4 Fakta Sampah Berubah Jadi Listrik di TPA Benowo, Surabaya
Kota Surabaya kini memiliki pembangkit listrik tenaga sampah. Namanya Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Proyek yang awalnya direncanakan selesai akhir tahun 2019 lalu, akhirnya diresmikan Presiden Joko Widodo, pada Kamis 6 Mei 2021.
Pembangkit Listrik Bertenaga Sampah 2019
Proyek ini sudah digaungkan Presiden Joko Widodo sejak 2019 lalu. Pada rapat terbatas yang berlangsung 16 Juli 2019 lalu, Jokowi kembali menyinggung tentang prioritas pembangkit sampah tenaga listrik yang bahkan telah memiliki payung hukum, yaitu Perpres 35/2018.
Lewat Perpres tersebut, Jokowi menunjuk 12 kota dan kabupaten di Surabaya, sebagai percontohan proyek pembangkit listrik tenaga sampah. 12 wilayah itu antara lain Kota Surabaya, DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Makassar, Kota Denpasar, Kota Palembang, dan Kota Manado. Di antara wilayah itu, Kota Surabaya menjadi yang pertama merealisasikan rencana ini.
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di TPA Benowo
Surabaya mulai mengerjakan pembangkit listrik bertenaga sampah di era Walikota Tri Rismaharini. Walikota yang kini menjadi Menteri Sosial itu, pada awalnya menargetkan jika PLTSa itu akan mulai beroperasi di akhir November 2019.
Namun, proyek yang mengambil tempat di TPA Benowo itu, baru bisa diresmikan di masa Eri Cahyadi, pejabat yang dahulu memimpin proyek ini sebagai Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang, dan kemudian ketika Eri duduk sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.
Eri Cahyadi yang kini jadi Walikota Surabaya menyebut jika pembangkit listrik bertenaga sampah itu kini bernama Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Benowo ini.
PSEL yang terletak di belakang stadion megah Gelora Bung Tomo itu, disebut mampu menghasilkan 11 Megawatt listrik. Dua Megawatt berasal dari landfill gas power plant dan sembilan Megawatt berasal dari gasification power plant. "Insyaallah Bapak, dapat kami sampaikan, semuanya itu sudah bisa beroperasi pada hari ini," ujar Eri di depan Jokowi, pada Kamis, 6 Mei 2021.
Produksi Listrik dari Sampah Sejak 2015
TPA Benowo sejatinya sudah berhasil memproduksi listrik dari sampah, sejak 2015 lalu. Listrik sebesar dua megawatt yang disebut berasal dari sistem landfill gas power plant itu, dikelola oleh PT Sumber Organik (SO), pihak ketiga mitra pemkot yang berhak mengelola TPA Benowo selama 20 tahun. Kontrak itu dimulai sejak 2012 lalu, dilansir dari jatimnet.com.
Sejak 2015, TPA Benowo berhasil mengolah sampah menjadi listrik rata-rata sebesar 2 Megawatt menggunakan sistem landfill gas collection. Sampah yang ditmpuk di lubang khusus akan menghasilkan gas metan dan bisa dipanen setiap bulan. Dua mesin khusus buatan Austria bekerja mengolah gas metan ini menjadi listrik yang kemudian dialirkan kepada PLN melalui travo khusus di TPA Benowo. Lewat travo itu, PLN lantas mendistribusikan listrik dari TPA Benowo.
Pada tahun 2019, TPA Benowo menerima sampah setiap hari sebanyak 1.600 ton dari total 2.200 ton sampah harian yang dihasilkan warga Surabaya.
9 Megawatt dari Metode Gasifikasi
Metode gasifikasi menjadi hal terbaru dari TPA Benowo. Mesin gasifikasi di TPA Benowo, disebut Eri mampu menghasilkan 9 megawatt listrik. Lewat metode ini, mesin akan membakar sampah hingga menjadi arang atau bricket. Arang tersebut akan dipanaskan hingga mencapai suhu 1.000 derajat Celsius guna mendidihkan air yang uapnya berfungsi memutar turbin penghasil listrik sebesar 9 Megawatt. "Sistemnya mirip PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang pakai batu bara. Tapi di sini tenaga batu bara diganti dengan arang dari sampah itu,"kata Koordinator Operasional TPA Benowo Muhammad Ali Asyhar, pada Agustus 2019. (Jtm/Ngo)