4 Tipe Sesak Napas saat Pandemi Covid-19
Sesak napas menjadi salah satu penyakit yang sangat diwaspadai dua tahun terakhir. Sebab, sesak napas merupakan salah satu gejala dari Covid-19. Namun, bagaimana seseorang bisa memastikan bahwa dia benar-benar sesak napas akibat virus tersebut?
Sesak napas dalam istilah medis disebut dispnea. Dan kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak penyakit, bukan hanya Covid-19. Jadi, jangan panik dulu ketika Anda terserang sesak napas.
Untuk mewaspadai hal tersebut dr Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP, dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menjelakan, apa saja tipe sesak napas yang patut diwaspadai.
Tipe sesak napas dibedakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
1. Sesak Napas Akut
Sesak napas akut biasanya muncul secara tiba-tiba. Hal ini dapat saja terjadi pada orang yang sebelumnya tidak memiliki keluhan sesak napas. “Sesak napas akut dapat timbul saat seseorang penyintas Covid-19 melakukan aktivitas berat seperti, mengangkat benda berat, berjalan dengan cepat, berlari dan lainnya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan fisioterapi napas yang dapat diajarkan di rumah sakit dan dilanjutkan di rumah,” tutur dokter Alfian.
Sesak napas akut juga dapat dialami oleh pasien asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang mengalami kekambuhan atau eksaserbasi. Timbul gejala mengi (bunyi napas seperti bersiul) pada seorang yang sedang mengalami kekambuhan.
"Sesak akut juga dapat dialami pada pasien dengan gangguan kebocoran selaput paru (pleura) yang dikenal dengan pneumotoraks (adanya udara pada rongga pleura)," sambung dokter Alfian.
2.Sesak Napas Kronis
Sesak napas kronis dialami seseorang dengan durasi yang lama, atau lebih dari dua minggu. Sesak napas kronis, sambung dokter Alfian, dapat menjadi salah satu gejala yang masih mungkin dialami pasien long Covid-19. Kondisi tersebut dapat bertahan dalam kurun waktu 1-3 bulan. Namun lambat laun kondisi si penderita sesak napas akan semakin berkurang dan membaik.
“Jadi aktivitasnya dapat terganggu oleh sesak napasnya, terutama aktivitas yang berat,” terang dia.
Terkait cara mengatasi sesak kronis, dokter Alfian mengatakan bahwa pasien dapat membatasi aktivitas yang memerlukan tenaga ekstra, seperti mengangkat atau memindahkan benda berat, mencuci dengan tangan, menaiki tangga, serta berjalan kaki beberapa kilometer. Selain itu, obat dokter juga merupakan solusi.
“Penggunaan obat-obatan sesuai saran dokter dapat membantu mengurangi sesak kronis, juga sesak akut yang timbul tiba-tiba. Pasien juga dapat melakukan rehabilitasi pernapasan untuk mengurangi sesak napas. Kadang pasien masih membutuhkan penggunaan oksigen saat di rumah,” terang dokter Alfian.
3.Sesak Napas Hilang-Timbul
Ada tipe sesak napas yang hilang-timbul atau intermitten. Munculnya sesak yakni pada frekuensi atau waktu tertentu. "Misalkan pada pasien asma, muncul sesak pada pagi hari dan sembuh pada siang hari, bahkan tanpa obat tertentu,” jelas dokter Alfian.
Terdapat berbagai macam faktor pemicu sesak napas ini. Contohnya seseorang alergi terkena hujan, makanan, ataupun debu yang kemudian memicu timbulnya sesak.
4. Sesak Napas Persisten dan Progresif
Selanjutnya, terdapat tipe sesak napas yang bersifat konsisten dan progresif. Perbedaan keduanya terletak pada progress terjadinya sesak. “Persisten itu artinya menetap. Jadi sesaknya tetap, tidak berkurang,” ujar dokter Alfian.
Sementara itu, lanjutnya, sesak napas progresif yakni sesak yang seiring waktu dapat bertambah berat. Biasanya terjadi pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Faktor utamanya adalah asap rokok.
Advertisement