4 Penari Sufi Hipnotis Panggung Kahanan Rumdin Ganjar Pranowo
Syair kasidah Arab berdendang di Panggung Kahanan, maknanya "seakan engkau dibawa berkelana, berputar-putar bersama orang badui, dengan lembut dengan lembut." Disusul empat penari sufi yang khidmat dengan gerakan melawan jarum jam. Bibirnya tak henti-henti merapal, entah doa atau mantra.
Ketukan samer, alunan biola dan keyboard jadi pengiring utama ketika Kasidah Laila Majnun menyanyikan lagu Ghonili Suwayya, lagu kasidah yang ditenarkan Ummi Kultsum, penyanyi legendaris asal Mesir. Beberapa baitnya menyiratkan makna, "lagu adalah ruh dari jiwaku, yang dapat menyembuhkan lara. Ia dapat menghilangkan gelap malam dengan perantara mata para pencinta. Aku bersumpah atas nama Baitullah (Ka’bah) duhai yang beriman kepada Ka’bah."
Seolah menghayati makna lagu tersebut, empat penari sufi tiada henti berputar sambil mulutnya terus komat kamit.
"Kami melangitkan doa-doa dan berdzikir Huwallah Huwallah," kata Kiai Budi Harjono, empunya para penari sufi tersebut.
Perpaduan kasidah dengan tarian sufi tersebut ibarat angin yang mengantar ke mana awan beriring. Jubah yang dikenakan empat penari itu, meliuk-liuk seirama dengan ketukan samer.
Menurut pengasuh Ponpes Al Islah Meteseh Semarang itu, tarian tersebut ditujukan sebagai bentuk munajat kecintaan di tengah Pandemi.
"Ketika tari sufi ini diputarkan, mengisyaratkan kepasrahan. Dan kepasrahan itulah kekuatannya terletak di Allah," katanya.
Kepasrahan yang dia maksud bukan sebuah fatalistik atau sebuah sikap yang menempatkan manusia sepenuhnya sebagai agen pasif. Karena dalam paham itu, manusia sama sekali tidak memiliki daya untuk membuat pilihan dan melakukan ikhtiar (usaha).
"Kepasrahan bukan fatalistik. Kepasrahan itu seperti tari sufi, mereka terus gerak tapi diam, dia tidak berpindah. Itu maknanya bergerak tapi pasrah," katanya.
Tari sufi dan kasidah Laila Majnun itu jadi bagian pertunjukan pada Panggung Kahanan edisi ke 8, yang digelar di rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, Rabu, 20 Mei 2020. Selain mereka, beberapa penyair juga turut membawakan puisi, dari Timur Sinar Suprabana, Apito Lahire sampai Sosiawan Leak. Bahkan pengasuh pondok pesantren Roudhotut Tholibin Leteh Rembang, KH. Mustofa Bisri selain membacakan sajak Oh Muhammadku, juga membacakan cerita pendek, Wabah.
"Pertunjukan kali ini jadi sangat spesial, selain banyak penyair, juga ada Gus Mus dan tarian sufi. Saya berharap ini jadi energi positif kita dalam upaya menanggulangi COVID-19," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pertunjukan yang digelar secara _live streaming_ di channel YouTube dan akun Facebook Ganjar Pranowo itu, juga membuka donasi untuk para seniman di Jawa Tengah. Sampai acara berakhir, donasi yang terkumpul mencapai Rp 413 juta.