4 Wali Kota dan Ribuan Orang Tewas dalam Perang Narkoba
Pada Oktober 2017, nama Antonio Cando Halili muncul dalam ‘daftar narkotika’, yang dikeluarkan oleh Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte. Daftar itu berisi nama-nama pejabat Filipina yang diduga terkait kejahatan narkoba.
Antonio langsung dilengserkan dari jabatannya. Ia pun kehilangan kendali atas kepolisian di wilayahnya usai daftar itu dirilis, namun dirinya menyangkal terlibat kejahatan narkoba.
Ketika nama baiknya dipulihkan, Antonio menjadi lebih garang dalam memerangi narkoba di kotanya.
Dia bahkan menjadi terkenal karena memperkenalkan parade ‘walk of shame’, mempermalukan bandar narkoba yang tertangkap dengan membawanya berkeliling kota.
Ironisnya, nyawa Antonio jadi taruhan. Ia tiba-tiba ditembak sniper di tengah upacara bendera pada Senin, 2 Juli lalu. Selain Antonio, ada tiga Wali Kota lainnya dalam ‘daftar narkotika’ yang tewas ditembak. Salah satu dari mereka bahkan ditembak mati saat ditahan di sel penjara.
Kepala polisi kota Renato Mercado mengatakan kepada AFP bahwa pelaku menembak Antonio dari jarak sekitar 150 meter.
”Jarak dari posisi itu luar biasa. Itu tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Skillnya bisa disamakan dengan sniper terlatih, ” katanya.
Sementara itu dari laporan BBC, sejak pemerintah Filipina meluncurkan kampanye perang narkoba pada Juli 2016 di bawah rezim Duterte, dilaporkan lebih dari 4 ribu pengguna sekaligus pengedar tewas dalam operasi polisi.
Polisi berpendapat bahwa semua pembunuhan dilakukan untuk membela diri setelah para tersangka menolak penangkapan.
Data dari kelompok-kelompok hak asasi manusia memberi data yang lebih mencengangkan. Mereka melaporkan terdapat lebih dari 12 ribu orang tewas dalam perang narkoba, termasuk yang dilakukan oleh warga dan upaya ekstra-yudisial.