4 Makna Takdir, Ini Pandangan Imam Nawawi
Imam Yahya bin Syarafuddin An Nawawi dalam kitab Syarah Al Arbain An Nawawiyyah Fi Al Ahadis Al Shahihah An Nabawiyyah menjelaskan takdir adalah ketetapan Allah pada masa lampau yang akan terjadi pada waktu dan tempat yang ditentukan
(ومعناه أن الله قدر الاشياء في القدم وعلم انها ستقع في أوقات معلومة عنده وفي أمكنة معلومة).
Takdir dibagi Empat.
Pertama, takdir dalam pengetahuan Allah. Segala sesuatu yang terjadi sudah tertulis dalam ilmu Allah.
Kedua, takdir di Lauh Al Mahfudh. Takdir ini bisa berubah. Allah berfirman:
يمحو الله ما يشاء ويثبت وعنده ام الكتاب
Allah menghapus sesuatu yang Dikehendaki Dan Memetapkan Dan padaNya induk catatan segala sesuatu.
Ibnu Umar berdoa:
اللهم إن كنت كتبتني شقيا فامحني واكتبني سعيدا
Wahai Allah jika Engkau menulis aku sebagai orang celaka, maka hapuslah dariku Dan tulis aku sebagai orang yang beruntung.
Ketiga, takdir di Rahim ibu. Malaikat diperintahkan untuk menulis rizki, ajal, celaka Dan bahagia seseorang.
Keempat, mewujudkan takdir pada waktu yang ditentukan. Ada kalanya takdir baik atau buruk. Pada takdir keempat ini bisa diubah jika Ada kasih sayang Dan kelembutan Allah pada hambaNya.
Dalam hadis disebutkan: Sesungguhnya sedekah dan shilaturrahim menolak mati jelek Dan mengubahnya beruntung
(أن الصدقة وصلة الرحم تدفع ميتة السوء وتقلبه سعادة).
Dalam hadis dijelaskan: sesungguhnya doa dan bencana bertarung di tempat antara Langit dan Bumi dan doa menolak bencana sebelum turun
( أن الدعاء والبلاء بين السماء والأرض يقتتلان ويدفع الدعاء البلاء قبل أن ينزل).
Pandangan di atas adalah versi Ahlul Haqqi, yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah. Sedangkan versi madzhab Qadariyyah: Allah Tidak menakdirkan sesuatu pada Masa lampau Dan Tidak mengetahuinya. Sesuatu terjadi dengan dirinya sendiri dan Allah baru mengetahui setelah terjadi. Pandangan ini oleh para pengikut Qadariyah yang akhir direvisi menjadi; Hal baik dari Allah Dan Hal buruk dari selain Allah.
Demikian keterangan dalam kitab Syarah Al Arbain An Nawawi oleh Syaikh Yahya bin Syarafuddin An Nawawi.
"Dalam mengkaji terminologi takdir ini, masalah terbesarnya adalah pada respons. Bagaimana respons manusia terhadap takdir sangat mempengaruhi mentalitasnya."
Respons Terhadap Takdir
Dalam mengkaji terminologi takdir ini, masalah terbesarnya adalah pada respons. Bagaimana respons manusia terhadap takdir sangat mempengaruhi mentalitasnya.
Beberapa respons:
1. Negatif. Takdir Allah dianggap mencelekainya karena Tidak sesuai harapannya. Kemudian IA larut dalam kekalutan yang justru memperpuruk hidupnya. Hidupnya menjadi Fatalis Dan miskin prestasi.
2. Positif. Takdir Allah sebagai kebijakan Terbaik yang membawa berkah dengan cara: menambah rasa syukur, meningkatkan kemampuan belajar pada sesuatu yang ia gagal melaksanakan, dan mencoba melakukan lagi dengan paradigma dan strategi baru.
Hidup penuh spirit juang dan sarat prestasi. Sepanjang masih Ada nyawa, kesempatan meraih sukses terbentang luas. Keyakinan, optimisme Dan kepercayaan diri yang tinggi menghiasi hari-harinya.
Respons positif inilah yang harus dikembangkan dalam diri manusia sehingga opsi meraih sukses dalam hidup terbentang luas. Dalam bahasa Agama, jangan masuk hanya dari jalan, tapi dari beberapa jalan.
Demikian seperti disampaikan Dr Jamal Ma'mur Asmani.