4 Fakta Ketimpangan dan Ancaman Distribusi Vaksin Covid di Dunia
Pandemi Covid-19 dialami seluruh negara di dunia. Laman Worldometers menyebut terdapat 221 negara dunia yang terpapar virus penyebab Covid-19. Namun, distribusi vaksin untuk menekan dampak kematian virus tak berjalan secepat virusnya. Terjadi ketimpangan distribusi vaksin antara negara kaya dan negara miskin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sedikitnya 700 juta vaksin telah disebarkan hingga saat ini. Namun, 87 persen di antaranya terserap di negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas. Sedangkan negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen dari vaksin tersebut.
Ketimpangan Distribusi Vaksin
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan hampir satu dari empat orang telah menerima vaksin Covid-19 di negara kaya. Sedangkan, di negara-negara berpenghasilan rendah, vaksin diberikan kepada satu dari lebih 500 orang, dilansir dari Antara, Sabtu 10 April 2021.
Penyebab utama dari ketimpangan itu menurutnya adalah masalah penundaan pengiriman. Fasilitas berbagi vaksin global COVAX telah mengirimkan hampir 38,4 juta dosis vaksin Covid-19 ke 102 negara di enam benua, enam minggu setelah mulai meluncurkan pasokan, menurut Aliansi Vaksin GAVI.
Mekanisme multilateral yang bertujuan menyediakan lebih dari 2 miliar dosis vaksin untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah sepanjang tahun ini, telah menghadapi penundaan pengiriman.
"Kami berharap bisa mengejar (distribusi) selama April dan Mei. Masalahnya bukan mengeluarkan vaksin dari COVAX, masalahnya adalah memasukkannya," kata Tedros, mengacu pada kelangkaan pasokan vaksin.
Masalah Keamanan AstraZeneca
Penundaan pengiriman salah satunya disebabkan masalah keamanan yang dihadapi vaksin buatan Oxford, Inggris, AstraZeneca. Vaksin andalan program COVAX itu sedang terbelit kasus pembekuan darah di beberapa negara penerima.
Akibatnya, sejumlah negara mulai memesan vaksin alternatif pengganti AstraZeneca, dan menunda program vaksinasi. Sedangkan Hong Kong menunda vaksinasi di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan risiko pembekuan darah yang sangat kecil.
CEO GAVI Seth Berkley berharap pasokan vaksin AstraZeneca yang dibuat oleh Serum Institute of India, akan meningkat seiring waktu. Pasokan itu, kini juga sedang ditahan India, untuk digunakan menangani wabah Covid-19 di negara itu lebih dahulu.
Ancaman Vaksin Tak Efektif
Rendahnya vaksinasi di negara berkembang juga akan menjadi masalah baru yang dihadapi dunia. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut, rendahnya tingkat vaksinasi di negara berkembang akan menyebabkan upaya berlomba dengan mutasi virus kalah, sehingga mutasi baru akan lebih cepat muncul dan bisa menyebabkan vaksin yang ada tak lagi efektif.
“Bahkan negara-negara yang cakupan vaksinnya tinggi tidak akan aman karena varian-varian baru yang mungkin tidak bisa dihentikan oleh vaksin yang kita miliki, akan menyerbu negara-negara yang cakupannya, bahkan mungkin 100 persen dalam beberapa bulan,” katanya.
Tedros menyerukan lebih banyak kemauan politik untuk meningkatkan produksi vaksin Covid-19 dan berbagi pasokan, termasuk melalui pengabaian kekayaan intelektual yang macet pada vaksin melalui Organisasi Perdagangan Dunia.
Bantuan Rp2 Miliar dari Bank Dunia
Upaya lain juga dilakukan oleh organisasi multilateral Bank Dunia. Lembaga keuangan ini akan berkomitmen mendanai 2 miliar dolar AS pada akhir April untuk pengadaan vaksin Covid-19 di sekitar 40 negara berkembang, menurut Direktur Pelaksana Operasi Bank Dunia Axel van Trotsenburg, pada Jumat 9 April 2021.
Dana 2 miliar dolar AS tersebut adalah bagian dari kumpulan sekitar 12 miliar dolar AS yang telah disediakan Bank Dunia secara keseluruhan untuk pengembangan, distribusi, dan produksi, vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, van Trotsenburg mengatakan pada forum Bank Dunia.
Presiden Bank Dunia David Malpass menambahkan adanya harapan jika komitmen ini diperluas menjadi 4 miliar dolar AS di 50 negara pada pertengahan tahun. Harapan ini disampaikan di hadapan komite pengembangan pemberi pinjaman. (Ant)