Sudah 4 Tahun Berdiri Sentra Ikan Bulak Masih Sepi
Surabaya - Upaya Pemkot Surabaya dalam mengoptimalkan Sentra Ikan Bulak (SIB) yang telah berdiri sejak empat tahun lalu hingga kini belum terealisasi. Pasalnya, dari ratusan stan yang tersedia, tak lebih hanya 15 persen saja yang telah berpenghuni.
Tentu tak sedikit upaya hingga sosialisasi yang telah dilakukan, namun hingga kini tak jua menemui hasil yang diharapkan. Padahal menempati gedung yang dibangun dengan dana APBD sebesar Rp 2 milyar ini pedagang tak dikenakan biaya sepeserpun.
Pemkot sendiri sudah memberikan fasilitas meliputi timbangan, tempat pendinginan ikan, hingga jasa antar jemput guna memudahkan pedagang datang berjualan ke sentra ikan. Namun itupun tak membuat para penjual ikan betah berjualan. Hanya ada tiga penjual ikan asap yang bertahan setiap harinya, salah satunya Yatipah.
Pedagang ikan asap asal Kejawen Lor, Kenjeran ini sudah empat tahun memilih bertahan di SIB. Alasannya adalah karena ia mentaati aturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk berjualan di sentra. Meskipun sepi, ia tetap menekuninya. "Masih ada kok pembelinya biar cuma sedikit," katanya. Saya di sini termasuk babat alas, jadi ya tahu pasti gak langsung ramai,” ujar Latipah, sembari menusuk ikan patin yang hendak diasap.
Menurutnya, salah satu penyebab stan di SIB sepi karena masih banyak PKL yang berjualan di pinggir jalan. Akses membeli ikan di pinggir jalan yang lebih mudah, membuat pembeli memilih berhenti di pinggir jalan. Alasannya adalah tanpa repot-repot memarkir motor, ada pula beberapa konsumen yang dapat membeli ikan asap, sembari tetap duduk di atas motornya.
“Kata siapa di sini gak laku, kalau semua pindah sini pasti pengunjung juga akan datang ke sini. Harusnya Pemkot memperketat lagi pedagang kaki lima, ujar ibu tiga orang anak ini.
PKL Lebih Untung Berjualan di Pinggir Jalan
Menilik dari sudut pandang PKL maupun pembeli, nampaknya banyak masalah yang mengganjal. Qomariyah misalnya, salah satu PKL yang berjualan di pinggir jalan ini bertutur, setiap pagi ia selalu berjualan di SIB terlebih dahulu. Namun karena ikan yang dijualnya tak kunjung habis, siang harinya, ia memutuskan untuk pindah ke pinggir jalan.
Ia pun lantas berjualan di depan gapura Kejawen Lor Gang 2, tepat setelah tikungan jalan menuju SIB. Hal ini dilakukannya guna ‘menjemput bola’, agar para pelanggannya tak perlu repot-repot pergi ke SIB terlebih dahulu. Tak hanya itu, ia mengaku bany ak pembeli yang lebih suka melakukan transaksi jual-beli seperti ini.
“Ya gimana lagi, kita kan pedagang pengen ramenya. Kalau disana rame ya kita kesana, tapi kalau disini lebih rame ya disini aja,” ujar Qomariyah sembari mengipasi ikan asap dari serangan lalat.
Bukan tanpa alasan Qomariyah melakukan hal ini, karena pembelinya jika pagi berasal dari warga sekitar Kenjeran. Namun ketika siang, rata-rata pembelinya memang dari luar kota, yang mana berjumlah cukup banyak dibanding pembeli asal warga sekitar. Dari hal inilah, nampak jika Qomariyah bisa mendulang keuntungan lebih banyak jika di berjualan di pinggir jalan.
Menurutnya, jika siang hari, banyak pembeli yang notabene pengendara motor dan mobil memang lebih nyaman memborong olahan ikan asap di pinggir jalan. Mereka biasanya hanya perlu bertransaksi di atas kendaraannya, atau bisa dengan memarkir kendaraannya di pinggir aspal jalan.
Di jalan yang hanya selebar tiga meter untuk dua arus kendaraan ini, masih harus rela terpotong oleh beberapa stan pedagang ikan asap juga banyaknya kendaraan parkir. Tentu saja kemacetan pun tak dapat terelakkan.
Faktor lainnya yang nampak adalah terlampau jauhnya jarak dari Pantai Ria Kenjeran menuju SIB. Kurang lebih sekitar dua kilometer, sedangkan jarak pantai ke tempat jualan yang berada di pinggir jalan hanya setengahnya saja. Hal ini yang membuat banyak pembeli lebih memilih berbelanja ikan asap di pinggir jalan.
Qomariyah juga mengaku, jarak dari rumahnya ke SIB memang cukup jauh. Apalagi banyak PKL yang mengajak anaknya berjualan, memilih untuk tak jauh-jauh dari rumah. Karena penjual ikan asap, rata-rata memang warga Kejawen Lor, Kenjeran. (hrs)
Advertisement