3000 Halaman, Kisah Sayidina Hamzah Paman Nabi Berbahasa Jawa
Perpustakaan Inggris menyimpan naskah kuno Jawa yang ditulis dengan bahasa Arab Pegon (aksara Arab dengan tambahan tujuh huruf mewakili bunyi konsonan yang diperlukan untuk bahasa Jawa tetapi tidak ditemukan dalam bahasa Arab, dan karenanya dibaca dari kanan ke kiri).
Naskah ini berfokus pada kisah paman Nabi Muhammad Saw. Naskah kuno ini berjudul "Menak Amir Hamzah" berisi kisah-kisah tentang petualangan Sayidina Hamzah, salah seorang paman Nabi.
Menurut catatan Akhyari Hananto, dalam karya sastra tersebut, bertutur tentang kepiawaian perang dan asmara dari Sayidina Hamzah, saat ia dan para sahabat berperang melawan musuh-musuh Islam. Kisah ini, sangat populer di seluruh dunia Muslim.
“Banyak salinan manuskrip baik dari versi Persia, Hamzanama, diketahui, dan ditunjukkan di bawah ini adalah dari salinan berjilid tebal besar, ditulis pada 1562 atas tugas dari kaisar Mughal Al- Akbar, sebuah tugas yang membutuhkan waktu 15 tahun untuk diselesaikan,” tuturnya, dikutip ngopibareng.id, Minggu 16 Juni 2019, dari situs seasia.co.
"Dari pendahuluan jelas bahwa buku ini ditulis untuk Ratu Ageng (1730-1803), seorang istri Sultan Hamengku Buwana I dan ibu dari Hamengku Buwana II, beberapa waktu setelah 1792. Naskah ini diperkirakan merupakan volume tunggal terbesar Manuskrip Jawa yang terkenal, terdiri lebih dari 3000 halaman yang ditulis dalam aksara pegon. "
Kisah Amir Hamzah yang sangat populer dalam sastra Jawa. Di Jawa, pahlawan Amir Hamzah dianugerahi gelar Jawa Kuno, Menak, dan gelar ini sekarang diterapkan pada seluruh siklus kisah epik Islam, yang segera dilokalisasi menurut konvensi sastra Jawa.
Dengan demikian dalam siklus Menak Amir Hamzah diberikan dua sahabat Panakawan, Marmaya (berdasarkan teman seumur hidup Amir Hamzah 'Umar Umayya di Hamzanama) dan Marmadi, yang merupakan mentor dan pelayan yang menghibur dari sang pahlawan. Sesuatu yang selalu ditemukan dalam drama wayang kulit di Jawa.
Dalam pengantarnya, disebut Prabu Wanodeya / Kang jumeneng Ratu Agung / kang ngedhaton Tegalreja.
('Raja perempuan / yang memerintah sebagai Ratu Agung / dan memiliki istananya di Tegalreja').
Ratu Ageng adalah putri seorang sarjana Islam dan dikenal sebagai seorang Muslim yang taat.
Dalam buku karya Niemann, bertarikh 1861, halaman 480, disebutkan, bahwa pemerintahan Abdul Muthalib di Mekkah dibahas pada awalnya. Kisah selanjutnya tentang Amir Hamzah diceritakan, dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab (pegon).
Dari pendahuluan jelas bahwa buku ini ditulis untuk Ratu Ageng (1730-1803), seorang istri Sultan Hamengku Buwana I dan ibu dari Hamengku Buwana II, beberapa waktu setelah 1792. Naskah ini diperkirakan merupakan volume tunggal terbesar Manuskrip Jawa yang terkenal, terdiri lebih dari 3000 halaman yang ditulis dalam aksara pegon.
Dua salinan Menak Amir Hamzah, kisah Jawa tentang Sayidina Hamzah, Sang Paman Nabi Muhammad, sekarang tersedia secara online melalui Manuskrip Jawa dari Proyek Digitalisasi Yogyakarta. (adi)