghujan diperkirakan serapan getah pohon pinus Perhutani mengalami penurunan hingga 10 persen. Meski begitu Perhutani Kediri tetap merasa optimis jika target serapan getah sebanyak 9.500 ton setahun dapat tercapai seperti halnya periode sebelumnya.
Menurut keterangan Beni Mukti, selaku Wakil Administatur Perhutani Kediri, target serapan getah sebelumnya terpenuhi hingga mencapai 100,01 persen. Ia menambahkan saat ini ada sekitar 40.000 hektar cakupan luas hutan pohon pinus Perhutani Kediri, termasuk wilayah Trenggalek, Tulunganggung, dan Nganjuk. Dari empat dearah tersebut Trenggalek menjadi salah satu daerah paling produktif sebagai penyumbang serapan getah terbanyak.
"Untuk KPH Kediri lebih didominasi jenis pohon pinus. Kita ada dari 9 PKPH, 8 yang punya sadapan getah pinus. Yakni Kediri, Tulunganggung, Trenggalek dan Nganjuk. Paling banyak penyumbang dari wilayah Trenggalek," jelas Beny Mukti.
Selama ini, lanjut Benny Mukti, Perhutani Kediri memiliki cara jitu untuk meningkatkan hasil produksi serapan getah pohon pinus. Salah satunya yakni menyemprotkan cairan perangsang ke pohon.
"Di getah pakai cairan green one organik dan biji organik. Fungsinya merangsang agar pohon itu tetap membuka pori pori, dari pohon ada hangat pori pori tidak mudah tertutup pada saat setelah adanya pelukaan," terangnya.
Memasuki musim penghujan seperti sekarang, kata Benny Mukti, biasanya panen getah agak sedikit terlambat. "Tadinya 10 hari selama tiga kali pembaharuan harus panen, kini molor menjadi 12 sampai 13 hari," jelasnya.
Hasil panen menjadi molor dikarenakan di kala musim penghujan para petani yang bekerja sebagai penyadap getah ini lebih memprioritaskan untuk mengurusi tanaman garapanya sendiri di sawah. Beda halnya apabila musim kemarau tiba, mereka rajin menggarap sadapan getah pohon pinus.
"Kalau produksi paling banyak di musim kemarau, karena mungkin didukung cuaca panas sehingga getah encer. Yang kedua karena pada saat panas masyarakat juga, kondisi pertanian karena pendapatan dari pertanian kurang, dia lebih banyak fokus ke sadapan. Pada musim penghujan ada tabrakan kepentingan, disatu sisi mereka punya sadapan getah di kawasan, satu sisi lainya mereka punya garapan (sawah)," paparnya.
Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan hutan kebanyakan mereka menjadi pekerja sebagai petani sadapan getah. Mereka melakukan itu karena untuk mencari rejeki tambahan selain profesinya sebagai petani sawah.