4.000 Hektare Sawah di Jawa Timur Gagal Panen Akibat Kekeringan, Ini Upaya Pemprov
Jawa Timur sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas 1 Juanda mulai memasuki puncak musim kemarau yang terjadi Juli hingga September 2024 mendatang. Kepala Dinas Pertanian Jatim, Dydik Rudy Prasetya menyebut terdapat sedikitnya 29.400 hektare alami kekeringan, dan 4.000-an hektare padi alami puso alias gagal panen, hingga 15 Juli 2024.
"Jatim itu luas arealnya (pertanian) 1,24 Juta hektare kalau puso hanya 4.000 hektare berarti hanya 0,0 sekian persen. Artinya tidak berdampak signifikan," ungkap Rudy.
Untuk mengantisipasi dampak meluas, Rudy mengatakan, Pemprov Jatim telah melakukan upaya pompanisasi berupa pemberian bantuan pompa dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI ke kabupaten/kota.
"Kemudian penggunaan varietas unggul tahan kekeringan sudah dilakukan. Apalagi, program pemerintah pusat melalui Kementan sudah menyalurkan berbagai macam alat untuk pengairan. Sebagai contoh pompanisasi dimulai Mei-Juni kemarin tersalurkan," ujarnya.
Dengan bantuan yang ada, diharapkan areal sawah tidak terjadi kekeringan. Serta, dapat menambah luasan areal tanam dengan target mencapai 170 ribu hektare.
Di luar itu, ia berharap tidak ada keadaan luar biasa yakni musim kemarau disertai el nino yang terjadi dan diharap ada hujan yang terjadi sesuai prediksi BMKG musim kemarau ini berpotensi terjadi la nina.
Terkait stok, Rudy menegaskan stok beras Jatim dalam kondisi aman bahkan surplus. "Stok Jatim tidak ada masalah, sampai kemarin masih dalam posisi surplus. Akhir 2023 kita surplus 9.72 juta ton. Jadi Jatim tidak perlu khawatir masih surplus aman, termasuk di Bulog juga kemarin sempat sama Pak Pj Gubernur jalan ke Gudang Bulog masih aman," pungkasnya.